Laven telah sampai di sekolah, tak lama Mahen pun tiba di sekolah dengan Hana yang sudah dijok belakangnya, Laven melepaskan helmnya dan bergegas pergi dari parkiran.Mahen yang sedari awal sudah melihat adiknya tersebut hanya bungkam, dia tidak memanggil Laven.
"LAVEN!" Laven menghentikan langkahnya dan menolehkan kepalanya kebelakang.
"Kinar? Kamu udah nyampe?" aku mengangguk kan kepala.
"Kamu buru-buru?" ucapku, Lavenpun menggeleng.
"Oke ayo!" aku menarik Laven dan membawanya menuju kantin.
"Eh eh kemana?" tanyanya bingung.
"Ke kantin, ayok!" aku kembali menarik Laven, dia tidak melawan dan diam saja, pasrah itulah yang Laven lakukan.
Sesampainya aku dan Laven di kantin, kami berdua lansung duduk disalah satu bangku yang tersedia.
"Bu nasi uduknya 2 porsi ya!" pekik Ku pada ibu yang berjualan nasi uduk.
"Kinar!" aku menolehkan kepala.
"Kenapa?" tanyaku.
Laven nampak berfikir, dan selang beberapa detik dia menggelengkan kepala. "Gapapa."
"Aku liat-liat kamu ga pernah makan nasi uduk ya? Nasi uduk bu yuni enak tau, kamu harus coba pas udah siap." Laven tersenyum paksa, bukannya dia tidak mau hanya saja dia tidak bisa memakan nasi uduk.
Selang beberapa menit nasi uduk pesanan Kinar tiba dimeja mereka, bu yuni meletakan 2 piring tersebut dihadapan 2 anak muda itu.
"Makasih ya bu."
"Iya sama-sama neng." bu yuni pergi meninggalkan 2 insan remaja tersebut.
Aku memakannya dengan lahap bak orang yang tidak makan selama seminggu, berbeda dengan Laven dia hanya memandangi piring yang berisi nasi berwarna kuning dengan lauk tempe orek, telur, bihun, sambal dan juga kerupuk yang ada dihadapannya.
"Kenapa ga dimakan? Ga suka?" tanyaku.
Laven sontak menggelengkan kepalanya, tanpa berbicara dia memegang sendok, saat ingin menyuapkan sesuap nasi uduk tersebut, tiba-tiba saja sebuah tangan menghempas sendok tersebut hingga terlepas dari genggaman tangan Laven.
"Lo budek atau gimana? Udah gue bilang kemaren lo itu ga bisa makan beginian Laven!, Lo juga ngapain nyuruh adek gue makan kaya gini? Lo mau buat dia masuk rumah sakit hah?!" bentak Mahen yang sudah berada disamping Laven dengan wajah yang memerah.
Laven terdiam ditempatnya, dia tidak tahu jika kakaknya berada di sampingnya.
"Mahen, aku ga tau, maaf." ucapku.
"Kalo gue ga cepet-cepet nyusul kalian, ga tau dah gue nih anak udah kaya gimana." Mahen memukul tekuk Laven.
"Lo apa-apaan sih, dateng-dateng marah ga jelas, lagian Kinar juga ga tau." ujar Laven.
"Kenapa ga lo kasih tau tolol! Lo juga kenapa ga nanya dulu apa yang bisa dimakan sama ga bisa dimakan sama Laven!" nada suara Mahen terdengar naik beberapa oktaf.
"Lo bisa santai ga sih ngomongnya?."
"Gimana gue bisa santai pas adek gue nyaris masuk rumah sakit gara-gara ini?!" ucap Mahen sembari menunjuk sepiring nasi uduk bu yuni.
"Dia cewek gue, lo ga seharusnya ngebentak dia!"
"Lo lebih mentingin cewe lo dibanding nyawa lo?"
"Lo udah sinting ven!" Laven menatap kakanya itu jengah, menurutnya Mahen sedikit berlebihan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Lavendra Dan Kinar || Jay Enhypen [Hiatus]
Fiksi Penggemar[Diharapkan follow sebelum membaca. dilarang mengikuti alur cerita ini, jadilah pembaca dan penulis yang bijak!] [Slow update] Lavendra adiputra dwi satya, seorang pemuda yang berusia 17 tahun, memiliki sebuah trauma yang tidak semua orang tahu, yan...