02.Pertemuan Pertama

62 16 50
                                    

Bisakah aku berhenti sejenak?
Hanya untuk sekedar mengambil harap yang hampir pudar dari pandangan.
-Baskara Senja-

HAPPY READING, PEEPS!

🌞🌞🌞

"Galen ...."

Laki-laki itu tampak tak acuh dengan panggilan yang berasal dari samping dirinya. Ia mencoba fokus pada ponsel di tangan kanannya yang menampilkan pertandingan balap motor.

"Galen ....!" Zora mulai merasa sebal. Akan tetapi, sedetik kemudian kedua sudut bibir merahnya tertarik ke atas menampilkan senyuman nakal.

Perlahan tangannya bergerak maju di atas sofa, lalu jemari lentik Zora naik ke punggung tangan kiri Galen yang bebas. "Galen, kamu tahu sendiri kalau aku enggak suka diabaikan. Apa lagi sama kamu," sungutnya manja.

Diam-diam Galen menahan napas berulang kali. Hal yang paling ia tidak sukai dari Zora adalah tingkahnya yang begitu agresif, seperti sekarang.

Galen mencoba menahan diri untuk tidak mengamuk lalu melempar meja di depannya saat Zora semakin dekat padanya.

"Maka dari itu ...." Tangan Zora semakin naik untuk mengusap lengan Galen yang terbalut jaket kulit. "Jangan abaikan aku." Wajah perempuan itu mendekat ke telinga Galen.

"Atau kamu akan dapat hadiah sekarang juga," bisiknya rendah sembari meniup telinga laki-laki berekspresi datar tersebut.

Galen meremang. Ponsel yang berada di tangannya kini tergenggam erat karena sedang menyalurkan emosi, untungnya tidak sampai membuat layar ponsel mahal itu retak. "Jangan melewati batas, Zora."

Nada tegas bersirat ancaman itu tidak mampu membuat Zora takut. Yang ada, dirinya semakin tersenyum lebar.

Sikap Galen benar-benar menarik di matanya.

"Oh?" Zora tergelak bersama tangan yang masih mengusap lengan Galen. "Sejak kapan aku mempunyai batas terhadapmu?" Lagi-lagi Zora menantang.

Galen memilih bungkam bukan berarti tidak mampu melawan, hanya saja ia tidak ingin menjadi lepas kendali lalu menghancurkan semua yang ada di sini, termasuk perempuan di sampingnya.

Sebab, jika itu terjadi maka ikut hancurlah hidupnya hanya dalam hitungan menit.

Zora semakin memajukan wajahnya, berniat mencium pipi Galen. Mengabaikan rahang tegas laki-laki itu yang tampak sedang menahan gejolak amarah di dirinya.

Namun, dengan cepat Galen memalingkan wajah hingga niat Zora seketika musnah.

Wajah perempuan modis itu memerah. Entah sudah ke berapa kali Galen mempermalukan dirinya dengan cara menolak Zora seperti sedang memiliki alergi akan sentuhan.

"Kamu terlalu munafik, Galen." Zora menjauhkan diri.

Tak lama, ia kembali menyunggingkan senyuman sampai menampilkan deretan gigi ratanya. "Tapi, aku suka." Ia terkekeh.

Zora berdiri sembari melepaskan ikatan rambutnya dan mengebaskan rambut itu sejenak. "Ingat, posisi kamu enggak lebih dari mainan kecil."

Baskara SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang