"Begini, adik anda mengalami stres dan dia mengonsumsi obat penenang yang memiliki dosis tinggi yang kemungkinan bisa merusak fungsi ginjal, sebaiknya anda membawa adik anda ke skiater dan menjalankan terapi, agar hal seperti ini tidak terjadi lagi. jika terjadi lagi hal yang paling pertama terjadi adalah ginjalnya akan mulai rusak, dan yang paling parah adalah dia bisa saja meninggal dunia. Tidak menutup kemungkinan juga dia akan melakukan percobaan bunuh diri.""Jadi segera cegah sebelum hal yang lebih buruk terjadi pada adik anda, dan saya sarankan supaya adik anda di rawat sampai infusnya habis." ucapan dokter tersebut membuat pikiran mahen seketika kosong, dia merasa gagal menjadi seorang kakak untuk Laven, bahkan dia tidak tau apapun tentang adiknya tersebut.
"Baik dok, terima kasih saya pamit keluar"
"Ya, silakan" mahen bangkit dan berjalan keluar dari ruangan dokter menuju ke ruang nginap laven, langkah kakinya sangat lemah, mahen jongkok di ujung koridor rumah sakit.
"Ven maafin gue" ucapnya lirih.
"Gue gagal jadi kakak yang baik buat lo, sorry. Sorry gua selalu pura-pura ga peduli sama lo"
"Bang?" suara seseorang mengalihkan mata mahen untuk menatap orang tersebut.
"Lo ngapain disini malem-malem gini? Lo.... Nangis?" mahen menggelengkan kepalanya, dan dengan secepat kilat menghapus jejak air mata yang ada dipipinya.
"Lo ngapain disini el?" tanya mahen.
"Gue kesini gara-gara diare bang, tuh sama juan, lo belum jawab kenapa lo ada disini bang?"
"Eeee..."
"WOI EL, GUE UDAH BILANG JANGAN MAKAN SEMB- eh bang mahen, tumben ke rumah sakit bang? Siapa yang sakit?" juan datang dengan sedikit berlari.
"Eee abis jenguk temen yang sakit, ah iya jenguk temen"
El dan juan menatap mahen dengan tatapan menyelidik, mereka tidak yakin dengan jawaban yang mahen katakan.
"Kenapa kalian liatin gue kaya gitu?" tanya mahen.
"Lo ga boong kan bang?"
Jelas mahen yang tidak mau sandiwaranya ketahuan sepasang adik kakak itu, dia menggelengkan kepalanya.
"Lo mau pulang bang? Bareng aja yok udah malem banget nih, lo sih lagian el pake diare segala lo"
"Salahin diarenya dateng ke gue malem-malem gini"
"Wan, kayanya gue mules lagi, bentar yak, bang gue ke toilet dulu." juan hanya bisa membuang nafas kasar melihat kelakuan adiknya tersebut.
Sedangkan mahen hanya menggelengkan kepalanya dan tersenyum tipis, hubungan adik kakak yang satu ini memang sedikit unik, dan keunikan tersebut yang membuat mereka dekat, tidak seperti dirinya dan laven.
Teringat laven yang dia titipkan kepada arya, membuat raut wajah mahen kembali menjadi datar.
Juan yang menyadari perubahan raut wajah mahen tersebut, menyerit bingung.
"Kenapa bang? Lo diare juga kaya el?" tanyanya.
"Engga, eh gue mau ke minimarket bentar buat beli cemilan, btw lo pulang duluan aja sama el, udah malem besok lo berdua sekolah."
"Iya bang, gue sama el bakal pulang, tapi si el belum balik dari kamar mandi, lo juga pulang bang, kasian bang laven dirumah dia sendirian kan?"
"Yaudah gue duluan ya, pas pulang nanti hati-hati sekarang banyak jalan yang bolong, kalo kalian ga hati-hati kemungkinan kalian bakal kesini lagi" juan menganggukan kepalanya, sebelum mahen pergi dia menepuk bahu juan pelan.
![](https://img.wattpad.com/cover/292056463-288-k117158.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Lavendra Dan Kinar || Jay Enhypen [Hiatus]
Fanfic[Diharapkan follow sebelum membaca. dilarang mengikuti alur cerita ini, jadilah pembaca dan penulis yang bijak!] [Slow update] Lavendra adiputra dwi satya, seorang pemuda yang berusia 17 tahun, memiliki sebuah trauma yang tidak semua orang tahu, yan...