06.Luka

42 14 75
                                    

Karena perihal dirimu,
adalah hal yang selalu kurindu.
Walau terhalang jarak dan waktu,
pertemuan itu akan tetap kutunggu.
-Baskara Senja-

HAPPY READING, PEEPS!

🌞🌞🌞

Suasana di antara mereka terasa kikuk —atau mungkin hanya Acha yang merasakannya— semenjak Tante Lila harus meninggalkan Acha melayani Galen sendirian karena ada pembeli lain yang harus dilayani.

Ditambah lagi sedari tadi tatapan tajam nan intens Galen tidak lepas dari dirinya. Membuat Acha menjadi salah tingkah dan mengedarkan pandangan ke deretan pakaian.

"Udah nemu baju yang mau dibeli?" Pertanyaan Acha memecahkan keheningan.

Galen menggeleng tanpa bersuara.

Jantung Acha rasanya ingin melompat keluar karena terlalu gugup. Apa yang harus ia lakukan sekarang?!

"Kalau gitu ...." Acha memutar otaknya, berusaha mencari topik. "Ayo! Gue temenin lo nyari baju." Ia melangkah melewati Galen dengan gerakan kikuk sembari memeluk diri sendiri lalu mengusap kedua lengannya.

Lagi-lagi Galen menyunggingkan satu sudut bibirnya. Kemudian, ia berbalik mengikuti Acha dari belakang dengan kedua tangan bersembunyi di saku jaketnya.

Saking gugupnya, Acha mengambil baju remaja secara acak lalu membalikkan badan dan menyerahkannya kepada Galen. "Ini ... rekomendasi dari gue. Siapa tahu ada yang pacar lo suka."

Galen mengangkat kedua alisnya. Pacar?

Sedang Acha yang melihat perubahan ekspresi Galen, merasa bingung sendiri. Apakah kalimatnya ada yang salah?

Pasti laki-laki itu ke sini untuk membeli baju untuk pacarnya, bukan?

Mustahil untuk laki-laki seperti dia tidak mempunyai pacar.

Galen mengalihkan tatapannya ke baju-baju yang berada di tangan Acha. "Buat Mama." Ia kembali menaikkan tatapan.

Mama?

Kelopak mata Acha menerjab berulang kali.

"H-hah?"

"Aduh, Acha ... laki-laki ini mau beliin baju buat mamanya. Kenapa malah kamu sodorin baju khusus remaja, sih?" Tante Lila datang dari arah belakang dengan gelak tawa.

Acha menoleh ke arah Tante Lila sekian detik lalu kembali menatap Galen yang sedang menahan senyumannya. Ekspresi gadis itu berubah menjadi pias.

Oke, ini adalah ke tiga kalinya ia mempermalukan diri sendiri di hadapan laki-laki yang sama.

Catat! TIGA KALI!

Kalau begini, bisakah Acha menenggelamkan diri di rawa-rawa saja? Ia sungguh amat sangat malu demi apa pun!

Ia meringis, wajahnya pasti sudah semerah tomat kali ini. Dengan cepat Acha berbalik badan lalu kembali menggantungkan beberapa helai baju yang ia ambil ke tempat semula.

Acha sengaja memperlambat kerjaannya karena tak kuasa melihat bagaimana reaksi laki-laki itu sekarang.

"Maaf, ya. Acha baru bangun tidur, makanya jadi rada error gitu," canda Tante Lila.

Galen mengangguk sopan seraya mengukir senyuman kecil.

Tante Lila mendekati Acha lalu menepuk pundak kanan keponakannya. "Ayo, yang fokus! Tengsin, dong, error di depan cogan," goda wanita itu sembari menaik-naikkan kedua alisnya. Walau Tante Lila hanya berbisik, yang berarti tidak mungkin didengar oleh Galen, tetap saja Acha malu!

Baskara SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang