02. Perbincangan Bapak dan Anak

17 1 0
                                    

Happy reading

***

Di rumah sakit, Shavy mendapatkan perawatan yang cukup intensif. Hal yang baru Arion dan Raya tau bahwa kecemasan dan ketidakpercayaan diri Shavy sudah dititik dimana Shavy sendiri sudah tersakiti.

"Shavy kok kamu bisa kaya gini sih nak?" Ucap Raya mengelus tangan anaknya yang tidak sadarkan diri.

"Kamu tetep anak Mama. Pulang atau engganya Ashka kamu akan selalu jadi anak Mama Shav, gak akan ada yang berubah." Lanjutnya.

Ceklek

Pintu terbuka, menampilkan Arion dan Ashka yang selesai mengurus admnistrasi rumah sakit. Ashka juga terlihat membawa satu kantong kresek yang Raya tebak itu adalah makanan.

"Mama makan dulu Ma." Kata Ashka

"Iya Ray, kamu makan dulu. Nanti sakit." Tambah Arion.

Raya yang memang sedari tadi tidak tenang dan mempunyai banyak pikiran dikepalanya merasa bahwa perutnya pantas untuk diberi beberapa isian.

"Kamu juga makan, bang."

Raya mengajak anaknya yang sedang berdiri disamping ranjang Shavy. Memperhatikan perempuan kecil dengan bibir tipis yang cerewet. Ashka suka dengan tingkah Shavy dulu yang bawelnya setengah mati. Ashka jadi menarik bibirnya jika mengingat moment moment masa kecilnya bersama Shavy.

"Bang," ajak Raya.

"Iya Ma."

Ashka mendekati Raya, kemudian mulai memakan nasi goreng yang barusan ia dan Arion beli.

Saat ini pukul satu malam, yang dimana sudah seharusnya mereka istirahat dengan nyaman di kasur empuknya. Tapi senyaman nyamannya kasur malam ini, tidak akan terasa nyaman ketika melihat keadaan Shavy saat ini.

Ashka terus melihat Shavy ditengah menyuap satu sendok nasi goreng kedalam mulutnya. Dirinya merasa harus melakukan sesuatu untuk menghilangkan rasa ketidakpercayaan diri Shavy.

"Ya, kamu pulang aja ya? Mas takut kamu sakit, dari siang jemput Ashka kamu belum istirahat." Ujar Arion mengkhawatirkan Raya.

"Engga mas, aku mau tetep disini. Gak mungkin aku ninggalin Shavy."

"Tapi kamu belum istirahat. Istirahat dulu ya?"

"Iya tapi disini. Disofa juga gapapa."

Shavy dirawat di kamar VIP yang terdapat sofa panjang dan besar. Bisa digunakan untuk satu atau dua orang berbaring.

"Ray, please dengerin saya."

"Engga mas. Aku tetep mau disini. Aku gapapa kok, ga cape. Aku masih mau nunggu Shavy."

Jika boleh jujur, Raya takut ketika Arion sudah mengganti kata 'mas' menjadi 'saya'. Karna biasanya sudah tidak bisa diganggu gugat, namun saat ini Raya memberanikan diri. Dan entah bagaimana juga, mungkin karena Arion yang juga paham perasaan Raya akhirnya mengalah.

Raya membaringkan diri di sofa diikuti Arion yang memeluk Raya. Karena Arion tau, Raya tidak akan tertidur ketika ia masih memendam perasaan anehnya. Jadi ia putuskan untuk memeluk dan mengeloni Raya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 02, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

TACENDA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang