Aku memilih untuk menjadi satu sisi koin saja. Aku tak ingin mengenal satu sisi lainnya-
Itu terlalu menakutkan.
Karena...
Aku akan kembali terjatuh di tempat yang sama. Apabila sisi itu dibalikkan seperti semula.
Lalisa Manoban.
Namanya cukup terkenal. Ia mahasiswi seni tari semester empat, berambut cokelat sepundak dengan warna mata senada mirip madu begitu jernih juga menyesatkan. Banyak orang mengenalnya sebagai gadis periang pemilik senyum manis lengkap dengan tingkahnya yang hiperaktif. Predikat yang ia punya tak cukup buruk, karena bakat tari yang Lalisa punya membuat gadis itu disukai banyak orang. Namun, begitu.
Hal yang paling disayangkan mengapa Lalisa harus menyukai Jennie Kim, yang mungkin anti dengan hubungan sesama. Alasan paling klasik yang beredar mengapa Lalisa Manoban ditolak mentah-mentah setiap hari oleh gadis cantik tersebut. Sementara dilain sisi, ada Bae Irene yang begitu terobsesi dengan Lalisa. Orang-orang membicarakan tentang cinta segitiga diantara mereka-dimana Jennie, merasa itu tak penting sama sekali.
Banyak penolakan Jennie berikan, lucunya Lalisa tak pernah merasa terbebani. Jika hari ini ia ditolak keesokkan hari Lalisa akan mendatangi kelas Jennie, atau pergi ke kantin untuk melihat gadis itu makan serta bersenda gurau dengan teman-temannya atau mungkin juga, melihat Jennie berkencan dengan anak lelaki lain dari kampus sebelah. Walau begitu Lalisa tahu Jennie tak pernah memilih salah satu dari mereka, Jennie hanya bersikap baik ke semua orang. Gadis itu tak mampu menolak, terkecuali padanya.
Itulah mengapa. Lalisa menemukan Jennie. Lalisa sungguh menyukai gadis itu. Jennie pantas untuk mendapatkan seluruh cinta yang ia punya.
"Sampai kapan kau begini? Berhentilah." ujar Seulgi teman Lalisa, prihatin. Bukan untuk anak itu...
"Kenapa?" Lalisa menoleh. Menyuap sesendok nasi ke dalam mulut. "Apa yang harus kuhentikan?" tanyanya polos. Seulgi paling tahu merusak suasana makan yang tentram dan damai.
"Menyukai Jennie seperti anjing gila."
"Terdengar seperti kau mengatai dirimu sendiri."
"Sungguh aku tengah serius, jangan mengikat tali terlalu keras dimana pada akhirnya kau akan melepaskan tali itu lagi."
Lalisa tertawa mendengar perkataan Seulgi. "Darimana kau mendapatkan kalimat itu?"
Wajah Seulgi berubah datar. "Kau dan perasaan egoismu."
Seulgi membuang muka melempar tatapan jauh pada meja seberang. Kedua matanya memperhatikan keberadaan Jennie Kim serta Irene Bae yang tiap 20 detik selalu melihat ke arah meja mereka. Ia cemburu...
Sampai kapan semua ini berakhir? Sampai kapan? Seulgi menoleh kembali memandangi wajah sang teman yang sibuk menyantap makan siang, sesekali Lalisa akan melambai ke arah meja Jennie lalu menerima ekspresi jijik dari gadis di seberang sana.
Jennie Kim...
Seulgi tidak menyangka gadis itu masih mau bertahan sejauh ini. Seulgi menghela napas.
Rasa suka, cinta serta hubungan.
Kenapa harus ada sisi sebelah yang jahat untuk sebuah penerimaan? Dan kenapa pula harus ada sisi tersakiti, seolah begitulah cara paling pantas mencintai.
Dari satu sisi.
-untuk diri sendiri.