"Kenapa kamu lakukan ini, Mas? Apa salahku?" Arunika terisak saat mengatakannya. Pernikahan yang dibinanya bersama Renjana Agung harus tertimpa badai. Wanita dengan paras ayu belum juga berhenti menangis saat mengetahui sang suami ternyata menikah lagi secara diam-diam. Mas Re, panggilan untuk suaminya tidak bisa menjawab pertanyaan dari Arunika.Arunika, biasa dipanggil Runi oleh suaminya tidak terima dengan kenyataan pahit yang menimpanya. Selama ini, wanita yang sangat patuh pada suami dan ibu mertuanya itu tidak pernah sedikit pun membangkang. Itu adalah bukti cintanya pada sang suami. "Runi, harusnya kamu sadar diri, delapan tahun menikah kok ga hamil-hamil!" Bu Yanti yang notabene sang mertua justru menjawab dengan sengit. Renjana masih terdiam, bingung hendak menjawab apa. Semua kesalahannya, dia mau saja di paksa oleh Bu Yanti untuk menikah dengan Jelita, mantan kekasihnya dahulu. Pria hitam manis dengan lesung pipi berada di antara pilihan yang sulit. Renjana mencintai Runi, wanita yang mendampingi usahanya dari nol hingga sukses saat ini. Tidak ada keinginan untuk membagi hati dengan wanita manapun. Sayang, rasa berbakti pada sang ibu membuatnya mengambil keputusan yang salah."Runi, kita bicara setelah kamu tenang ya," pinta Renjana pada Runi. Runi menatap tajam suaminya, dia jijik melihatnya. Terlebih, di depan sana ada Jelita yang menjadi duri dalam rumah tangganya. Istri kedua Renjana datang bersama seorang gadis kecil berusia kurang lebih satu setengah tahun. Ya, sama dengan usia pernikahan mereka kurang lebih dua tahun lalu. Arunika meninggalkan ruang keluarga. Rasanya hancur mendapati kenyataan ini. Ingin segera pergi dari rumah ini, pulang ke Jakarta di rumah papa dan mamanya. Di sana ia ingin menenangkan diri. Dua buah koper ia turunkan dari atas lemari pakaian miliknya. Menata semua pakaian dan ijazah S1 miliknya. Beberapa saja yang ia bawa, selebihnya biarkan. Rencananya besok pagi atau nanti malam saat semua penghuni rumah ini sudah tertidur, ia akan pulang ke Jakarta. Renjana bingung, Jelita sudah melahirkan putri kandungnya. Ia menginginkan seorang anak. Sayangnya, Arunika belum bisa memberikannya. Pertemuannya dengan Jelita dua tahun lalu ternyata dimanfaatkan oleh Bu Yanti. Bu Yanti dari awal tidak menyukai Arunika. Sayangnya, sang putra sulung, Renjana sangat tergila-gila pada gadis yang cantik dan cerdas itu. Renjana bahkan berani menentang kedua orang tuanya kala itu. Banyak hal yang membuat Renjana tergila-gila pada Arunika. Salah satunya kecerdasannya. Arunika adalah wanita cerdas, bertemu Renjana saat sedang kuliah di UNS mengambil S1 jurusan PGSD atau Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Dengan kecerdasannya, Arunika bahkan meraih Indek Prestasi tertinggi. Tiga koma sembilan lima, mendekati sempurna. Banyak tawaran untuk mengajar di kampusnya bahkan sekolah-sekolah bonafide juga menawari pekerjaan. Sayangnya, semua itu ditolaknya karena ingin menikahi Renjana. Kedua orang tua Arunika tidak keberatan. Melihat kesungguhan Renjana ketika melamar putrinya. Berbekal restu orang tua, Arunika mengikuti Renjana. Ia bersedia diboyong setelah akad nikah. Tinggal bersama dengan mertua dan kedua adik iparnya. Sabar dan ikhlas saat Bu Yanti sering kali berkata pedas terhadapnya. Tak jarang, memaki, bahkan menyumpahi. Arunika tidak berpangku tangan, ia mulai membantu usaha Renjana. Semua perhiasan yang diberikan oleh kedua orang tuanya dijualnya. Digunakan untuk menambah modal usaha Renjana. Kala itu, sang suami merintis usaha kecil-kecilan, boneka handmade.Otak yang cerdas, sangat membantu sang suami untuk mengembangkan usahanya. Perlahan tapi pasti usaha tersebut berhasil, dan membuat pandangan Bu Yanti berubah terhadap Arunika. Tidak ada lagi makian atau bentakan.Seiring waktu berjalan, usaha tersebut banyak mengalami kemajuan yang pesat. Dalam kurun waktu kurang dari dua tahun sudah memasuki pangsa pasar besar. Banyak mall dan outlet boneka besar yang ingin bekerja sama dengan Renjana. Hal ini membuat Renjana bahagia. Usaha mereka diberi nama 'Boneka Arunika' karena berkat kerja keras Runi hingga menjadi besar seperti saat ini. Semua modal dan bahan baku, Runi yang menyediakan. Papa dan mama Runi juga memberikan modal untuk mengembangakan usaha mereka. Tak masalah mengeluarkan uang demi keberhasilan usaha putri dan menantunya. Berkat suntikan dana dari kedua orang tua Runi, usaha mereka berkembang semakin pesat. "Runi, buka pintunya sayang, Mas mau bicara," pinta Renjana sambil mengetuk pintu kamar mereka. "Mbok, sudah, biar saja, ngapain masih ngurusin perempuan mandul ga ada guna," jawab Bu Yanti. Lagi dan lagi hati Arunika hancur. Air matanya bahkan belum bisa berhenti mengalir. Ia tetap mengemasi semua barang-barang miliknya. Rumah ini, adalah atas namanya. Kelak jika berpisah dengan Renjana, mereka harus keluar dari rumah ini. Renjana juga sama hancurnya dengan Arunika. Pernikahan dengan Jelita yang ia jalani tidak sebahagia saat bersama Runi. Jelita lebih sering menuntut ini dan itu. Berbeda dengan Runi yang selalu membantunya. Menyesal telah menuruti keinginan dari ibunya. Ponsel Arunika bergetar, satu pesan masuk dari Pak Rafi. Memberitahukan jika ada dana dalam jumlah besar yang akan ditarik oleh Indah--adik iparnya. Dahi Runi mengernyit, berani sekali sang adik ipar itu. Segera membalas pesan tersebut dan meminta Pak Rafi untuk menolaknya dengan alasan harus meminta tanda tangan darinya sebagai pemilik usaha keripik. Sepertinya dari satu tahun terakhir memang tidak beres. Banyak dana yang keluar tapi tidak jelas. Arunika selesai berbenah, ia segera tidur. Lelah hati dan pikiran memikirkan semua kejadian yang menimpanya. Berniat menghubungi ayah dan ibunya, tapi ia urungkan. Mereka pasti akan khawatir. Jam satu dini hari Runi terbangun. Ia segera membuka pintu kamarnya dan berjalan memuju dapur. Tenggorokannya kering juga perutnya belum terisi apa pun sejak siang tadi. Tanpa disangka, Renjana belum tidur. Melihat istrinya berjalan menuju dapur ia segera mengikutinya. "Mau Mas buatkan sesuatu?" tawar Renjana pada istrinya. "Ga usah repotlah, Mas, aku sudah biasa mandiri." Arunika berjalan melewati Renjana. Hati Renjana mencelos mendapati istrinya dingin terhadapnya. Tidak ada kemarahan yang keluar dari mulut Runi. Jika boleh memilih lebih baik Runi marah dan mengamuk, itu akan membuatnya lega. Kali ini, justru senyuman yang terukir di wajahnya. Seolah tidak terjadi apa-apa siang tadi. "Oh, ya, Mas, besok aku pindah ke apartement Bougenville ya, yang dekat dengan UNS." Suara Runi kembali mengejutkan Renjana"Kenapa ingin pindah, aku tahu salah. Bisakah tetap tinggal di sini seperti dulu?" Kali ini Renjana memohon pada Runi. "Cuma pindah ke apartement kok, ga jauh juga. Lagian di sini sudah ada istrimu itu. Apa masih kurang? Atau jangan-jangan apartement milikku itu sudah dijual oleh keluargamu?" tanya Aruni dengan nada biasa, tapi sukses menusuk hati Renjana." Ha ha ha, mana kuncinya?" pinta Arunika sambil mengadahkan tangan. Renjana segera mengambil kunci apartemen yang di maksud oleh Runi.Tidak lagi bisa membantah. Bodoh, ya, dia benar-benar bodoh. Mau saja diatur ini dan itu oleh ibunya. Tidak bersyukur mendapat istri sebaik Arunika. "Ada apa malam-malam gini ribut di dapur!" bentak Bu Yanti pada Arunika.Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Kedua Arunika
RomancePeliknya rumah tangga membuat Arunika menyerah dan meninggalkan sang suami. Lebih baik hidup sendiri daripada hidup bersama dengan orang yang tidak jujur.