❦
.
.
."Kau hampir membunuhnya, Zaros."
Wanita cantik berambut perak dengan jubah kebesaran yang menjuntai menyapu lantai tengah duduk angkuh di atas singgasananya. Manik violetnya menatap tajam seorang pria pucat yang baru saja menunjukkan dirinya dari balik asap hitam yang perlahan menipis, menyatu dengan udara.
Pria yang dipanggil Zaros itu terlihat berlutut pada wanita cantik di hadapannya sebagai bentuk hormat dengan kepala yang ditundukkan. "Gadis itu memang ditakdirkan untuk mati."
Di dalam tundukkan kepalanya, Zaros terdiam. Pikirannya kembali melayang pada seorang gadis yang baru saja hampir meregang nyawa di tangannya. Suara lirih penuh permohonan gadis itu mengingatkannya pada seseorang di masa lalu. Seseorang yang amat berarti baginya, namun berakhir tragis karenanya.
"Takdirnya mati untuk sang kegelapan di malam purnama merah. Bukan di tanganmu, Zaros!"
Dalam sedetik, tubuh Zaros terpental jauh menghantam dinding. Menciptakan retakan yang perlahan menjalar, merusak keindahan dinding berlapis perak yang memiliki ukiran-ukiran rumit di setiap sudutnya.
Sang wanita cantik bangkit dari singgasana. Dengan langkah anggun tapi penuh penekanan, ia berjalan menghampiri Zaros yang tengah meringis akibat serangan mendadak darinya.
"Jangan melewati batas, Zaros."
Ucapannya terdengar biasa saja. Namun Zaros paham, itu sebuah peringatan yang tak bisa ia abaikan.
Perlahan Zaros bangkit sambil mengusap cairan kental berwarna hitam yang keluar dari bibirnya. Manik rubi pria itu bertemu dengan permata violet cantik di hadapannya. "Tidak akan, Cruella. Aku akan selalu mengingat batasanku."
Cruella, sang penyihir itu tersenyum puas. Kemudian berbalik dan kembali berjalan menuju singgasananya. Menyibak jubah kebesaran miliknya sebelum akhirnya mendudukkan diri di atas kursi besar tertinggi kebanggaannya.
"Kau boleh pergi, Zaros."
Zaros mengangguk. Pria pucat itu segera melingkupi tubuhnya dengan gumpalan asap hitam pekat yang kemudian membawanya menuju sebuah kamar besar dan megah miliknya. Manik rubinya langsung menangkap setangkai bunga mawar merah yang telah ia simpan beratus-ratus tahun lamanya.
Dengan kekuatan sihir miliknya, Zaros bisa membuat bunga itu tampak selalu segar seperti baru dipetik beberapa menit yang lalu. Nyatanya, itu adalah bunga peninggalan gadis kesayangannya enam ratus tahun silam.
Tangan pucat Zaros meraih setangkai mawar merah itu. Menatapnya lekat, membayangkan wajah gadis pujaannya yang selalu tersimpan rapi dalam memori. Ingatannya kembali berputar beberapa ratus tahun silam, tepat saat pertama kali ia bertemu dengan gadis yang mampu membuatnya merasa bahagia sekaligus penyesalan yang begitu dalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
FATE: Curse of Darkness
Fantasía⚠️ Beberapa part cerita ini mengandung adegan kekerasan, darah, kata-kata kasar, penyiksaan, dan pembunuhan. Harap bijak dalam membaca! Thank you and happy reading ♡ -------------------- Sepasang permata rubi itu memaku dirinya. Kuku-kuku panjang na...