5. KEBAKARAN SEKOLAH

550 154 114
                                    

Helloo....

Selamat membaca. Kalau suka lapak ini, jangan lupa vomen, ya!

Hm, jangan bosen-bosen dukung Buni juga.

Makasih sudah baik.




5. KEBAKARAN SEKOLAH

Jam menunjukkan pukul sepuluh malam. Baru saja ingin merebahkan diri habis belajar, Magaskar ditelfon Nathala yang mengabarkan kalau Kamandanu kecelakaan. Penyebabnya belum pasti karena Nathala langsung memutuskan telepon itu. Meraih kunci mobilnya di nakas, Magaskar menuju rumah sakit. Sebelumnya dia mengabari papanya dulu. Kalau keluar rumah tidak mengabari, bisa-bisanya kepalanya ditembak.

Mengendarai mobilnya selama tiga puluh menit, Magaskar sampai di rumah sakit. Dia langsung ke lantai tiga ke kamar 220 karena dia sudah bertanya dimana kamar Kamandanu.

Di depan kamar Kamandanu, sudah ada Nathala, Jiwa, Adisti, dan Thea. Hanya Toka saja yang tidak kelihatan.

"Gimana keadaan Kamandanu?" tanya Magaskar begitu berhadapan dengan Nathala. Dadanya naik turun karena dia berlari tadi.

"Masih diperiksa," jawab Nathala terlihat khawatir.

"Kok bisa, sih? emang Kamandanu darimana malem-malem gini?" tanya Magaskar, penasaran.

"Tadi dia dari rumah gue, terus nggak lama gue ditelfon rumah sakit katanya Kamandanu kecelakaan." Nathala menunduk. "Orangtuanya masih di Jepang. Bingung gue mau gimana."

Tak lama dokter keluar. Dia mengatakan kalau keadaan Kamandanu tidak terlalu parah. Hanya saja kakinya patah dan seharusnya dirawat beberapa hari ke depan.

Mereka semua masuk setelah dokter mengizinkan. Kamandanu nampak melamun dengan tatapan kosong menatap kakinya yang di gips.

Thea menatap kaki Kamandanu seraya mendesis ngeri. Itu pasti sakit. "Kenapa bisa gini, sih, Nu?"

"Lo mabuk?" tanya Adisti pula.

"Nggak lah. Tadi motor gue ditabrak mobil. Tapi mobilnya kabur. Sakit banget kaki gue, Anjing!"

Jiwa berdecak. "Lo inget platnya, nggak?"

"Nggak sempet liat gue."

Magaskar memejamkan matanya. Dalam keadaan seperti ini, tentu besok Kamandanu tidak bisa sekolah. Itu artinya poinnya akan dikurang. Akan sulit kedepannya menyamakan poinnya.

"Mau nggak mau besok lo absen," kata Magaskar terlihat lesu dan juga menyayangkan keadaan Kamandanu. Dia tidak tahu kedepannya mau bagaimana.

"Kalo absen poin lo dikurangi dan poin kita nggak sama lagi, dong? Mampus kita mampus!" Nathala meremat rambutnya. Dia menyandar di dinding dengan mata terpejam.

"Tenang aja. Gue bakal sekolah."

Ucapan Kamandanu memuatnya diperhatikan. Berdiri saja dia pasti tidak bisa, bagaimana dia mau sekolah?

"Gimana caranya?" tanya Magaskar. "Lo yakin lo aman? Kesehatan lo lebih penting. Masalah poin kita pikirin nanti."

Dengan mantap Kamandanu mengangguk. "Gue yakin. Dan gue yakin kecelakaan gue pasti ada hubungannya sama rencana kita tentang misteri juara satu."

"Maksudnya ada hubungannya?" tanya Nathala.

"Rencana kita bocor."

***

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 08, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Misteri Juara 1 + MagaskarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang