05.Dia

44 17 76
                                    

Terlalu cepat untuk menyerah,
dan terlalu dini untuk patah.
-Baskara Senja-

HAPPY READING, PEEPS!

🌞🌞🌞

Seperti biasa setelah pulang dari sekolah, Acha selalu pergi ke butik.

Biasanya, ia akan singgah ke rumah terlebih dahulu untuk sekedar beres-beres dan memasak. Tapi sekarang ia hanya tinggal seorang diri, Acha sudah tidak ada keperluan untuk melakukan hal itu lagi.

Stok makanan Kiko juga sudah ia berikan ke kucing itu sebelum Acha berangkat ke sekolah. Acha yakin bahwa makanan yang dirinya berikan cukup untuk membuat Kiko kenyang sampai dirinya pulang ke rumah nanti.

Semenjak kemarin malam, Acha belum ada menyalakan ponselnya. Dapat dipastikan ketika ia mengecek layar persegi tersebut, akan tertera rentetan panggilan tak terjawab dari nomor yang berbeda.

Acha lelah. Benar-benar lelah!

Harus sampai kapan Evan meneror Acha dengan embel-embel ingin lebih tahu tentang kehidupan mamanya?

Itu jelas hanya kedok belaka. Acha yakin kalau Evan sudah mendapatkan apa yang ia mau dengan koneksi luas yang laki-laki itu bangun. Lalu, apa alasan Evan sampai sekarang masih menghubungi dan mengganggu hidupnya?

Menyusahkan saja!

Acha mendengkus. "Andai ada pintu ke mana saja, udah gue kirim itu orang ke ujung dunia sekalian biar enggak muncul-muncul lagi!"

🌞🌞🌞

Evan bersidekap dada, duduk di atas kursi kerjanya sambil menatap foto Acha yang ia dapatkan dari website sekolah gadis tersebut. Di foto itu, ada sekumpulan murid berseragam taekwondo yang sedang bersenda gurau.

Dan Acha ada di antara mereka. Sedang duduk tangan kanannya digunakan untuk memegang camilan, gadis itu sedang tersenyum tipis seraya menatap teman-temannya.

Senyum Evan perlahan terbit. Meskipun Acha sudah tidak pernah mengangkat telepon darinya, Evan tidak akan berhenti mengganggu Acha sampai sang gadis mau berkomunikasi dengannya.

Evan adalah orang yang paling keras kepala. Apa pun yang ia mau, harus ia dapatkan. Sekali pun harus melewati jalanan terjal, Evan akan tetap melanjutkan perjalanan.

"Acha, kamu enggak akan bisa hidup tenang sampai kamu mau menerima kehadiran saya." Laki-laki itu terkekeh pelan.

🌞🌞🌞

Hari ini butik sedikit lebih sepi. Membuat Acha bisa meregangkan otot sejenak dan duduk bersantai di kasir.

Jikalau butik ramai, Acha akan kelimpungan sendiri. Tapi, jika sepi seperti sekarang malah membuat dirinya dilanda bosan dan akhirnya mengantuk.

Terlihat dari mata gadis itu yang berulang kali terpejam lalu terbuka lagi, sedari tadi Acha menahan kantuk yang berusaha merenggut kesadarannya.

Tante Lila yang saat itu sedang bercengkrama dengan teman sebayanya itu sesekali melirik Acha.

Merasa tidak tega, Tante Lila beranjak dan izin pergi sebentar untuk menemui keponakannya.

"Acha ...." Tante Lila mendekat.

Mendengar namanya dipanggil, kesadaran Acha sepenuhnya kembali lalu ia menampilkan cengiran. "Eh, Tante ...."

Baskara SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang