Angin terus menerpa wajah Regan dan juga Reira. Rambut Reira yang sengaja digerai tampak acak-acakan menutupi wajahnya.
Setelah melatih Regan naik sepatu roda selama setengah jam kini keduanya berjalan-jalan santai memutari taman. Tangan mereka saling bertautan enggan untuk lepas.
Regan menggendong sebuah tote bag milik Reira yang berisikan kamera juga sendal. Beberapa kali saat Regan menemukan pemandangan yang bagus ia meminta Reira untuk berhenti lalu memotretnya. Mungkin saat ini memotret Reira adalah hobi barunya.
"Re," panggil Reira saat keduanya melewati tukang es potong.
Regan menoleh menatap Reira lalu melihat anak-anak yang asik menjilati es potong tak jauh dari posisi mereka saat ini.
"Oke," tanpa perlu penjelasan lebih Regan langsung menghampiri tukang es potong.
"Es potong, tapi jangan dipotongnya dua yang coklat sama vanila ya," ucapan Regan membuat penjualan es potong itu bingung.
"Maksudnya gimana ya kak?"
"Mau segelondong, nggak usah di potong bisa?"
"Ohhh bisa bisa, sebentar."
Reira yang berada di belakang Regan menarik pelan ujung kaos cowok itu yang keluar dari celananya. Regan menaruh tangannya di atas kepala Reira lalu menariknya ke samping.
"Habis ini keluar yuk?"
Regan tak menghiraukan ucapan Reira. Ia melepas karet gelang warna merah bekas gado-gado di tangannya, lalu mengumpulkan rambut Reira jadi satu. Regan sedikit menunduk, ia berusaha mengikat rambut Reira yang berterbangan terkena angin.
"Ini kak. Semuanya jadi sepuluh ribu." penjual es potong memberikan es yang dibalut coklat kepada Reira.
"Uangnya ada di kantong celana ambil aja Ra," Reira merogoh kantong celana Regan mengambil uang lima ribu. Lalu merogoh kantong celananya.
"Ini pak," Reira mengambil es tersebut berbarengan setelah Regan selesai menyelesaikan kunciran di rambutnya.
"Kenapa nggak pake uang gue aja?"
"Kasian duit lo tinggal sedikit, jangan sampe lo kere gara-gara jalan sama gue," Reira memberikan es potong rasa vanila kepada Regan
"Sialan," Regan menendang pelan bokong Reira.
"Mau kemana?" Tanya Regan setelah mengacuhkan pertanyaan Reira.
"Pengen jalan aja, tapi nggak tahu kemana."
Regan menarik tangan Reira, ia melepas sepatu rodanya lalu duduk di atas batu besar di tepi jalan. Di bawahnya sejauh lima belas meter, terdapat jalan setapak juga ilalang sebatas lutut.
"Sini," Regan menepuk tempat di sebelahnya. Ia menggigiti esnya yang mulai meleleh.
Reira melepas sepatu rodanya lalu ikut duduk di samping Regan, kepalanya melongok kebawah menatap jalan setapak yang dihiasi lampu kecil sepanjang jalannya.
"Re kalo gue loncat dari sini kira-kira mati nggak ya?" Regan mendelik kaget mendengar ucapan Reira.
"Ngomong apa lo?"
KAMU SEDANG MEMBACA
TELL ME SOMETHING ABOUT YOU
Ficção Adolescente"Gue nulis ini bukan karena bosen, atau lebay, tapi terlalu banyak masalah yang datang di hidup gue. Banyak hal yang gue nggak sanggup buat ungkapin langsung, dan banyak hal yang terlalu indah buat dikenang di dalam otak gue sendiri. Gue harap lo pa...