Senyuman menghiasi wajah lelaki berhidung mancung bermata hijau, lelaki yang datang ke Indonesia dengan penuh perjuangan keras demi bertemu dengan pujaan hatinya. Kerinduan yang sangat besar sudah dia simpan di dalam dadanya hampir mmebuatnya gila.
Perempuan yang awalnya hanya dia jadikan sebagai pelampiasan semua luka di hatinya ternyata sudah berhasil mendobrak masuk dan bertahta di sana.
"Akhirnya aku pulang, aku gak sabar buat ketemu kamu," ucap lelaki tampan yang hari itu baru saja menginjakkan kaki nya di Indonesia setelah hampir satu tahun lebih dia berada di Melbourne tanpa sedikit pun komunikasi.
Sungguh sulit untuk dirinya bisa kembali ke Indonesia terlalu banyak drama yang membuatnya hampir gila sendiri. Hidup seperti dalam penjara, seperti orang yang dungu tanpa arah. Hingga kesadarannya kembali dan perlahan menemukan ada sesuatu yang janggal hingga mendorongnya perlahan untuk keluar dari sangkar emas.
Satu tahun penuh penuh dengan getir dan sesak karena menahan rindu pada sang pemilik hati. sebuah kesadaran yang terlambat karena semua kebodohan-nya tak peka pada hati dan dirinya sendiri.
Lelaki yang saat ini sangat menyesali semua tindakan absurbnya karena dia bisa dengan mudah tertipu oleh wajah palsu cinta pertamanya. Satu tahun itu juga lah yang mengajarinya untuk membuka lebar mata hatinya yang sempat tertutup obsesi pada cinta pertamanya.
Hingga dia menyadari dan mengerti siapa orangnya yang kini sudah menghuni dan bertahta di dalam hatinya.
Wajah nya yang kini sedikit tampak tirus, tubuh yang sedikit menyusut tapi tak menghilangkan betapa sexy otot-otot di balik kemeja itu terbentuk. Wajah tampan berahang tegas dan bibir tipis yang terpadu sempurna dengan kulit putih membuat ketampan-nya semakin terpancar.
Celana jeans warna biru laut, sepatu boots dan tas ransel ala backpaker membuat lelaki itu semakin terlihat keren, memang susah jadi orang tampan mau senorak dan sekumel apapun penampilannya tetep saja bisa membuat dia terlihat kece badai.
Dia melihat ke kanan dan ke kiri mencari seseorang yang dia harapkan untuk menjemputnya di bandara. Ada rasa bahagia terpancar di wajah tampannya, dia benar-benar tak sabar untuk segera melihat sosok istrinya- perempuan yang sudah mengusai hatinya diam-diam, "Dia kok belum datang sich?" tanya-nya dalam hati.
Dia cukup tahu bagaimana kota Jakarta ini, yang pastinya tak akan pernah lepas dari namanya 'Macet' apa lagi di hari kerja seperti ini dan sialnya pesawatnya mendarat tepat dengan jam pulang kantor yang artinya jalanan padat merayap.
Lelaki yang bernama Caiden Fukayna Nakshatra itu pun pada akhirnya berjalan menuju ke salah satu bangku penunggu, dia meletakkan tas ranselnya dan mulai menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi seraya melepaskan lelahnya.
Dirasa sudah nyaman duduknya dia pun mengambil ponselnya, setelah mengatur ponselnya dan mengambil free Wifi yang ada di bandaran, Caiden pun segera menekan nomor seseorang yang selalu membayangi setiap detik hidupnya selama di Melbourne. Dia mencoba mengetik-kan beberapa kata lalu mengirimnya.
Baby (Emoji love) : Sayang, aku baru saja mendarat di Soeta, kamu udah baca e-mail aku kan? Kamu di mana sekarang?
Pesan itu sudah dia kirim sayangnya tanda pesan itu menunjukkan jika pesannya tak terkirim, dan tanda centang masih satu juga masih berwarna abu-abu belum berubah menjadi dua garis centang biru. Caiden pun menatap kembali ponsel nya dan terus menatap tanda centang di aplikasi chatnya yang tak kunjung berubah. "Kenapa gak terkirim sih?" batin Caiden. "Kayaknya telpon aja deh," gumannya.
Sial panggilan itu tak terhubung, bahkan mendapat keterangan kalau nomor ponsel itu salah. Dia pun membuka aplikasi e-mail yang ada di sana dan melihat riwayat pengiriman yang dia lakukan. "Ini E-mail ku terkirim kok. Apa jangan-jangan dia gak buka e-mailnya?" tanya Caiden dengan mengerutkan keningnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terjebak Bersamamu
RomansaSesak rasanya ketika kita harus hidup dalam mahligai pernikahan yang berantakan. Apalagi ketika cinta tulus kita ternyata hanya bertepuk sebelah tangan, kesepakatan bersama yang sudah diikrarkan ternyata harus berantakan karena hanya satu orang saja...