07. Still

440 80 9
                                    

Saat Lia turun dari mobil Jeno, Yeji dan Seungmin sedang duduk dengan begel dan dua cangkir kopi di tengah meja mereka.

Yeji menegakkan kepalanya untuk melihat lebih jelas siapa orang di dalam mobil yang Lia tumpangi, kemudian matanya yang kecil terbuka lebar setelah sadar bahwa orang itu adalah Jeno.

Setelah dengan susah payah mengabaikan rasa penasarannya, dia mengalihkan pandangan pada Lia yang sedang merengut. "Apa hobimu hanya membuat orang lain khawatir?"

"Hyunjin bilang kau tersesat," timpal Seungmin. Dia beranjak dari tempatnya dan menyerahkan kursinya pada Lia. Hanya ada dua kursi di sana.

Lia menyandarkan punggungnya dan merosot di atas kursinya. "Jangan mengomel dulu, aku lelah karena berjalan sepagian ini."

"Aku hanya tak habis pikir," ujar Yeji mendesah tak percaya. "Bagaimana bisa kau pergi sendirian di pagi buta seperti itu?"

Lia juga tak habis pikir dengan dirinya sendiri dan merasa terlalu konyol kalau mengatakan: dia pergi untuk mengikuti Hyunjin. Jadi, dia hanya memejamkan mata dan mengabaikannya.

Yeji menghela napas putus asa sampai bahunya terlihat naik turun. Dia akhirnya memutuskan untuk berhenti mengomel. "Kau sudah sarapan?"

"Sudah," jawab Lia singkat.

"Bersama Jeno?" tanyanya lagi, dan Lia mengangguk.

Yeji memandangi baju hangat yang sedang Lia kenakan, kemudian sesuatu terlintas di wajahnya. Sesuatu yang membuat matanya berbinar dan senyum lebarnya mengembang. "Apa itu juga miliknya?"

Lia mengerling, dia sadar dengan apa yang temannya sedang pikirkan. "Ceritanya sangat berbeda dengan yang sedang kau bayangkan."

"Jadi, seperti apa itu?"

"Panjang," dengus Lia. "Yang jelas aku berhutang padanya karena sarapan itu. Dia meminjamiku baju hangat karena aku terlihat kacau dan memalukan baginya—dan dia terpaksa mengantarku pulang karena kasian. Hyunjin tidak mengangkat panggilanku."

"Hyunjin mencarimu tadi," sergah Seungmin yang sekarang berdiri di belakang Yeji. Kedua tangannya memegangi pundak sang pacar.

"Bagaimana mungkin dia mencariku tapi tidak mengangkat panggilanku berkali-kali?" Kekesalan yang Lia lupakan beberapa menit yang lalu mulai kembali lagi ke wajahnya. "Baru saja aku melihatnya berjalan dengan Karina sambil tersenyum sangat lebar di jalan—sama sekali tidak terlihat khawatir."

Yeji berbalik dan mendongak untuk menatap pacarnya, lalu mengangkat alisnya seolah sedang bertanya dalam hati: "kau tahu itu?"

Seungmin balas menatap Yeji dan mengangkat bahu.

Lia ingin muntah menahan malu sekarang, wajahnya berubah pucat setelah mengingat apa saja yang dia katakan pada Jeno tadi. Dia mengatakan semuanya: mulai dari alasannya tersesat secara jujur. Dia juga membual tentang Hyunjin bisa datang lebih cepat dari yang dia bayangkan, dan itu sangat memalukan dan kekanak-kanakkan. Lebih-lebih, Jeno melihat Hyunjin cekikikan bukannya datang mencarinya. Lia benar-benar ingin mengubur dirinya sendiri sekarang. Entah apa yang Jeno pikirkan tentangnya, yang jelas dia pasti menganggapnya "si paling menyedihkan".

Lia menunduk dan menungkup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Kemudian memijat pelipisnya sendiri. "Sepertinya aku perlu mandi."

"Ya, Jeno benar," kata Yeji mengangguk-anggukan kepalanya. "Kau memang terlihat kacau dan perlu sedikit merapikan diri."

Lia tidak protes seperti biasanya, dia malah mengangguk dan berjalan lesu ke dalam vila.

"Berjanjilah untuk menceritakan semuanya padaku nanti!" ucap Yeji setengah berteriak.

Before She Even KnowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang