"Wah. Ibu Shani bawa siapa tuh? Murid baru, kah?" bisik Zee kepada Christy.
"Kemarin ada yang pindah. Sekarang murid baru? Murid baru di semester akhir kelas 3 gini? Serius. Orang-orang pada kenapa sih?"
Shani Indira Natio, yang lebih sering dipanggil Ibu Shani, Kepala Sekolah SMA Dandelion sekaligus Wali Kelas XII IPS 1. Visualnya sulit ditandingi oleh siapapun, pesonanya berhamburan memenuhi hati setiap orang yang melihatnya, wujud nyata dari sebuah kesempurnaan. Ia dengan penuh percaya diri berdiri di depan kelas, memamerkan senyumnya yang indah namun mematikan.
"Selamat pagi!"
"Pagi, Bu!" Para murid di kelas itu mendadak terdengar lebih bersemangat menjawab salam dari biasanya.
"Kenapa nih? Pagi ini kalian kelihatannya lebih semangat, lebih ceria juga. Biasanya kalian kalo ngeliat ibu udah langsung tegang aja."
Para murid hanya tertawa pelan menanggapi pertanyaan juga pernyataan yang dilontarkan Ibu Shani. Suasana canggung yang khas ketika kepala sekolah masuk ke dalam kelas untuk berhadapan langsung dengan anak-anak muridnya.
"Nggak kok, Bu. Kita selalu senang kalo kedatangan Ibu Shani," kata Jinan yang menjabat sebagai ketua kelas, ia merasa harus menjadi perwakilan dari anak-anak yang lain untuk menjawab perkataan Ibu Shani.
"Oh ya? Ibu ngerti kok. Kalian pasti penasaran kan sama seseorang yang ada di sebelah Ibu ini?" Ibu Shani menoleh ke arah gadis muda yang sedari tadi berdiri di sampingnya, lalu berkata, "Silakan perkenalkan diri kamu ke temen-temen yang lain."
Gadis itu terdiam sejenak, kedua matanya memandangi anak-anak di kelas itu, sedikit lebih lama menatap ke arah Jinan. Ketegangan terasa di wajahnya, senyum di bibirnya tampak ragu-ragu, rambut ponytail-nya pun tidak bergerak sedikitpun, namun tahi lalat di bawah mata kanannya tampak bergetar. Rasa percaya diri yang berbanding terbalik dengan Ibu Shani.
"Semangat!" Zee berbisik dari tempat duduknya, mengepalkan tangan kanan memberi semangat kepada murid baru tersebut.
Melihat tindakan dari orang yang sebenarnya belum ia kenal, sedikit banyak memberi gadis itu keberanian. Ia pun perlahan mengangkat tangan kanannya, melambai kepada murid-murid lain di kelas itu.
"Halo," sapanya pelan.
"Halo!" sahut para murid. Ibu Shani hanya tersenyum di samping gadis itu dengan kedua tangannya yang ada di belakang.
"Perkenalkan, namaku Fiony Alveria Tantri. Salam kenal semuanya."
"Salam kenal!"
"Nama panggilannya siapa? Kalo boleh tau," tanya Jinan.
"Oh iya. Aku biasa dipanggil Fiony."
"Halo Fiony!" Jinan dan para murid lain melambaikan tangan, membuat Fiony bisa tersenyum sedikit lebih nyaman.
Menyadari situasinya, Ibu Shani segera menyudahi sesi perkenalan itu. "Oke, Ibu rasa sudah cukup. Yang paling penting kalian sekarang sudah tau namanya, untuk hal lainnya mungkin kalian bisa tanyakan langsung nanti. Dan ingat!" telunjuk jari kanan diangkatnya, "Tidak ada yang namanya penyambutan-penyambutan untuk murid baru."
"Iya, Bu!"
"Jinan. Ibu bisa percayakan semuanya ke kamu, kan?"
"Iya, Bu. Ibu Shani sama sekali nggak perlu khawatir tentang itu."
"Bener ya. Nggak ada yang aneh-aneh. Jangan sampai!"
Seluruh murid di kelas itu serentak menjawab, "Iya, Bu!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Blossom
FanfictionMendadak menjadi murid top di sekolah membuat Fiony justru dicurigai oleh dua teman dekatnya, Christy dan Zee. Pasalnya ketika baru pindah ke SMA Dandelion beberapa bulan yang lalu, Fiony adalah orang yang mustahil bisa nyaman dengan semua perhatian...