Persahabatan yang terjalin sejak bangku SMP, membuat kedua sahabat yang memang selalu memiliki nasib hampir sama itu memahami satu dengan yang lain dengan cara yang istimewa. Mereka tak perlu mengeluarkan kata-kata, hanya dari tatapan mata atau bahasa tubuh mereka akan tahu maksud dan tujuan dari sahabatnya.
Inilah yang terjadi hari ini, ketika sepasang ibu dan anak itu tengah berjalan-jalan di salah satu tempat wisata di Shanghai. Electra yang tanpa sengaja bertemu dengan salah satu rekan kerjanya yang nota bene menaruh hati padanya dan berakhir pada lelaki itu yang terus mengikuti ke mana pun Electra dan Ayara pergi, membuat Electra tak nyaman.
Lelaki dengan wajah khas orang Asia, mata sipit dan kulit putih cukup tampan yang berumur tiga tahun di bawah Electra itu terlihat sedikit agresif, membuat Electra yang belum bisa membuka hatinya merasa tak nyaman.
Ayara yang melihat pun tak tega pada sahabatnya, ibu muda itupun akhirnya meminta Electra untuk segera menyudahi acara piknik mereka dan meninggalkan tempat tersebut dengan alasan jika anak-anak mereka sudah lelah. "Ele, anak-anak minta pulang, mereka sepertinya lelah," ucap Ayara.
"Oh, baiklah," jawab Electra dengan mengangguk lalu dia pun mulai membalikkan badannya menatap dokter Damian dan berkata. "Maaf dokter sepertinya kami harus pulang terlebih dahulu, anak-anak sudah lelah," ucap Electra sopan.
"Oh, saya juga mau pulang dokter, saya antar sekalian bagaimana?" ucap dokter Damian tak mau menyerah.
Lelah itu yang dirasakan Electra dalam hati, dia mengumpat sejadi-jadinya lelaki yang ada di hadapannya itu. Kesal rasanya Electra saat ini karena acara liburan bersama putri dan sahabatnya harus berakhir berantakan akibat kehadiran dokter Damian yang mengekor dirinya. Lelaki itu bahkan terlihat terlalu caper di depan Cailey putrinya hingga membuat gadis kecil itu merasa tak nyaman.
Dengan perlahan Electra mengatur emosinya, pengaturan pernafasan yang dia pelajari di kelas Yoga pun menjadi andalannya untuk meredakan gejolak di dalam hatinya saat ini. Dirasa sudah nyaman, Electra dengan wajah datarnya berkata, "Saya bawa mobil dokter, dan gak mungkin saya meninggalkan mobil saya di sini, di samping itu kami masih harus melakukan beberapa hal lainnya, terima kasih untuk tawarannya."
"Wah, ide yang bagus itu dokter, biar nanti sopir saya yang bawa mobil dokter kalau begitu, dokter juga teman dokter biar saya yang antar," ucap dokter Damian masih kukuh.
Mata Electra membulat sempurna, dia sangat kesal kali ini, dia bingung harus menggunakan bahasa apalagi untuk membuat teman sejawatnya itu sadar dan mengerti maksud ucapannya, akhirnya Electra menghela nafas kasar, emosi yang sejak tadi dia simpan pada akhirnya sedikit meletup.
"Dokter Damian, saya mohon pengertian anda! Saya butuh quality time bersama putri saya juga sahabat saya! Jadi terima kasih atas kebaikan dokter, dan saya permisi!" ucap Electra kesal dan segera berjalan cepat meninggalkan lelaki tampan khas oriental itu terbengong sembari menatap kepergian Electra dalam diam.
"Kenapa dokter Electra marah? Kan benar tawaranku, kalau mau quality time seharusnya dia bahagia dapat supir gratisan sepertiku, setidaknya dia bisa menikmati perjalanan dengan terus bercengkeraman dengan putri juga sahabatnya itu," gerutu dokter Damian yang tak mengerti kenapa Electra bisa berbicara sedikit naik satu oktaf terhadapnya tadi. "Mungkin dokter Electra lagi kedatangan tamu bulanan, makanya dia emosian," simpulnya dalam hati.
Lelaki itu pun pada akhirnya berjalan kembali menyusul teman-temannya yang tadi pergi bersama nya, dalam hati dia sangat bahagia karena bertemu dengan Electra dan bisa menikmati liburannya bersama dengan wanita yang sudah membuatnya tak karuan itu.
Dari hasil penyelidikan orang suruhannya dokter Damian tahu pasti jika Electra memang belum mau membuka hatinya untuk lelaki manapun karena Electra masih mencintai mantan suaminya, tapi karena sudah kadung cinta membuat Damian tak perduli dengan perasaan cinta yang masih kuat tersimpan di hati Electra, lelaki itu akan terus berusaha untuk meluluhkan Electra.
Dokter Damian sangat ingin membahagiakan wanita cerdas dan kuat itu sepenuh hati, terbutakan oleh cinta pada Electra, lelaki itu bahkan mempunyai mimpi untuk Electra. Dia ingin menjadi mata air untuk kehidupan Electra yang cukup berliku, kering dan terjal itu. "Meski berat aku akan terus berusaha Electra, karena melepaskanmu itu sulit," ucap dokter Damian dalam hati.
Ayara dan kedua anak imut itu sudah menunggu di depan mobil Electra yang terparkir di area parkir. Ayara hanya bisa tertawa terbahak-bahak dalam hati saat ini melihat kekesalan yang tergambar jelas di wajah sahabatnya itu.
Dia yang mengenal Electra dengan baik, tahu jika Electra akan merasa risih dengan lelaki yang seperti dokter Damian. Lelaki yang begitu mudahnya mengumbar perhatian berlebihan dan sedikit tebal muka. Electra menyukai lelaki yang cuek, dingin dan sulit untuk didapatkan.
Electra yang sedikit suka tantangan itu akan merasa penasaran pada mereka para lelaki kulkas yang dingin. Oleh sebab itulah dia terjebak pada Caiden yang memang memiliki kriteria seperti itu. Tanpa banyak bertanya Ayara dan anak-anak masuk ke dalam mobil, Electra melajukan mobil itu dengan kecepatan sedang meninggalkan kawasan wisata itu.
Masih terlihat jelas gurat kekesalan di wajah Electra membuat Ayara pun tersenyum sendiri, Electra yang menyadari semua hal itu pun langsung mencubit lengan Ayara kesal. "Aw, sakit gila! Loe itu ya?" ucap Ayara juga Electra yang memang menjaga ucapannya di depan anak-anak mereka dengan bahasa yang sopan.
"Puas banget ya? Loe tertawain gue begitu?" ucap Electra tak terima sahabatnya itu mentertawakan dirinya.
"Kapan lagi coba, gue bisa lihat kejadian langka, gimana ceritanya loe bisa ketemu dengan lelaki yang model begitu?"
"Kesel tau Ay, acara kita jadi berantakan! Kita ke mana ini? Kita ke mall aja ya? Biar anak-anak main di arena permainan, dah badmood gue."
Ayara mengangguk setuju setelahnya dia pun memberitahu kedua anak yang sedang saling bercerita di kursi belakang perubahan rencana liburan mereka. Kedua anak imut itu pun tertawa puas setelah mendengar apa yang dikatan Ayara.
Bahkan kedua anak itu kini saling berhigh-five ria dan mulai membicarakan semua hal tentang apa yang hendak mereka lakukan saat di arena permainan nanti. Satu jam perjalan dan kini mereka sudah memasuki area parkir mall terbesar di Shanghai.
Karena itu weekend maka tak heran kalau area parkir mall tersebut saat ini cukup padat, membuat Electra pada akhirnya memilih valet parking. Mereka berempat kini sudah berada di arena permainan, kedua bocah beda usia dua tahun itu pun segera berlari bergandengan tangan.
Arkharega yang lebih besar dari Cailey begitu dewasa dan perhatian menjaga sepenuh hatinya. Sedangkan kedua ibu mereka memilih duduk di bangku penunggu yang tersedia dengan camilan Waffle ditangannya, keduanya mulai saling bercerita dengan sesekali menatap kedua anak mereka.
"Loe ketemu makhluk ajaib itu di mana Ele?" tanya Ayara yang penasaran dengan lelaki bermata sipit yang menganggu acara liburan mereka.
"Dia salah satu dokter di rumah sakit gue kerja, dia masih berondong, dua atau tiga tahun gitu di bawah gue," jelas Electra dengan menyesap minuman jus buah ditangannya.
"Wow, berondong? Canggih juga loe bikin berondong menggila," ledek Ayara yang mulai tertawa terbahak-bahak kembali, ketika mengingat bagaimana kelakuan lelaki itu yang masuk dalam kategori agresif.
"Sialan loe! Gue gak nyaman kalau ada dia, jujur gue risih banget dengan kelakuan dia yang nempel kaya magnet itu."
Senyuman terukir di bibir Ayara melihat guratan kekesalan di wajah sahabatnya. Kepala Ayara sedikit berdenyut, ingatannya berputar pada sosok lelaki yang juga sering membuatnya kesal, masih sedikit beruntung Ayara karena lelaki itu tak begitu agresif seperti berondong Electra. "Kenapa nasib kita samaan lagi ya, Ele?" ucap Ayara dengan senyuman khasnya yang menonjolkan lesung pipit di pipi kirinya.
Mendengar ucapan sahabatnya, Electra pun akhirnya tertawa, sejak dulu memang mereka selalu memilki hal yang sama bahkan saat menstruasi pun mereka selalu bersamaan, meski beda sehari atau dua hari tapi selalu bersamaan. "Iya, tapi bedanya lelaki yang menganggu loe itu benar-benar dibuat jatuh cinta sama loe dan memiliki hubungan erat juga dalam kehidupan loe! Satu lagi dia gak semenyebalkan si berondong," ucap Electra.
"Hmm, sama aja, dia juga mengganggu hidup gue, sepertinya rasa bersalah dia yang besar itu membuat dia seolah-olah terikat sama gue, padahal aku biasa-biasa aja, toh jaman sekarang banyak kok lelaki yang mau menerima wanita yang sudah gak virgin."
"Karena dia berbeda, dia bukan buaya yang bisa dengan mudah melepaskan tanggung jawab, ditambah sepertinya Laskar beneran jatuh cinta sama loe Ay."
"Hah? Mana mungkin, saat malam buruk itu saja dia terus merancau memanggil nama wanita lain Ele, tak mungkin dia bisa semudah itu melupakan wanita yang begitu dia cintai."
"Dia sudah merelakan wanita itu Ay, dan loe wanita yang menjadi titik balik dirinya dalam melangkah, menjalani kehidupannya sekarang. Dia sahabat gue makanya gue tahu tentang dia, apalagi kalau dia tahu tentang Arkharega, sepertinya dia bakalan susah ngelepasin loe, sekarang saja melepaskan loe itu sulit apalagi dengan adanya Arkharega."
"Apakah benar yang kamu katakan?"
"Bukalah mata loe Ay, dia begitu sabar dalam mengejarmu lho! Dia juga begitu menghargai loe, selama ini dia selalu memprioritaskan perasaan loe bukan?"
Semua ucapan Electra seperti tamparan bagi Ayara, dia tahu persis bagaimana lelaki yang sudah merenggut mahkotanya saat mabuk itu selalu mengutamakan pendapatnya dan meminta persetujuannya untuk bertindak. Entah apa yang kini terjadi dengan hati Ayara, ada rasa aneh yang mulai menyusup ke dalam hatinya tentang Laskar yang nyatanya sudah hampir enam bulan terakhir ini menghiasi hari-harinya.
Diamnya Ayara tentu saja bisa Electra tebak, ibu muda itu tahu kalau saat ini sahabatnya tengah memikirkan semua ucapannya. Sial bagi Electra, kata-katanya itu ternyata juga berbalik kepada dirinya seperti bumerang. Perlahan Electra pun mulai memflasback kehidupannya pun tersenyum geli.
"Kamu sudah melupakan Danta, apa salahnya membuka dirimu untuk Laskar, jangan sampai menyesal saat kamu menyadari perasaan loe sendiri," kata Electra lagi.
"Jangan kaya gue yang masih terus terjebak bersama dia, kenapa gue masih saja sulit lupa sama dia ya Ay? Ini udah tiga tahun lebih tapi aku masih saya sering merindukannya."
"Anak loe mirip banget sama bapaknya wajar buat loe susah lupa Ele," kata Ayara.
"Iya bener juga kata loe Ay. Gue bahagia lihat loe bisa menikmati hidup loe kaya gini Aya, gue harap gue juga bisa kaya loe someday."
"Loe pasti bisa Ele! Gue tahu loe udah pigin melangkah, tapi loe melepaskan dia itu sulit sekali, bener kata loe, Ele! Judul hidup loe itu 'Terjebak bersamamu' tau nggak?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Terjebak Bersamamu
RomanceSesak rasanya ketika kita harus hidup dalam mahligai pernikahan yang berantakan. Apalagi ketika cinta tulus kita ternyata hanya bertepuk sebelah tangan, kesepakatan bersama yang sudah diikrarkan ternyata harus berantakan karena hanya satu orang saja...