Lesson #22

2.2K 187 10
                                    

Lesson Twenty Two:

"Rehatlah sejenak saat rasa lelah sudah mulai menggerayangi!"

°

°

Daren berangkat ke sekolah sekitar 15 menit setelah keberangkatan Kenzie.

Para pembantu di rumah itu yang seperti biasanya sudah datang sejak jam lima pagi tadi ternyata disuruh Kenzie untuk tidak membantu Daren dalam setiap hal yang dia perintahkan.

Daren baru tahu dan bertemu mereka saat akan berangkat sekolah.

Satu langkah sebelum benar-benar mendapati pintu samping dekat dapur kotor rumah itu langkah kaki Daren sudah terhenti.

Pintu itu dibuka dari luar lalu ayah Kenzie terlihat masuk setelahnya.

Daren agak tersentak kaget lalu menunduk sopan saat tatapan mereka bertemu. Benar-benar tidak terduga mereka akan bertemu di sini, kenapa tuan besar rumah ini justru menggunakan pintu yang digunakan oleh para pekerja di rumah itu daripada pintu utama untuk masuk.

"Baru mau berangkat?" tegur ayah Kenzie sembari melangkah mendekati Daren.

"I-iya! Kalau begitu saya--"

"Berhentilah main-main kalau kamu serius tentang masa depan kamu. Saya bukan orang yang hobi berbuat kejam, tapi jika menyangkut anak semata wayang saya ini bisa jadi sulit. Melampiaskan kemarahan pada orang yang tidak ada kaitannya itu benar-benar tindakan yang menyedihkan," sela ayah Kenzie.

Suaranya terdengar tegas ditambah tatapan matanya yang tajam sarat akan keseriusan.

Daren menelan ludahnya kasar lalu mengangguk paham.

"Ba-baik ... maaf," suaranya menurun di kata keduanya.

Kalimat terakhir ayah Kenzie itu seperti mengatakan kalau beliau sudah tahu semua tentangnya baik bagaimana dia bersikap atau apa yang terjadi padanya di lingkungan sekolah maupun di rumahnya dulu.

Semua tentangnya tanpa terkecuali.

Suara tapak kaki yang agak menggema dalam kebisuan setelahnya terdengar menjauh.

Baru saat itu Daren berani mengangkat wajahnya, menatap punggung ayah Kenzie sesaat sebelum akhirnya dia kembali melanjutkan langkahnya untuk keluar rumah itu.

Untuk sampai di sekolah dia hanya berjalan kaki, awalnya.

Meski jaraknya cukup jauh dia tidak memiliki pilihan lain, dia tidak punya uang sama sekali.

Beruntung, saat berjalan tidak jauh dari halte area perumahan di mana rumah Kenzie berada dia bisa menumpang truk pengangkut sayuran yang akan pergi ke pasar, yang mana searah dengan sekolahnya.

Mengingat semua yang sudah dia lakukan, kadang Daren jadi ingin mengutuk dirinya sendiri.

Sampai pada titik ini jika tidak ada pengganggu dia pasti bisa hidup dengan biasa-biasa saja.

Sayang semua miliknya harus sirna. Semua barang berharganya sudah habis, dan itu karena ayahnya yang serakah.

Setiap hari dia bekerja menghilangkan harga dirinya dan membanting tulang untuk tidak mendapatkan apa-apa.

Semua penghasilannya dihabiskan oleh ayahnya.

Di rumah atau di tempat Kenzie sekarang tidak ada bedanya.

DETAK [Yaoi/BL (15+), Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang