Malam itu masih mencekam, mobil Taeyong masih di kejar dengan cepat dari belakang. Sesekali letupan senjata yang di layangkan untuk melumpuhkan mobil yang di kendarai Taeyong berhasil membuat Taeyong tak bisa berpikir jernih, seolah pasrah jika saja ia harus terbunuh malam itu. Taeyong bahkan tidak menyadari sejak kapan mobilnya berpencar dengan Mobil Jaehyun. Di malam yang masih mencekam itu, Taeyong tidak tahu sejauh mana ia harus membawa bayi kecil yang sedang bersamanya sementara ia tidak bisa bertahan lebih lama menghindar dari serangan tembakan di belakangnya.
Kurang lebih dua jam Taeyong berusaha menghindar mobilnya melaju membabi buta membela jalan gelap dan basah sebab hujan deras demi meyelamatkan paling tidak nyawa putranya yang satu-satunya sedang bersamanya. Hanya ada satu nama di dalam kepala Taeyong saat itu. Dia adalah Hiryochi. Satu-satunya kerabat yang ia punya saat ini. Tangisan Beomgyu semakin menjadi-jadi, memaksa Taeyong menambah laju kecepatan untuk bisa sampai kekediaman Ryochi dengan cepat. mobil yang mengejarnya sedari tadi kemungkinan tertinggal cukup jauh di belakang kesempatan bagus untuk mengambil haluan lain untuk memutus jejak pengejaran.
Taeyong menghela nafas legah ketika matanya melihat rumah besar di seberang jalan. Ia dan Beomgyu akhirnya lolos dari pengejaran dan sampai di kediaman Ryochi dengan selamat dan dalam keadaan aman. Taeyong tidak bisa membayangkan jika ia sedikit saja salah mengambil arah jalan. kemungkinan ia dan bayinya akan terbunuh malam itu. Tapi meski mobil yang mengejarnya sudah tidak terlihat lagi, ada kemungkinan mereka masih berusaha mengejar, karna itu Taeyong berpikir bahwa ia harus mempercepat langkahnya.
Buru-buru ia turun dari mobil menggendong Beomgyu yang sudah menangis kencang sedari tadi meninggalkan mobilnya di luar pagar dan berlari ke arah penjaga yang berjaga di pos penjagaan rumah megah bernuansa putih tulang itu.
"Maaf Tuan, mencari siapa?" sapaan yang menyambut Taeyong ketika sampai di pagar rumah.
"Hiryochi. Apa dia di dalam? apa aku boleh masuk?" Taeyong bertanya dengan nafas yang terengah-engah sesekali melirik kearah belakang berjaga-jaga kali saja mobil yang mengejarnya berhasil menemukannya.
"Maaf tapi anda siapa? kami tidak bisa membiarkan orang asing masuk apa lagi di jam seperti ini."
Nafas Taeyong terhempas kasar, ia juga lelah tentu saja. orang di hadapannya ini pasti orang baru sehingga ia tidak mengenalnya. Tapi, tidak ada waktu berdebat dengan penjaga rumah itu sementara Beomgyu juga tidak bisa di tenangkan sama sekali.
"Dimana Pak Nam? Panggil dia kesini!" Nada Suara Taeyong terdengar tinggi kali ini sebab stres mulai mengganggunya. Bayinya mulai kedinginan sebab selimut yang melindunginya pelan-pelan mulai basah. Untungnya Seseorang yang Taeyong cari datang dari arah samping.
"Pak Nam, izinkan aku masuk!" Sahutnya buru-buru. Tanpa peduli penjaga sebelumnya yang sedang menantapnya penuh curiga di balik pintu pagar.
"Astaga, Tuan Lee?!" Dengan cepat Pria bertubuh tegap yang Taeyong sebut Pak Nam itu berlari membuka pagar, sedangkan penjaga tadi hanya menyerngit.
"Apa yang kau lakukan? dia saudara Tuan besar, Kenapa tidak membuka pagarnya malah membiarkannya menunggu di tengah hujan?!"
Pak Nam menegur, seketika Pengawal itu tersentak kemudian membungkuk menunjukan penyesalannya karna telah bersikap kurang baik kepada Taeyong yang ternyata saudara Tuannya. Taeyong hanya mengangguk maklum, sebelum akhirnya berlari menyusuri halaman rumah hingga sampai di pintu utama di susul oleh pak Nam di belakangnya.
"Silakan masuk, Tuan. Aku akan beritahu Tuan besar kau datang."
Taeyong hanya mengangguk dan duduk di sofa panjang itu menenangkan bayinya yang tidak berhenti menangis sedari tadi. Ia dan Beomgyu akhirnya aman namun masih besar kekhawatiran Taeyong terhadap Jaehyun dan ketiga putranya saat itu hingga rasanya ia ingin berteriak dan menangis. Taeyong benar-benar tidak pernah berpikir ada di situasi seperti ini. Situasi dimana nyawanya dan anak-ananknya benar-benar seperti telur di ujung taduk. ini benar-benar menakutkan sehingga dalam pikiran Taeyong saat ini, ia hanya bisa menyalahkan dirinya. Taeyong pikir bahwa dirinyalah yang terlanjur membuat api besar itu menyalah sedangkan ia bingung bagaimana cara menyulupkannya. Hal yang bisa Taeyong lakukan sekarang hanyalah berdoa. Semoga Tuhan melindungi Jaehyun dan ketiga putranya —setidaknya untuk malam ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE JUNG TWINS TRAGEDI (jungfamily) || COMPLETED✔️
Fanfic"Tidak ada yang abadi di dunia ini, begitu juga dengan kesedihan... 'Tidak ada kesedihan yang abadi'. Cepat atau lambat semuanya akan kembali membaik. Kalian hanya perlu terbiasa. Ketika sudah terbiasa, maka menjalani hidup setelah ini akan jauh leb...