Kenalin! Rohan dan Rohana!

5 0 0
                                    

Disclaimer!
Cerita ini cuma karangan fiksi.
Semua ide cerita murni dari penulis (mungkin kedepannya akan ada part yang terinspirasi dari pihak lain. Tenang, bakalan diberi watermark kok!)

Happy reading
With Love
Yell.Ownthor 💛

.
.
.
.

Oh, iya! Si kembar belum berkenalan, ya?

Kalau begitu, perkenalkan mereka Ardiyan Rohan Dihendra dan Ariyana Rohana Dihendra. Anak kembar dari bapak Wawan Dihendra dan ibu Dewi Sukma, lahir pada bulan April delapan belas tahun yang lalu di salah satu rumah sakit swasta dan dengan persalinan normal.

Masih ingat dulu saat ibu melahirkan mereka saat hari masih dini hari, bapak yang ikut menemani ibu dan melihat sendiri perjuangan istrinya melahirkan si kembar. Yang lahir pertama adalah Rohan lalu tiga menit kemudian disusul Rohana yang berukuran lebih kecil, setelah beberapa hari melahirkan dan si bayi kembar membuka mata untuk pertama kalinya ternyata para suster dan dokter saat itu agak terkejut dengan perbedaan bentuk mata kedua bayi itu.

Rohan memiliki mata yang kecil sedang Rohana dengan mata bulat menggemaskannya, sanak keluarga mereka pun sampai gemas sendiri melihat dua bayi gembul yang lahir sehat itu. Dari dulu bapak dan ibu tak pernah berhenti bersyukur karena sudah diberikan dua anak kembar yang berbeda jenis kelamin, ini cukup langkah untuk bayi kembar seperti mereka. Mereka sayang sekali bayi kembar lucu itu, seakan-akan dunia tengah berbahagia ketika mereka lahir.

Si kembar kecil seperti kembar pada umumnya, selalu diberi barang yang sama dan tidur bersama di ranjang bayi yang besar. Rohan yang dari bayi memang suka merengek ketimbang Hana yang lebih kalem pun seringkali memukul-mukul Hana, biarpun begitu Hana tetap tidur dengan anteng seakan pukulan dari Rohan hanya senggolan kecil.

Mereka yang mulai saling menatap saat balita, mungkin dipikiran mereka kenapa makhluk mungil itu mirip sekali dengan dirinya dan selalu bersama setiap hari, itulah yang membuat Rohan kecil sudah jahil terhadap Hana. Seperti memukul-mukul, merebut mainan, melempar dengan dot minum, bahkan meneriaki Hana dengan bahasa bayi yang saat itu dilihat oleh keluarga besar mereka dan menganggap mereka saling berbicara.

Padahal jika mereka paham, sebenarnya Rohan berkata ‘Kenapa sih elo ikutin gue terus setiap hari? Kenapa kita tidur bareng? Kenapa muka lo mirip sama gue?’ dan dibalas oleh gumaman Hana ‘Mana gue tau! Berisik lo, bayi!'.

Namun orang-orang dewasa di sana malah gemas dengan tingkah mereka yang saat itu saling memeluk, entah pelukkan sungguhan atau saling menjambak rambut yang masih sedikit.

***

Singkat cerita saat mereka duduk di bangku SMP banyak yang tidak tahu jika mereka saudara kembar, hanya beberapa guru di sekolah yang tahu. Rohan dan Hana masih ingat saat mereka menjadi trending topic satu sekolah setelah satu mereka adalah anak kembar.

Waktu itu saat pelajaran olahraga, pak Ari selaku guru olahraga tengah membariskan murid kelas 8B—kelas Hana—di lapangan sepak bola dengan cuaca terik yang sudah membuat sebagian murid termasuk Hana menggerutu dalam hati ingin segera berlari ke kantin dan membeli es teh atau es jeruk segelas penuh.

Kebiasaan guru itu di akhir pelajaran olahraga adalah memberi nasihat untuk selalu menjaga kesehatan dengan rajin olahraga kecil-kecilan, makan dan minum yang sehat, serta meminum susu untuk pertumbuhan tulang yang sehat—pak Ari waktu itu juga berjualan susu pertumbuhan, sekalian promosi—hingga beliau berceletuk.

“Coba kalian contoh si Rohan dari kelas 8A, meskipun dia kurus tapi dia rajin olahraga. Makanya tubuh anak itu tegap dan terlihat sehat, benar kan, Hana?”

Semua kepala menoleh ke arah Hana yang berada di tengah barisan paling kiri, heran kenapa guru itu malah mengajak Hana untuk membenarkan perkataan beliau. Hana balas balik menatap satu persatu teman kelasnya dengan wajah sama bingungnya, tiba-tiba pak Arif mengajaknya bicara.

“Hmm… iya, pak”

“Loh? Elo kenal sama Rohan, Han?”

“Walah! Masa kalian nggak tahu? Rohan dan Hana itukan kembar”

“HAH?!”

Sejak saat itu mereka menjadi center seantero murid SMP MELATI. Sebenarnya Hana risih karena selalu ditanyai hampir semua murid yang ingin tahu, tak beda jauh dengan Rohan yang kebanyakan ditanyai oleh murid cewek. Habisnya, mereka benar-benar jarang berkomunikasi di sekolah dan berangkat sekolah pun mereka tak pernah bersama.

Masing-masing punya sepeda kayuh dan selalu Hana yang tiba lebih dulu di sekolah.

“Tapi kalau emang mereka kembar, kok mukanya agak beda?”

“Iya juga, gue perhatiin gak terlalu mirip. Mungkin guru-guru buat julukan aja ke mereka”

“Rohan ganteng begitu, kalau Hana saudara kembarnya, gua agak nggak yakin”

“Atau jangan-jangan mereka sebenarnya udah pacaran, cuma biar nggak ketahuan jadinya mereka pake julukan anak kembar. Ihh!”

Tak sedikit juga murid yang masih tidak percaya jika mereka kembar, kebanyakan ‘mencemooh’ Hana karena wajahnya yang memang berbeda dengan Rohan. Lihat saja bentuk mata dan bibir mereka, Rohan memiliki mata sipit yang kalau tersenyum akan melengkung seperti bulan sabit—julukan itu dari murid-murid cewek—lalu bibir bawahnya yang tebal dan jika tersenyum terlihat manis dan rupawan disaat bersamaan.

Sedang Hana memiliki bentuk mata yang lebar dengan bibir tipis, dia lebih sering memperlihatkan eskpresi datarnya. Persamaan mereka hanyalah kulit putih langsat dan hidung mancung. Tapi, itu tak menjadi bukti jika mereka kembar.

Sudahlah, itu sudah mejadi cerita lama. Memang Hana sedikit sati hati saat semua orang mengatakan dirinya berbeda dengan Rohan—bilang saja Rohan itu ganteng, dan dirinya hanya cewek biasa dan cupu—namun tak Hana bawa dendam, toh juga ia masih bisa bersekolah dengan tenang begitupun dengan Rohan yang cuek-cuek saja.

Pokoknya menjadi kembar itu tak selalu menyenangkan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 21, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dua Musim SemiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang