6

43 9 2
                                    


"Ngide banget sih lu segala pura-pura pingsan biar dibantuin dia," Rinjani mengomel saat mereka menyebar undangan tidak di lokasi seharusnya. Karena mereka hanya mengikuti arah mobil Tangguh membawa mereka. Rhea naik mobil dengan Tangguh. Karena Rinjani tidak bisa meninggalkan motornya, ia pun mengintili mobil Tangguh dari belakang. Ide Tangguh rupanya memang cukup membantu, karena sejauh ini sudah hampir 25 orang juga yang mendaftar, persis seperti di lokasi pertama, karena saat di lokasi kedua hanya Tangguh yang mendaftar.

"Tapi jadi banyak kan yang daftar?"

"Tapi lu udah bohongin dia,"

"Tapi lu seneng kan kita bisa pulang lebih cepet?"

"Tapi..."

"Udah ah, selama dia nggak tahu ya nggak masalah,"

Rinjani hanya terdiam diikuti Rhea yang kembali mendekat ke arah Tangguh. Di sebuah wilayah Kemang, Tangguh benar-benar didatangi banyak orang. Ada yang memang mau mendaftar, ada juga yang hanya sekedar ingin meminta foto. Waktu sudah menunjukkan pukul lima sore, dan mereka memutuskan untuk berhenti menyebar undangan, karena yang mendaftar sudah melebihi target.

"Makan dulu yuk," ajak Tangguh.

"Gue harus balik, rumah gue jauh," Rinjani nyamber.

"Rin, makan dulu sebentar," ajak Rhea memohon.

Tangguh melirik tipis ke wajah Rinjani yang masih bergurat geram. Di sisi lain, Rinjani tidak ingin kebohongan sahabatnya itu terbongkar jika dia bersikap acuh.

"Oke. Mau makan di mana?"

"Nasi padang aja ya," ajak Tangguh.

"Hah? Artis ngajak makan nasi padang? Serius?" ledek Rinjani sembari nyengir.

"Lo mau ikut nggak? Kalau mau balik, yaudah balik aja," kata Tangguh sinis.

Tak banyak bicara lagi, Rinjani langsung kembali mengikuti mobil Mercedes Benz C-Class keluaran 2015 berwarna putih milik Tangguh itu dan tampak sangat mewah. Ingin rasa hati Rinjani menjajal mobil high class itu, tapi rasa kesalnya dengan Tangguh melebihi apapun di dunia ini. Lagipula, pendapatan dari film yang ia mainkan tidak akan cukup membuat Tangguh membeli mobil itu. Jadi sudah dipastikan uang tambahannya datang dari ayah Tangguh yang juga merupakan pengusaha dan investor di beberapa saham perusahaan besar.

Mobil Tangguh masuk ke rumah makan padang Siang-Malam Kemang yang memang dikenal sebagai rumah makan padang elit. Selain desain restonya yang tidak seperti bayangan Rinjani, rasa masakannya sudah dipastikan enak. "Shit," dumel Rinjani dalam hati yang menyesal telah meremehkan Tangguh.

"Gimana? Mau tetep makan di nasi padang nggak?" Tangguh angkuh.

Rinjani membawa tubuhnya dengan sangat terpaksa.

Mereka bertiga duduk di sebuah meja panjang, dan mereka tidak banyak berbicara. Sembari mereka menunggu makanan datang, Rhea dan Rinjani hanya saling tatap karena bingung tak ada yang memesan makanan dulu. Sementara Tangguh sibuk dengan Iphong 6s plusnya yang berkilauan di mata Rhea dan Rinjani yang hanya menggunakan Sansung J2, dan memilih tidak mengeluarkan handphone mereka.

Tak lama, dua pelayan mendatangi mereka dengan atraksi mereka membawakan tumpukan piring berisi lauk. Tidak sekali, mereka harus dua kali balik lagi untuk menyajikan semua lauk yang mereka punya. Setelah semua lauk dan nasi tersedia di meja, baru lah mereka memesan minuman.

"Es jeruk," Tangguh dan Rinjani kompak memesan minuman yang sama. Dan hanya saling lirik. Sementara Rhea memesan es teh manis.

"Yuk makan," Tangguh mengajak Rhea dan Rinjani untuk makan. Telur dadar adalah lauk pertama yang dilirik Rinjani, tangannya pun menghampiri lauk itu, diikuti tangan Tangguh yang juga meraih lauk yang sama. Tangguh dan Rinjani saling tatap dan kompak melepaskan tangan mereka dari piring. Rinjani mulai mencari lauk lain, begitu pula Tangguh. Kali ini Rinjani menargetkan rendang, semua orang kalau di tanggal muda pasti akan memilih lauk rendang sebagai apresiasi atas kerja keras satu bulan.

17 Juta Tahun CahayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang