08. Running Heartbeat

74 39 79
                                    

"Bagaimana?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bagaimana?"

Pertanyaan Aiden barusan hanya dibalas gelengan kepala oleh Devano, Orist, dan Trisha. Perasaanku semakin resah karena tidak tahu lagi harus ke mana dalam mencari kedua orang tua dan adikku.

"Apa kita harus lapor polisi?" Usulku dengan pandangan kosong.

Aiden, Orist, Devano, dan Trisha, mereka semua belum pernah bertemu dengan orang tua dan adikku. Jejak darah yang ada di teras halaman samping tidak bisa diidentifikasi langsung, baik dengan kemampuan penciuman werewolf atau kekuatan elf milik Orist. Jadi, mungkin saja dalam hal ini polisi bisa membantu.

Tapi yang dikatakan Orist malah sebaliknya. Membuat setitik harapan yang muncul dihatiku menjadi padam seketika.

"Sebaiknya jangan." Pandangan Orist menyapu ruangan dengan raut serius yang tak hilang dari wajahnya semenjak menginjakkan kaki di rumah orang tuaku. "Aku bisa merasakan sihir di sini. Polisi jelas bukan tandingan mereka."

"Zaros?"

"Aku tidak yakin. Tapi sihir ini masih berkaitan dengan Cruella."

Aku mendesah kesal mendengar penjelasan Orist. Kedua tanganku menjambak rambut frustasi lengkap dengan perasaan bersalah yang perlahan menyeruak di dalam hati. Aku menggigit bibir bagian bawah kuat saat pandanganku semakin memburam akibat air mata yang berlomba-lomba keluar.

"Ini semua karena aku. Kutukan itu penyebabnya." Tanpa sadar aku bergumam pelan. Dalam keadaan kalut seperti ini, aku sudah tidak bisa mengendalikan pikiran dan perkataanku lagi. Semuanya kacau.

Pikiranku terus tertuju pada kedua orang tua dan adikku. Aku tidak tahu mereka berada di mana dan dalam keadaan seperti apa. Jika mengetahui darahku ini sebuah kutukan yang membawa malapetaka bagi orang-orang di sekitarku, lebih baik waktu itu aku menyerahkan diri pada segerombolan serigala dan membiarkan tubuhku dicabik-cabik oleh taring tajam mereka.

"Kutukan?"

Aku terkesiap saat mendengar suara penuh tanya Trisha. Mataku mendapati gadis itu tengah menatapku, meminta penjelasan atas apa yang barusan kukatakan. Sementara ketiga pria di ruangan ini hanya diam dengan pandangan tak tentu arah, bingung pada keadaan yang sedang terjadi.

"Gadis kutukan untuk sang kegelapan itu adalah aku." Suaraku pelan. Tapi dengan kemampuan werewolf miliknya, Trisha jelas dapat mendengarnya.

Aku sudah menduga ini, cepat atau lambat darah kutukanku akan terkuak. Pada akhirnya, semua penduduk Redeidelweis Pack akan tahu mengenai siapa aku sebenarnya. Entah apa yang akan terjadi setelah itu, aku tidak berani membayangkannya.

FATE: Curse of DarknessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang