Seminggu berlalu, setelah tangis yang membuat matamu membengkak dan memerah hari itu, kau bertekad untuk segera pindah. Beberapa barang-barang penting sudah tersimpan dalam kardus siap diangkut. Dua hari lalu, saat foto rumahmu beberapa hari di unggah dalam laman jual-beli. Penawar ke tujuh langsung tertarik. Beruntung karena pasangan muda itu bahkan mengajak bertemu kemarin untuk membahas yang perlu ditanyakan.
Semua berjalan lancar, beberapa hal yang perlu diurus akan dilakukan hari ini. Namun, Jung Kook sama sekali tak muncul.
Barang-barangnya di dalam kamar sudah di simpan dalam kardus besar. Hanya menunggu mobil pengangkut. Dan dalam ruangan, beberapa sudut sudah kosong. Ada beberapa perabot yang sengaja ditinggal. Dan kau pada akhirnya memutuskan untuk membeli hunian baru. Terdengar merepotkan memang. Tapi jauh lebih baik dari pada harus tinggal di sana. Sedang isi di dalamnya tak lagi bersahabat dengan dirimu.
Tiga hari lalu, kau bersama Tae juga pergi ke kawasan Hongdae. Katanya di dekat sana ada rumah mungil yang sudah lama dijual pemilik lamanya. Tempatnya sedikit menjorok ke belakang namun dari terasnya, kau bisa memandang kota yang akan cantik saat malam hari.
Tapi apakah itu yang kau cari? Nyatanya tidak. Kau merasa ada yang kurang, ada yang harus kau pastikan sebelum benar-benar pergi. Kau tidak bisa menghilang seperti ini. Dari sudut-sudut sempit dan pengap hatimu, kau ingin mengurai salam pisah dengan kekasihmu itu.
Aroma-aroma pria itu masih memenuhi kamarmu. Tawanya masih terdengar jelas dalam bayang isi kepalamu. Dan itu secara perlahan mengoyak apa yang sudah kau tutup rapat.
Kau pikir tangismu minggu lalu adalah yang terakhir dan itu sudah cukup. Hari ini kau berharap dia datang untuk kali terakhir. Namun sampai siang datang dia sama sekali tak membaui rumah ini dengan aromanya. Hari terakhir kau melihatnya adalah minggu lalu. Dan harusnya itu sudah cukup menjadi bukti. Dia tidak lagi memperjuangkanmu.
Koper besar, dus-dus cokelat sudah berjejer rapi di mobil pick up dengan Tae sebagai driver—dia meminjam mobil itu dari pamannya. Kau harusnya beruntung hari ini karena bantuan Tae Hyung.
Pada anak tangga terakhir, kau menoleh untuk kali terakhir. Kepindahanmu hari ini cukup menjadi bukti jika tiap-tiap kedatangan, pasti akan ada kepergian.
Kau hanya menyesali cara kalian berpisah, tidak ada pembicaraan, dibiarkan selesai tanpa ada simpul. Tali yang mengikat tiba-tiba terputus. Tidak ada usaha untuk memperbaikinya. Rela, lepas, usai. Berakhir begitu saja. Rumah yang dulu hangat itu nyatanya hanyalah sebuah persinggahan belaka. Dia tak akan kembali untuk memunguti kalimat-kalimat yang tak ia tabur pada lahan hatimu. Lahan itu mengering.
"Sudah siap?"
Pikiran keruhmu terhapus saat Tae Hyung mendongakkan kepalanya dari balik kemudi. Ke jendela mobil biru itu.
Maka kepergianmu hari itu adalah hari terakhir kau bersamanya. Semua kenangan kau putuskan untuk meninggalkan semuanya di dalam rumah itu.
End
KAMU SEDANG MEMBACA
We Don't Talk Anymore ✓
Fanfic❝Saat kau memutuskan menjadi selingkuhannya empat tahun lalu, bukan berarti kau akan menjadi yang terakhir untuknya.❞ -- Kita tak lagi saling bicara ataupun melihat sejak hari itu. Kita tak tahu kenapa waktu membiarkan hubungan ini semakin menyedihk...