bekal untuk laven

241 13 6
                                    


Hari ini aku bangun sangat pagi untuk membuat bekal, emmm.... Bukan untuk ku sih tapi untuk laven. Aku sudah siap dengan seragam ku dan segera aku menuju dapur, ternyata disana sudah ada mamah dan juga bibi yang sedang memasak untuk sarapan kami.

"Eh sayang, tumben udah kebawah? Kelaperan atau gimana nih ceritanya tuan putri" ucap mamah dengan nada yang mengejekku.

Aku memutar mataku malas, sungguh mamah memang sering seperti ini "Ih mamah, aku pengen buat bekal untuk teman baruku, dia sangat sulit buat didekati kata temen aku cara ini bisa buat kita dekat"

"Hahaha, ada ada aja kamu ini, yaudah mamah buatin ya? Mau bekal apa?" tanya mamah

Lantas aku menggeleng "ga usah mah, biar aku saja yang buat"

"Nanti seragam kamu bau bumbu kinar, udah biar mamah aja yang buat, nasi goreng sama telor ceplok cukup?" mau tidak mau aku menganggukan kepala, aku bukanlah anak yang suka membantah, jadi baiklah, kali ini biarkan mamah yang memasak kedepannya aku akan bangun lebih pagi dan memasak bekalku sendiri.

Aku mendudukan diri dimeja makan, dan tidak lama setelahnya papah datang dia mengelus kepalaku lembut.

"Wah, papah kalah gercep sama anak papah" ucapnya sembari tertawa

"Good morning pah"

"Good morning too tuan putri"

Lalu mamah datang dengan 2 buah kotak makan ditangannya, dan memberikan kotak makan tersebut kepadaku.

"Ni sayang, jangan lupa dikasih ketemennya ya" aku mengangguk sebagai jawaban, kami sarapan bersama dengan tenang.

Disisi lain

Dikediaman keluarga adiputra sedang kacau balau, pasalnya sosok lain didalam diri laven muncul, Dia memiliki sifat yang kasar dan juga pemarah membuat orang tua mereka dan juga mahen kesulitan untuk menenangkannya.

"JANGAN DEKET DEKET!" ucapnya dengan nada tinggi, dia membanting apapun yang berada didekatnya, diapun mengarahkan pisau buah tersebut ke arah nadi yang berada di pergelangan tangan.

Tidak wajar jika tiba-tiba marah sembari membanting barang bukan? Padahal tidak ada yang memancing emosinya, namun memang dasarnya indra yang tidak bisa mengatur emosinya.

"LO APA-APAAN SIH, LO ITU SELALU AJA NYUSAHIN KITA, LO GA KASIAN SAMA LAVEN HAH?!"

"GUE NYUSAHIN KALIAN? HAHAHA LUCU, ASAL LO SEMUA TAU GUE ADA KARENA DIA SENDIRI, KALIAN AJA YANG GA PERNAH MERHATIIN TINGKAH DIA, YANG LO BERDUA LAKUIN CUMAN KERJA KERJA KERJA DAN KERJA, PAS GUE NGELAKUIN HOBI GUE LO BERDUA NGAPAIN? NGEDUKUNG GUE? ENGGA LO CUMAN BISA CACI MAKI GUE, APA KALIAN PANTES DISEBUT ORANG TUA?, DAN LO MAHEN LO LAKUIN APA BUAT GUE? GA ADA BAHKAN PAS GUE NANGIS DIKAMARNYA LO GA PERNAH DATENG BUAT NENANGIN GUE, HAHAHA LUCU JUGA NGELIAT KALIAN KAYA GINI, KALIAN GA TAU PENDERITAAN GUE KAYA GIMANA, CUMAN GUE SEORANG YANG TAU, HANYA GUE, LO SEMUA TAU APA?" mahendra berserta kedua orang tuanya diam sejenak, sering sekali dia memberitahu tentang ini, namun mereka saja yang tidak terlalu memikirkannya.

"JADI APA SALAHNYA GUE ADA DICIPTAIN SAMA DIRI GUE SENDIRI? SEENGGANYA GUA JADI TEMEN BUAT DIRI GUE SENDIRI, SEHARUSNYA KALIAN YANG SERING KETEMU SAMA GUE LEBIH MERHATIIN GUE, BUKAN MALAH MAKSA GUE NGELAKUIN APA YANG KALIAN MAU, BRENGSEK." setelah mengatakan kalimat tersebut, tubuh laven merosot kelantai, dia terlihat sangat kelelahan setelah meluapkan segala emosinya, tangannya yang sedari tadi memenggang pisau buah pun menjatuhkan benda tersebut.

Mahen mendekat kearah sang adik, dan memeluk tubuhnya, sebenarnya mahen sangat menyayangi adiknya ini, namun gengsi menjadi dinding tinggi yang perlu dia lewati. Dan baru sekarang dia bisa melewati dinding tersebut.

Lavendra Dan Kinar || Jay Enhypen [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang