Renan || 08

17 6 7
                                    

Youre not only Universe, You are my Galaxy!

-Anggia Avery-

***

***

Suasana masih hening, suara halus pendingin mobil pun terasa seperti mesin pemotong kayu sekarang. Anggi masih sungkan untuk bicara, apalagi pria yang duduk di balik kemudi sebelahnya pun tidak minat mengajaknya berbincang, kembali bisu! Namun, itu lebih baik daripada ngomong, tapi menyakitkan hati.

Sempat merutuki diri karena malah ikut menumpang pulang, harusnya ia tadi menjegat taxi saja, ya meski belum tahu juga posisinya sekarang ada di mana? Daripada canggung begini, kendati mobil yang mereka tumpangi ini sangat nyaman, tapi jika pemiliknya saja tidak ramah seperti mau makan orang, bukankah lebih enak naik mobil pengangkut sapi?

Sempat merutuki diri karena malah ikut menumpang pulang, harusnya ia tadi menjegat taxi saja, ya meski belum tahu juga posisinya sekarang ada di mana? Daripada canggung begini, kendati mobil yang mereka tumpangi ini sangat nyaman, tapi jika pemili...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di lain hal, jujur saja Anggi tidak menyangka Renan memiliki kendaraan sebagus ini, memang ia tidak pengalaman soal merk mobil, tapi dari tampilannya saja gadis itu tahu bahwa kendaraan yang ia tumpangi sekarang ini adalah mobil mahal.

Semakin penasaran saja jadinya Anggi dengan sosok sedingin kutub selatan itu. Bagaimana tidak? Ada banyak hal ganjil di dirinya, begitu misterius dan penuh tanda tanya. Untuk yang baru saja terjadi ini misalnya.

Pikirkan sendiri, jika Renan bisa punya mobil semewah ini, lalu kenapa laki-laki itu mau berkotor-kotoran dengan selokan dan lumpur jika hanya untuk mencari uang?

Apa iya uang yang dihasilkan dari pekerjaan itu mencukupi untuk membeli satu unit mobil sport seperti miliknya ini? Meskipun bisa, tapi rasanya mustahil saja untuk orang biasa dengan pekerjaan berat seperti itu justru memilih mengkredit mobil mahal, daripada mencicil rumah yang lebih layak atau kebutuhan lain yang lebih penting. Seperti Anggi yang menyisihkan uangnya  untuk biaya berobat ibunya dan keinginan kuliah tahun depan.

Tapi, Renan?

Apa mungkin hidupnya hanya untuk gengsi? Bekerja keras agar terlihat high class?  Tapi jika pria itu aslinya kaya, kenapa juga ia mau tinggal di apartemen kelas bawah yang sempit dan bersedia mengerjakan pekerjaan yang bagi sebagaian orang begitu menjijikan. Tidak banyak yang sudi berkubang dalam parit yang bau jika tidak dalam keadaan terpaksa, apalagi ini orangnya memiliki paras bak Dewa Megara.

Tentu orang akan lebih setuju kalau Renan bekerja sebagai model atau artis saja. Tapi yang lebih aneh, kenapa juga Anggi harus memikirkan Renan sedalam itu? Saudara bukan, teman juga bukan. Bingung sekali kenapa kehidupan Renan sangat mengusik jiwa penasarannya.

Anggi menggelengkan kepala pelan, mencoba menggugurkan banyaknya tanda tanya dari atas kepala. Pandangannya beralih ke luar jendela, dan tanpa sengaja ia melihat papan nama sebuah tempat yang tidak asing.

RenanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang