Kabar Tak Terduga

24 1 0
                                    

Matahari menyinari bumi dengan penuh kehangatan pagi ini, sinar panas lembut yang sangat dibutuhkan oleh makhluk mungil yang baru beberapa bulan ini melihat indahnya dunia. Si cantik itu tertidur dengan pulas diatas baby bouncer dengan mata yang ditutup baby sunglass dengan iringan musik klasik yang terdapat di bouncernya.
Semilir angin yang perlahan menerpanya semakin membuat tidurnya pulas. Si cantik yang diberi nama Cailey Fukayna Andhira, itu masih sangat mungil dan merah, pipi gembul mata bulat dengan iris berwarna hijau yang mirip dengan sang papa, hidung mancung sungguh membuat orang semakin gemas.
Di samping bouncer seorang wanita sedikit berisi, namun pancaran aura kecantikannya tak pudar sedang duduk manis dan memakan camilan untuk memperlancar ASI. Selain menikmati camilan perempuan itu juga tengah berselancar di medsos lewat ponselnya. Semua akun medsos dengan ID pengguna baru yang dia buat setahun terakhir ini untuk berkomunikasi dengan orang-orang tersayangnya.
Dengan cepat dia mengupload foto bayi cantiknya di IG nya dengan caption 'Si bule cantik : Time to tanning' yang ternyata langsung mendapat serbuan like juga coment dari para followernya.
"Uwuu...cantiknya keponakan onty miss you much, tunggu onty datang yah" tulis Ayara sahabat-nya yang juga sepupu dari lelaki yang sudah membuatnya melahirkan Cailey.
"Cailey my lady" tulis Laskar, salah satu sahabat sang mama yang juga sedang bucin akun dengan tantenya yang bernama Ayara.
"Cantik seperti namanya, Cailey sehat terus sayang, tunggu kakak kembar datang ya?" tulis Mahiya, yang sudah seperti kakak bagi Electra selama berpisah dengan Eliana.
Senyuman tak hilang dari wajah cantik yang kini tengah menatap Cailey dengan penuh sayang. "Cailey-nya mama, sehat terus ya nak, mama akan selalu berjuang untuk kamu apapun itu! Sekeras apapun itu kita hadapi bersama ya sayang?" ucap Electra dengan senyuman di wajahnya.
Tangannya mengusap lembut kepala Cailey, lalu Electra mendaratkan kecupan di wajah mungil yang terlelap itu. Setelahnya dia menggendong Cailey untuk dia pindahkan di crib bernuansa putih dengan gantungan mainan bertemakan lautan di atasnya.
Electra terus menatap wajah cantik putrinya yang hampir seluruh wajahnya tak ada sedikitpun jejak dirinya mungkin hanya rambut Cailey saja yang melekat dan bisa membuktikan jika Cailey adalah putri biologisnya. "Kamu kenapa mirip sekali dengan papa kamu Cailey? Membuat mama tak kuasa melupakannya," ucap Electra pelan pada sang putri yang tentu saja tak akan ada jawaban dari Cailey.
Sebait lagu milik Afgan- Sadis terdengar mengalun dari ponsel Electra, membuat wanita cantik itu pun segera mengambil ponselnya. "Hallo sayang, gimana kabar kamu dan cucu mama?" ucap seorang wanita dari seberang sana yang tak lain adalah nyonya Nita ibu kandung Cailey.
"Baik mama, mama apa kabar?" tanya Electra.
"Mama baik-baik saja, Electra maafkan mama, karena- " ucapan nyonya Nita terhenti berganti dengan suara sesegukan di seberang sana membuat hati Electra tersayat.
"Ma, Mama kenapa? Mama baik-baik saja kan?" tanya Electra panik.
Perempuan cantik itu, terlihat sangat khawatir, dia bahkan sampai bangkit dari duduknya dan terus bertanya pada sang mama yang ada di ujung sebelah lain telepon genggamnya. Bagaimanapun Electra dan sang kakak saat ini tinggal jauh dari kedua orang tuanya.
Eliana memang sudah lama menetap tinggal di Shanghai, ada mungkin sekitar lima tahunan lebih [indah ke negara itu mengikuti sang suami yang merupakan pengusaha asal negeri panda itu. Sedangkan Electra baru tinggal di Shanghai hampir satu tahun dalam hitungan minggu ke depan, sejak perempuan itu memutuskan meninggalkan rumahnya dengan Caiden lebih tepatnya.
Bukan tanpa alasan kenapa Electra memilih negeri yang terkenal sangat maju industrinya itu. Selain ada sang kakak yang juga tinggal di sana, Electra juga mendapat pekerjaan sekaligus beasiswa untuk melanjutkan study specialistnya di negeri tirai bambu itu. Kakak ipar Electra yang seorang pemilik rumah sakit di Shanghai pun meminta Electra bergabung dengan rumah sakitnya.
Hidup jauh dari orang tua memang membuat siapapun memiliki rasa khawatir berlebihan, yang tinggal beda propinsi saja udah tak karuan khawatir ketika mendengar isakan tangis kedua orang tuanya. Apalagi yang beda negara dan benua seperti Electra terus saja itu akan menjadi pukulan terbesar.
"Mama, mama kenapa?" tanya Electra kembali panik.
"Mama gak papa sayang, tapi mama belum bisa jenguk cucu mama."
"Astaga Mama! Jantung Electra udah mau loncat denger mama nangis gitu, Ele pikir ada apa?" omel Electra dengan sedikit lega, tapi isakan nyonya Nita masih saja terdengar di sana. "Ih, mama apaan sih, pakai acara nangis segala, kan minggu depan mama mau ke sini?"
"Tapi kayaknya gak bisa sayang, harus mundur sebulanan lagi, papa sakit," ucap nyonya Nita sendu.
"Papa sakit apa Ma?" tanya Electra yang mulai khawatir lagi.
"Papa di rawat di RS sayang, gak parah kok, papamu kemarin ngeyel kerja terus gak mau istirahat, pokoknya dia mau cuti lama gak tahan mau jenguk Cailey ditambah tuh aki-aki gegayaan makan sambel, ya udah sekarang kena tipes."
"Ya Allah, papa! Tapi sekarang gimana keadaannya Ma?"
"Udah mendingan tapi masih demam, gara-gara si papa kan mama jadinya mundur ketemu si cantik."
Kedua wanita beda generasi itu pun tertawa terbahak-bahak bersama setelah nyonya Nita puas menggerutui suaminya yang juga ayah Electra.
Saat ini nyonya Nita hanya bisa pasrah melihat cucunya dari layar posel. Meski harus menangis karena sangat ingin memeluk tubuh mungil cucu perempuan pertamanya. Sebagai ibu sekaligus nenek yang tentu saja sudah banyak makan asam garam dalam mendidik dan merawat anak bayi nyonya Nita lebih banyak berbicara di sini.
Sederetan Nasehat do and dos yang harus dilakukan oleh Ekectra sebagai ibu baru pun keluar semua dari sangkarnya. Begitu sayangnya nyonya Nita pada cucu perempuannya itu, sebenarnya bukan karena itu saja tapi lebih ke nyonya Nita yang merasa sangat kasihan melihat kondisi Electra yang menjadi ibu tunggal.
Meski merasa kasihan, beliau tak pernah menunjukkan pada Electra, beliau tak ingin putri bungsunya itu lebih merasa down karena pandangan iba. Sekuat tenaga beliau memberikan banyak semangat untuk Electra agak bisa berdiri tegar bahkan mungkin lebih tegar dari karang yang diterjang ombak setiap saat.
"Dek, mama mau bilang sesuatu, tapi semoga ini gak akan membuat kamu bersedih lagi," kata nyonya Nita sedikit ragu.
"Apa sih Ma? Biasanya juga langsung cas ces cos lho!" jawab Electra.
"Kemarin, bi Aik telepon mama, katanya Caiden udah balik ke Indonesia dan dia sedang cari kamu!" tutur nyonya Nita yang kini memilin bajunya dari seberang sana. "Pak Agus juga bercerita kalau Caiden datang ke rumah mama, Caiden terlihat lusuh dan berantakan katanya bahkan menderita," kata nyonya Nita melanjutkan.
Mendengar kabar itu ibu muda yang cantik itu hanya bisa terdiam, dia hanya menjawab dengan dehaman atau ber-oh ria. Dia tak tahu harus bagaimana menanggapi semua berita tentang Caiden mantan suaminya yang masih saja terus membayangi hidupnya sampai detik ini.
Percakapan dengan nyonya Nita pun terhenti karena tuan Tomi yang meminta sesuatu pada nyonya Nita. Pikiran Electra melayang dia mulai kembali teringat saat-saat dia bersama Caiden, bagaimana dia berusaha sekuat tenaga mengejar Caiden, sampai menikah, dan berakhir dengan keadaannya sekarang.
Tapi dia tak pernah menyalahkan Tuhan atas semua sakitnya karena dia pun menyadari semua yang dia dapat itu karena dia memintanya pada Tuhan untuk mengabulkan doa-doanya. "Apa kabarmu disana? Apa kamu baik-baik saja? Atau apakah kamu kehilangan aku?" tanya Electra dalam hati.
Cintanya yang cukup besar membuat perempuan itu tak pernah bisa berpikir logis dan sekarang membuatnya menderita, saat ini hanya satu yang ingin Electra lakukan melupakan dan mengubur semua hal tentang Caiden jauh di dalam hatinya yang beku, menyimpannya dengan rapat dan mencoba menjalani kehidupan baru dengan lebih baik.
Dia berharap jika suatu hari dia bertemu dengan Caiden hatinya sudah kuat dan tak tergoyahkan lagi sehingga dia bisa berhadapan seperti kebanyakan orang yang saling mengenal dan berteman baik. Electra berjalan mendekati crib di mana sang putri kini tertidur pulas, dia menatap wajah putrinya itu dengan seksama.
Dia akan selalu mempunyai kekuatan extra saat dia menatap Cailey, si kecil buah cintanya bersama Caiden yang juga merupakan kado terindah dari Tuhan. Cailey aka selalu menjadi sumber kehidupan untuk Electra, tapi memang seperti itu lah seorang ibu, anaknya lah yang akan selalu menjadi sumber dari semua kekuatan yang ada di dalam dirinya untuk terus melangkah dan menatap kerasnya dunia.
"Cailey, papa kamu sudah pulang ke Indonesia, tapi kita belum bisa bertemu, maafkan mama. Mama harap Cailey akan mengerti suatu saat nanti kenapa mama bersikap seperti ini, mama akan melakukan apapun untuk kamu Cailey, kita hadapi semua bersama ya nak?" ucap Electra dengan air mata yang kini mulai turun membasahi pipinya.
Ingatan tentang Caiden yang tengah berputar menimbulkan rasa sakit yang mulai menggerogoti hatinya saat ini. Electra memang belum bisa menyembuhkan luka dalam hatinya, saat ini sedang belajar untuk memperbaiki dirinya dengan belajar ikhlas untuk melewati semua cobaan yang menimpanya.
"Ya Rabb, aku akan belajar lebih ikhlas untuk semua ini, aku tahu Engkau maha tahu dan mengerti, aku percaya pada semua jalan Mu yang pasti akan menjadi terbaik untukku," doa Electra dalam hati, tangan Electra pun perlahan terulur untuk mengambil Al quran yang berada di atas crib lebih tepanya diatas kepala Cailey, dia membuka dan mulai melantunkan ayat-ayat suci Al quran dengan merdu.
Electra memang lebih religius setelah kepulangannya dari umroh sebulan sebelum pernikahannya dengan Caiden. Dia mendalami ajaran agama sebagai titik balik dirinya dan sebagai ucapan syukur pada Tuhan karena sudah mengabulkan semua doa-doanya selama ini, kebahagiaannya menyambut pernikahan dengan Caiden yang menjadi cinta pertama nya semenjak pertemuan mereka di sekolah dulu.
Semenjak menikah Electra yang sudah meninggalkan ajaran agama sejak dia mulai duduk di bangku kuliah karena lingkungan pertemannya mulai menyadari sesuatu yang kosong dihatinya. Ditambah kehidupan baru di lingkungan kerjanya yang memang berisi orang-orang yang cukup religius semakin membawa Electra kembali ke jalanNya.
Perlahan Electra meninggalkan teman-temannya yang masih hidup bebas dan memulai perjalan spiritualnya menemukan kedamaian dalam hidupnya dengan bergantung kembali pada Nya. Ditambah kejadian yang menimpa Ayara membuat mata Electra semakin terbuka jika hidupnya selama ini salah.
Di dalam kesehariannya dia pun melihat dan belajar dari kehidupan orang-orang hebat disekelilingnya, mereka yang bisa hidup bahagia dan damai saat mereka ikhlas menerima semua yang Tuhan berikan. Dengan hidup yang selalu berbalut iman dan berusaha selalu mendekatkan diri dengan Tuhan.
Setiap hari melihat seseorang berjuang dalam hidup dan mati menyadarkan dia banyak hal, dan membuatnya semakin kuat melangkah kembali ke jalan yang benar. "Ya Rabb, aku terima dengan ikhlas semua yang Engkau kehendaki, untuk itu bantulah aku untuk berdiri kembali dan menatap semua dengan jelas," ucap Electra setelah dia menyelesaikan tadarusnya.




Terjebak BersamamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang