Garis dan Arah Kami.

2 0 0
                                    

Aku memilih arah kapal yang aku mau, kamu bukan bagian dari pengendalinya. Walau kamu adalah bagian dari arah pulang dan kepulangan.

Sebelum kamu memilih arah itu, aku sudah mengguguri kepergiannya dengan segenap ikhlas. Sebagian atau seutuhnya kamu hendaki untuk pergi. Entah apa yang kamu maksud dengan kepulangan. Tak ada lagi apa - apa di sudut itu, di rumah itu, di naung itu.

Bahkan tak ada yang kamu maknai dari makna kepulangan setelah kepergian, Na?

Bahkan tak ada pula kamu menjelaskan tentang dua hal nan jauh berbeda itu, Ta?

Na kamu selalu mengikuti arah kalimatku, membantainya lagi dengan kata - kata lain.

Kata - kata lain? Atau kata yang sebenarnya sudah banyak kita sepakati di waktu lain?

Na, aku gak memilih arah yang salah.

Aku gak pernah sekali pun menyalahkan arah yang kamu maui, Ta. Tapi arah yang kamu pilih bukan yang kita sepakati.

Tapi aku kembali, Na.

Ya, tentu. Kamu adalah yang selalu kembali. Menutup semua tanya dengan rapat dan rapihnya. Memulihkan hal - hal yang seharusnya bertumbuh, bukan sekedar memulih. Menerbitkan lagi kata - kata tanpa penjelasan lain. Memaksa baru mengiringi hal yang masih biru. Aku tau, kamu gak suka berlarut dalam biru itu.

Na, banyak lagi yang akan datang. Aku melepas semuanya, memulai lagi dari awal.

Tanpa menyelesaikan yang belum terselesaikan, Ta? Lalu, membentangkan garis itu.

Garis apa, Na?

Perasingan atas pertemuan sedekat nadi itu, Ta.  Yang kamu batasi sekaligus kamu buat dekat. Perbedaan yang lagi - lagi tak bisa aku kehendaki.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 21, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Kami Melaju, Kami Berpulang. Where stories live. Discover now