Aku benci orang-orang. Tapi aku punya banyak cinta. Aku ingin memberikan semua cinta ini, satu-satunya yang tersisa dari jiwaku yang mati.
Setelah itu...aku akan pergi.
Story by : Lazy_Monkey96
Jennie tentu tidak percaya perkataan Seulgi, mungkin gadis itu diam-diam menyukai teman baiknya jadi ia ingin semua orang yang berada di dekat Lalisa menjauh. Apa yang ingin dirinya lakukan kemarin gagal dan kini Jennie hanya perlu menunggu Lalisa datang dengan sebuket bunga baru; setelahnya Jennie akan membawa Lalisa pergi menuju taman belakang kampus. Ya, ia harus segera menyelesaikan ini.
"Jennie..." Jisoo mengangkat dagunya memberi isyarat pada pintu ruang kelas. Jennie menoleh, senyum mengembang tiba-tiba menghias wajah gadis itu. Lalisa berdiri di sana, menyender pada dinding membawa sebuket bunga daisy kali ini.
Sosoknya terlihat jelas sementara gadis itu tak sadar ia tengah diperhatikan seisi kelas yang sudah hapal; jam-jam begini sudah waktunya Lalisa mengapeli Jennie.
"Aku absen kelas kedua, tolong ijinkan aku. Okay? Ada keperluan mendesak!"
"Tapi! Hei!" Jisoo menggelengkan kepala melihat kecepatan Jennie berlari, gadis itu buru-buru menarik lengan Lalisa menjauh dari lorong kelasnya melupakan satu fakta. "Yang kau bawa itu tasku, sialan!" dengus Jisoo pasrah.
Jennie tak peduli. Hatinya terlalu penuh rasa cemas juga excited. Sepanjang jalan Jennie menarik lengan Lalisa, ia tak menoleh sedikitpun ke belakang. Lalisa juga tak banyak bicara, karena banyak mahasiswa yang berlalu lalang disekitar koridor kampus. Bisik-bisik mulai terdengar mungkin penasaran melihat keduanya yang jalan bersama-sementara jantung Jennie serasa ingin meledak saat itu juga. Tepat ketika hampir saja mereka sampai menuju taman belakang.
Lalisa tiba-tiba menarik lengannya hingga genggaman Jennie terlepas.
Jennie berhenti. Menstabilkan napas sebentar, sekuat tenaga memasang wajah semanis mungkin meskipun ia cukup terkejut atas tindakan tiba-tiba Lalisa barusan.
"Hum... Lalisa." Berbalik badan masih menundukkan kepala. Jennie malu sekali, bagaimana ia harus mengatakan kalau dirinya juga mencintai gadis itu.
"Ya."
Tapi...kenapa?
Suara Lalisa tiba-tiba terdengar dingin? Jennie terkejut ketika mengangkat kepala. Ada sorot lain yang tak pernah ia lihat sebelumnya pada mata gadis itu.
Kebencian...
"Lalisa itu tidak seperti yang kau kira."
"Untuk apa kau membawaku kemari?"
"Maksudku. Lalisa sungguh-sungguh menyukaimu bahkan lebih dari itu." Suara Seulgi yang frustasi terngiang-ngiang kembali di telinga Jennie. "Lalisa gampang menyukai seseorang, gampang juga melupakan. Tapi, ia bukan pribadi yang mudah untuk jatuh cinta. Kau membuatnya jatuh cinta."
"Tapi. Jangan pernah membalas cinta Lalisa..."
"Bukankah lebih bagus kau menolakku seperti biasa, tidak menaruh sedikitpun rasa padaku. Tapi hari ini... kau terlihat sedikit berbeda. Aku tidak suka." Sorot wajah Lalisa semakin dingin. Hingga Jennie merasa ia tak lagi melihat Lalisa yang selalu tersenyum ke arahnya seperti kemarin.
"Seorang Lithromantic tidak suka orang yang ia sukai menyukainya balik." Suara Seulgi semakin terdengar jelas menghantam kepala Jennie. "Jika mereka menemukan pihak lain mulai berbalik membalas dan menyukai mereka..."
"Kau tidak sedang ingin-"
"A lithromantic will start hating that person."
"Jika kau tidak percaya kau hanya perlu melihat buktinya dari Bae Irene." Tubuh Jennie mematung mengulang semua perkataan Seulgi. "Lalisa pernah menyukai Irene sewaktu SMA, Irene membalas perasaannya. Tepat saat itu Lalisa benar-benar membenci Irene tapi, Irene terlanjur menyukai Lalisa hingga sekarang."
"Jika kau tetap bersikeras melakukan itu." "Jangan katakan kau suka padanya. cukup lakukan seperti biasa, penolakan membuat Lalisa bahagia dan ia akan selalu memberikan semua cintanya padamu."
"Kau hanya perlu menerima tanpa harus membalas."
"Tadi..." Jennie mengangkat kepalanya tinggi. Melempar senyum sinis. "Adalah hal terakhir yang bisa kuberikan untuk semua barang-barang sampah yang kau berikan selama ini." Suaranya tersayat tajam.
Pupil mata Lalisa membesar, terkejut. Sesaat gadis itu terdiam namun, tak lama senyum manis yang Jennie ingin lihat sedari tadi mulai terkembang.
"Bagaimana ya? Aku tidak akan menyerah."
Jennie merasakan saraf disekitar kedua matanya mengencang, hidungnya mengernyit menahan air mata yang mungkin akan tumpah. Seulgi benar...Lalisa lebih senang begini.
"Sampai kapanpun aku tidak akan pernah menyukaimu!"
Kebohongan...
Dan kebohongan yang selalu Jennie ucapkan setelah hari itu. Ia hanya tak ingin semua ini berlalu dengan cepat. Jennie hanya tak ingin senyum Lalisa tak lagi terarah untuknya.
Biarkan saja...
Seperti ini.
Manusia punya cara berbeda untuk bahagia dan menyampaikan cinta.
Fin
Ide cerita ini dateng pas aku baca satu manhua GxG yang bahas individual begini. Lithromantic, individu yang membenci pihak yang ia suka saat pihak itu balas menyukainya.
Aku jadi kepikiran untuk buat cerita dengan tema ini. Ps : Manhua yang kubaca temanya bukan begini. Jadi bukan adaptasi atau plagiat ya hehe.
Lithromantic sebenarnya umum juga loh. Mungkin ada yang juga sering mengalami ini tapi enggak sadar. Termasuk aku.
Kadang ada satu perasaan dimana kamu puas menyukai, menyayangi atau mencintai pihak lain tanpa harus dibalas. Pas dibalas kamu bakal ngerasa jengkel, tiba-tiba ngerasa sempit, susah bergerak. Well itu yang aku rasakan buat duniaku yang besar, sebesar kotak sepatu 😂
So. Yang baca cerita ini semoga suka. Akhirnya abu-abu? Yup, maybe. Karena aku hanya ingin memperlihatkan sedikit hubungan Lithromantic yang ada di kepalaku ke dalam sebuah cerita. Jadi kalau gak puas endingnya begini, maaf ya 💕
Byee....