Aku percepat langsung ke zea di 2020 ya karena zea di 2019 akhir cuma asik chatting bareng "ayang ayangku" tiap harinya
Di 2020 ini walaupun semua sekolah sudah daring karena memang peraturan pemerintah yang menetapkan untuk melakukan pembatasan aktivitas di seluruh daerah, orang tuaku masih harus pulang pergi kantor tiap hari nya ntahlah bagaimana peraturan yang kantornya tetapkan, sampai pada akhirnya mereka berdua positive covid-19.
Awalnya aku cuma khawatir takut Rey ikut positive juga karena emang dia yang paling sering kontak fisik sama orang tua ku, ternyata HAHA malah kita sekeluarga beneran udah positive, tau gitu aku mending khawatirin diri aku sendiri dari awal tau kabar orang tuaku positive.
AYANG AYANGKU(8)
"im positive:("
Itu yang terakhir aku ucapkan di ruang obrolan yang aku tahu balasanya semuanya bilang "gws ze" dan sebagainya.
Akhirnya kita sekeluarga karantina dirumah, kita tetep dikamar masing masing dan sesekali panggil dokter kerumah untuk ngecek keadaan kita sekeluarga kalo soal makanan kita selalu pesan dan selalu aku yg ngurusin karena diantara keluargaku yang gejalanya paling ringan cuma aku, aku juga yg urus kebersihan rumah dan yang rajin semprotin disinfektan tiap harinya.
Kegiatan yang awalnya bangun pagi, sarapan, dan pergi kesekolah, berubah menjadi bangun pagi, berjemur, beres beres rumah, siapin makan, minum obat, istirahat dan begitu terus berulang sampai di hari ke 17 kita sekeluarga PCR dan akhirnya negative.
Walaupun sudah negative kita masih tetep harus beraktivitas dirumah kan karena pandemi yang belum berakhir, ya seperti itu lah kita mulai sekolah dan bekerja dari rumah.
Sampai disuatu hari tiba tiba ayah dan mamaku diberitahu perusahaannya mengalami banyak kebangkrutan efek pandemi ini, tidak tahu bagai mana pastinya mereka berdua sudah tidak pernah terlihat lagi bekerja mulai hari itu, padahal keuangan keluarga ku juga hampir terkikis karena biaya pasca positive kemarin.
Hari terus berlanjut dengan berhemat, ya memang keluargaku sebelumnya juga bukan keluarga yang boros, namun kita harus lebih berhemat dari yang awalnya hemat.
Sampailah di hari dimana tiba tiba aku mendengar pertengkaran hebat antara ayah dan mamaku, tak tahu pasti apa penyebabnya namun yang bisa kudengar hanya..
"KALO GITU KITA CERAI AJA, BIAR ANAK ANAK IKUT AKU!!" Itu teriakan bu Ala, penuhh dengan amarah.
"..." diam balasan ayahku.
Aku yang menguping dari tangga langsung balik ke kamar ku dan menangis sejadi jadinya, aku takut, aku benar benar takut. Yang dipikikan ku saat itu Rey masih kelas 5 sd dia masih terlalu kecil bagiku kalo harus tau orang tuanya akan berpisah.
HAGA
"ga"
"kenapa ze?"
btw dia haga, dia bukan bagian dari Ayang Ayangku, haga teman laki lakiku sedikit tentangnya dia baik, amat sangat baik.
"gw takut deh ga"
"takut gue?"
"waktu orang tua lo pisah dulu gimana rasanya? takut? sedih? gimana selanjutnya? "
"Heh kenapa lo cerita dulu yang bener lagian ini jam 1 tumben banget lo blm tidur"
"gw takut banget ga gw denger orang tua gw berantem kaya waktu itu tapi kali ini mereka bawa bawa kata cerai ga"
Iya orang tuaku sebelumnya juga pernah bertengkar hebat aku yang selalu dengar dan takut ntah adik dan kakaku pura pura ga denger atau gimana tapi selalu aku yg melihat dengan mata kepalaku langsung.
Dan aku hanya selalu punya haga untuk cerita karena aku merasa kisahku mirip kisahnya haga. Bukan, bukan tidak mau memberi tahu Ayang Ayangku tapi aku takut terlalu merepotkan mereka untuk ikut pusing dalam masalahku.
"yang bisa gue kasih tau ke lo ze setelah semuanya terjadi gw bisa baik baik aja ko, lo liat gw sekarang kan? gue fine sekarang ze"
"gimana kalo akhirnya gw ga se fine lo ga?"
"gw bantu lo untuk fine"
"i'm serious now!"
"sorry ze"
seperti itulah kurang lebih tapi lengkapnya haga akhirnya memberiku solusi yang bikin aku juga lebih tenang buat ini semua.