2. ADA ORANG LAIN

411 152 10
                                    

Helloo....

Selamat membaca. Jangan lupa vomen, ya!

Hm, jangan bosen-bosen dukung Buni juga.

Makasih sudah baik.



•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

2. ADA ORANG LAIN

"Ayah?"

Magaskar berjalan cepat menghampiri ayahnya yang baru saja keluar dari pintu utama rumahnya. Lelaki empat puluh tiga tahun itu tersenyum kemudian memasang sikap tegap seraya memberi hormat.

"Sore, Jagoan!"

Magaskar terkekeh dan juga memberi hormat. "Sore, Ayah!"

Sadewa—ayah Magaskar adalah seorang jenderal polisi. Yang tak lain adalah pangkat tertinggi dalam sistem kepangkatan polri.

"Eh, kalian mau belajar bareng?" tanya Sadewa yang melihat teman-teman anaknya. Ada Nathala, Kamandamu dan Thea.

"Salim dulu kali, ah, biar barokah." Nathala menyalami Sadewa diikuti yang lain. "Tumben di rumah di Pakpol. Biasanya nembakin orang. Dor dor dor. Yeay. Mati."

Sadewa sudah amat terbiasa melihat ketengilan Nathala mengingat anak itu sudah berteman lama dengan anaknya.

"Kita mau main aja, kok, Om." Kamandanu yang menjawab agar cepat. Nanti Sadewa akan bertanya yang tidak-tidak. Padahal mereka akan membicarakan tentang rencana mereka memecahkan misteri di sekolah. Tidak ada yang boleh tahu. Walau Sadewa sekalipun.

"Oh oke." Sadewa mengangguk kemudian dia menatap Magaskar. "Ayah baru pulang besok siang, ya. Kamu makan yang bener sama minum air putih."

"Siap, Yah."

"Ini malam sekolah jadi kalian nggak boleh mabuk. Rokok maksimal dua batang. Kalo ngelanggar, bakal dihukum gantung ditiang jemuran. Nanti bakal dicek di CCTV rumah," nasehati Sadewa.

Sadewa adalah orangtua yang tidak mengekang. Mabuk, merokok, boleh asal sesuai aturan. Itu karena Magaskar sudah masuk usia legal bulan lalu.

Yang tidak boleh dilakukan, berbohong, membunuh dan narkoba. Tidak semua orangtua memiliki cara didik yang sama dengan Sadewa.

"Siap, Pakpol," seru Nathala semangat karena ada jatah rokok. Di rumah dia tidak boleh merokok.

Sadewa mengangguk, kemudian dia tersenyum menatap Thea. "Kalo ada si cantik nggak boleh merokok, ya. Kasian kalo dia jadi perokok pasif. Dan kamu cantik, di sini banyak pembantu. Jadi kamu nggak perlu was-was."

Tawa Thea pecah. Dia menutup mulutnya untuk menjaga image. "Makasih banyak, Om."

"Sama-sama, Cantik. Kalo mereka bandel, bilang aja sama Om. Biar Om tembak kepalanya sampek matanya keluar." Orangtua kekinian itu mengeluarkan pistolnya lalu mengarahkannya pada Nathala.

Misteri Juara 1 + MagaskarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang