Harapan Baru

23 3 10
                                    

Pagi itu Electra yang memang sedang menikmati perannya sebagai seorang ibu baru merasakan sedih karena seminggu lagi dia harus memulai aktifitasnya baru, di tempat yang baru pula. Setahun sudah si kecil Cailey melihat indahnya dunia, si cantik bermata hijau yang lahir di Shanghai tepat tiga hari sebelum ulang tahun pernikahan ke tiga ayah dan ibunya semakin hari semakin sehat dan menunjukkan perkembangan yang memuaskan.
Cailey sudah bisa berjalan, berlari dan berceloteh meski masih ada beberapa kata yang tak jelas. Membuat rumah orang tua Electra di Malaysia semakin ramai. Ditambah saat ini Eliana pun sudah melahirkan bayi lelaki lagi yang berusia enam bulan.
"Cailey lucu banget, semoga si kakak juga bisa sesehat Cailey kalau besar," ucap Eliana yang kini sedang duduk di sofa ruang tengan dengan kedua orang tuanya sambil menatap Cailey yang tengah berceloteh bertanya tentang gambar hewan yang ada di tangannya di Playmat ditemani Electra.
"Iya, pasti lah! Mereka kan kakak adik, pasti mereka akan memiliki kecerdasan dan kemampuan yang sama," tutur Electra sambil mengelus lembut kepala putra Eliana yang tertidur.
"Iya, kamu bener dek, jadi kamu kapan mulai masuk kerja?" tanya Eliana, dia lalu menatap Electra dengan lekat, "De, kamu jadi ikut kakak balik ke Shanghai atau mau terima tawaran papa untuk kerja di Singapura?" lanjut Eliana sedih.
"Bingung kak, aku harus gimana? Kalau di Singapura aku takut kemungkinan ketemu dia jauh lebih besar," tutur Electra takut.
"Tapi kamu di sana sendirian, yah walaupun dekat dengan papa-mama sih."
"Seperti kata kak Devon, kalau aku mau bersembunyi Shanghai tempat ternyaman. Kalau aku di sini atau di Singapura, kemungkinan kami bertemu akan semakin besar," ucap Electra yang kemudian menghela nafas panjang.
Hatinya terasa sedih dia sebenarnya tak ingin memisahkan Cailey dengan sang ayah, tapi setelah e-mail terakhir juga video yang dia terima dia benar-benar tak bisa membiarkan Cailey bertemu dengan Caiden. Electra menatap sang kakak. "Kakak juga tahu kan kenapa aku malah memilih Shanghai?"
"I see, tapi Shanghai juga bukan negara sembarangan lho! Caiden juga melebarkan sayap bisnis di sana."
"Iyah, tapi orang Indonesia jarang yang milih untuk datang ke Shanghai, entah itu liburan atau apapun mereka prefer ke Eropa, Amerika dan Australia. Apalagi dia, kecil kemungkinan untuk dia bekerja di sana, itulah kenapa Shanghai jadi tempat terdamai juga teraman untukku."
"Yah, sudahlah! Semua yang terbaik buat kamu pokoknya De! Sebelum kamu pulang gimana kalau Weekend besok kita liburan sebentar."
"Setuju," ucap sang mama kemudian penuh semangat.
"Papa ikut ya, mau nemenin Cailey, gimana kalau kita ke pantai saja? Pasir bagus buat merangsang otot-otot di kaki Cailey," Ucap sang papa.
Mereka semua pun tertawa bersama dan begitu terlihat bahagia dengan acara piknik keluarga, dulu mungkin itu sangat jarang terjadi karena kesibukan sang papa saat masih menjadi dokter bedah di Jakarta.
Setelah pensiun pun sang papa masih aktif degan semua kegiatan bisnisnya hingga sampai akhirnya Eliana membuat masalah dan membuat sang papa juga sang mama menjadi sangat malu. Perlahan kehidupan mereka berubah membuat keluarga itu pun menjadi sedikit tersingkir dari lingkungan mereka sendiri.
Untungnya tuan Adnan diberi kesempatan untuk menjadi dosen di Universitas Malaya di Malaysia membuatnya bisa kembali hidup normal, meski harus terpisah dari kedua buah hatinya tapi kehidupan baru sebagai dosen membuat hari-harinya semakin berwarna.
Sejak kejadian itu Eliana dilarang kembali ke Indonesia dan menetap di Shanghai, perlahan Eliana pun menyadari kesalahannya dan memulai kehidupannya yang baru dan di sinilah Eliana hidup bahagia dengan suaminya yang berwarga negara Shanghai yang berprofesi sebagai pengusaha juga pemilik rumah sakit di mana Eliana dan Electra bekerja.
Semenjak pernikahannya dengan Devon Lin, Eliana yang sudah berubah banyak itupun sudah diijinkan kembali ke Indonesia. Tapi dia masih enggan karena masih ada kenangan memalukan yang berputar di otaknya, toh di Indoesia pun sudah tak ada siapapun. Kedua orang tuanya sudah pindah ke Malaysia dan Electra sang adik menetap di Shanghai bersama dirinya.
Tujuh hari lagi Electra harus kembali bekerja, membuat kedua orang tuanya sedikit sedih karena harus terpisah dari Cailey cucu perempuan pertama dan satu-satunya mereka. Ditambah dengan segudang rasa khawatir yang menyelimuti kedua orang tua Electra karena harus melepaskan sang putri bungsu hidup di rantau sendirian sebagai singgle parents.
Sore itu, semua orang sudah sibuk dengan segala persiapan acara piknik mereka, Devon bahkan datang langsung dari Singapura untuk bergabung dengan keluarga istrinya yang akan berlibur padahal awalnya dia tak bisa datang karena ada urusan pekerjaan di salah satu perusahaan cabangnya di Singapura.
Tapi Devon yang memang begitu mencintai Eliana ditambah keberadaan buah hati mereka yang baru pertama kali datang ke Malaysia bertemu dengan kedua mertuanya, membuat Devon lebih memilih menunda pekerjaannya dan mementingkan istri dan anaknya.
Lelaki yang sengaja datang jauh-jauh dari Shangahi untuk melihat langsung anak cabang perusahaannya itu kini memilih berlibur dan melimpahkan semua pekerjaannya pada asisten pribadi yang tak lain sepupunya yang sudah seperti adiknya.
"Ayo cepat kita harus sampai pantai sebelum matahari tenggelam, jadi kita dapat sunrise dan sunset," ucap tuan Adnan penuh semangat.
Semua orang tersenyum dan mempercepat menyelesaikan kegiatan mereka yang sudah mereka lakukan sejak jam satu siang itu. Nyonya Nita dibantu Electra juga mbok Inah dan Mbak Ninik sudah berkutat di dapur untuk mempersiapkan berbagai bekal untuk nanti mereka gelar tikar di pantai.
Padahal kalau mereka mau di sana sudah banyak resto apalagi mereka akan menghabiskan waktu selama tiga hari di salah satu resort milik keluarga Devon. Sebagai pengusaha yang sukses di Shanghai yang tersohor bukan hal yang aneh bagi Devon menjadi salah satu pemilik deretan pulau di kepulauan Langkawi.
Kepulauan yang memiliki pantai yang cantik dengan pemandangan hutan mangrove, hutan rimba, dan pegunungan membuat tempat itu menjadi sangat menarik ditambah sekarang ada jembatan langit Langkawi yang berasa di puncak gunung Mat Chingcang semakin membuat tempat itu wajib dikunjungi kalau berlibur ke Malaysia.
Tapi yang namanya piknik memang identik dengan bekal juga tikar yang tergelar di salah satu sudut tempat indah membuat mereka tetap mempersiapkan masakan rumahan. Senyuman terkembang dari semua orang yang menaiki mobil alpard itu, perjalanan yang cukup panjang dengan suasana hati gembira menjadikan perjalan itu terasa cepat.
Satu jam waktu yang mereka butuhkan menuju ke pulau Langkawi dari Kuala lumpur dengan menggunakan pesawat, jangan bingung dengan bawaan makanan mereka tentu saja pasti keangkut karena mereka menggunakan jet pribadi milik Devon, kalau naik pesawat komersil akan sangat sulit membawa makanan seperti itu.
Di sinilah mereka semua di salah satu bibir pantai pulau pribadi milik Devon, untung saja mereka tak melewatkan sunset, mereka terlihat sangat bersemangat untuk berpiknik. Gelaran tikar dengan berbagai macam jenis makanan di atasnya sudah tertata rapi.
Electra duduk di samping cailey dengan baby bounchernya dan tentusaja kacamata hitam kece hadiah dari pamannya Devon membuat bayi itu terlihat menawan dan menggemaskan.
Electra yang saat ini sudah terlihat bisa menikmati hidup terlihat begitu cantik. "Wah, seger banget, deburan ombaknya menenangkan," kata Electra.
"Semua pantai dengan semua deburan ombak akan selalu membuat kamu bahagia kan? Dan tentunya menenangkan kamu," jawab sang kakak yang saat ini mengulurkan tangannya ke arah Electra. "Ayok! Temenin kakak jalan-jalan main ombak, Devon lagi teleponan sama Daniel," lanjut Eliana.
"Oh, hahahha, kamu kesel ya kak? Suka dukanya punya suami taipan kaya," ledek Electra yang berdiri dari duduknya lalu membantu Eliana untuk berdiri dari tempatnya. "Ma- Pa, nitip Cailey dulu ya, mau nemenin kakak jalan-jalan mainan ombak," pamit Electra pada kedua orang tuanya lalu dia mengecup lembut pipi putrinya yang masih berceloteh riang diatas baby bouncernya dan bermain gantungan berbentuk singa di atasnya.
"Hati-hati kalian berdua, Eliana kamu terutama jangan maksain kalau capek langsung balik!" ultimatum dari sang papa tergema membuat kedua anak perempuannya itu tertawa riang.
"Iya papa sayang," ucap Electra lalu mengecup pipi kedua orang tuanya setelahnya dia bergandengan tangan dengan Eliana menuju ke tepi pantai dengan sesekali Eliana menggesekkan kakinya lebih dalam ke pasir pantai itu.
Mereka berdua sudah berada di bibir pantai dengan kaki yang terendam air pantai yang dingin, perlahan kehangatan matahari pagi menyentuh tubuh pereka juga wajah mereka. Electra merentangkan tangannya menghirup wangi pantai yang selalu membuatnya nyaman.
Sejak kecil Electra memang sangat menyukai pantai dan semua hal yang berbau laut, mungkin kalau bukan karena sang ayah yang sangat menuntut sang putri untuk menjadi dokter Electra saat ini sudah menjadi salah satu anggota KOWAL atau mungkin kapten kapal. Karena terlalu cintanya dengan laut, jika Electra sedih dia akan selalu berlari ke Sea World untuk menghilangkan penatnya.
Dengan melihat ikan-ikan yang berenang di akuarium raksasa itu Electra akan merasakan damai dan tenang, sampai-sampai sang ayah pernah meledeknya sebagai anak ikan atau titisan putri duyung karena kecintaannya pada laut.
Mereka berdua berdiri dengan merentangkan kedua tangannya, mata mereka terpejam lalu mereka berdua menikmati suara deburan ombak dan angin pantai yang menerpa wajah mereka. "Nyamannya," guman Electra.
"Ini sangat nyaman De," sahut Eliana.
"Seandainya hidup bisa senyaman ini ya kak? Kita tak perlu terluka atau sakit."
"Hahhahaa, gak ada hidup yang gak nyaman De! Kita yang menciptakan kenyamanan kita sendiri, kita masih beruntung dengan semua yang adac pada diri kita sekarang setidaknya kita tak perlu memikirkan susahnya mencari sesuap nasi."
"Iya, kita masih diberi kemudahan untuk memperoleh makan, kakak benar kenyaman itu memang kita yang menciptakan. Aku sudah merasa banyak bersyukur untuk itu."
"Hahhaha, eh ayo kita ambil foto, udah lama kakak gak upload di IG."
"Aku juga udah lama gak upload di IG lamaku, sekarang aku sibuk dengan IG baruku bersama Cailey."
Eliana pun segera mengeluarkan ponsel miliknya begitu juga dengan Electra mereka benar-benar lupa kalau mereka itu sudah melewati masa teenager, bener-bener norak gaya mereka seperti anak alay. Lihatlah bagaimana Electra memonyongkan bibirnya dan bagaimana dia mulai memutar bola matanya untuk berpose dalam setiap jepretan Eliana.
Mereka berdua tertawa riang hingga akhirnya Eliana meminta mengambil foto Electra secara candit dari samping menampakan wajah Electra yang semakin cantik dengan hijab yang menutupi sebagian kepalanya.
"Kamu cantik banget. Sekarang mbak sudah lega melihat kamu yang kembali ceria," tutur Eliana.
"Sejak kapan adikmu itu jelek kakak?"
"Kamu selalu cantik, karena hatimu juga cantik Electra, kamu akan menemukan kebahagiaanmu yang sempurna, bersabarlah dan jangan menyerah."
"Terima kasih Kak, aku pasti akan terus melangkah seberat apapun rantai yang akan membelengguku."
"Perjalanan spiritualmu sangat luar biasa, bagaimana kabar Martin?" tanya Eliana membuat Electra pada akhirnya menghela nafas mengingat wajah lelaki tampan yang sangat baik hati dan membantunya selama ini.
Electra tersenyum menatap sang kakak lalu dia pun beralih pada ponselnya menatap foto dirinya yang baru saja dikirim via chat oleh Eliana lalu dia pun menguploadnya di IG lama nya yang sudah tak beroperasi hampir satu tahun lebih itu dengan caption. "Bersanding dengan alam, dan menikmati semua yang Tuhan berikan, ketenangan yang tak terganti. Akan selalu ada harapan baru disetiap detiknya."

Terjebak BersamamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang