Aku melihat ke sekelilingku. Suasana kelabu yang sangat sunyi. Terlihat sebuah palang jalan yang menunjuk ke beberapa arah. Jalan 1, jalan 2, jalan 3. Dan aku sedang berada di tengah ke tiganya. Bimbang hendak menuju kearah yang mana.
Bahuku di tepuk tiba-tiba sehingga aku terperanjat.
'sedang apa kamu disini nak, ini bukan tempatmu. Pulanglah' ujar seorang kakek yang aku sendiri tak tahu dari mana datangnya. 'arah jalan pulangnya ke…’ hendak ku menanyakan arah jalan pulang, saat aku sadar kalau kakek itu sudah menghilang.Perlahan air mataku menetes, memecah tangis yang sudah sedari tadi tertahan. Aku tak tahu lagi harus kemana. Aku hanya seorang anak yang berusia 6 tahun. Bisa apa aku dengannya. Teringat olehku semua kenangan manis bersama mamah dan papahku.
'mamah, papaahhh' aku menjerit. Aku kemudian teringat dengan Tuhan. Segera aku berdoa kepadaNya. Kupejamkan mata, 'Tuhan, aku ingin pulang' ………
Tiba-tiba kurasakan seperti berada di dalam rumah. Semakin ku ingat, semakin kuat dan nyata. Ada papah dan mamah yg sedang memelukku. Terdengar riang tawanya. Memuncak kan perasaan rindu yang sudah penuh di tahan dan kemudian pecah berserakan.
Angin kencang terasa menerpa wajahku membuat ku semakin kencang meneriakkan mamah dan papah. Aku mengerang saat tubuhku terasa terhempas terbawa angin itu. Nafasku tersekat, keringat terasa bercucuran membasahi pelipis ku.
Aku membuka mata perlahan, pandanganku terhalang kain putih tipis. Ku coba untuk bangkit, terasa nyeri di seluruh sendi, terasa remuk tulangku. Aku mencoba menguatkan diriku untuk bangkit.
Aku melihat mamah, papah, dan orang-orang di sekitarku sedang menangis. 'mamaah, papaah' seru ku dengan suara yang parau. Pandangan tertuju kepadaku. Mamah papah segera memelukku dan berkali-kali mengucapkan rasa syukur.
Saat itu, aku tidak mengerti dengan apa yang sedang terjadi. Aku hanya tahu kalau aku baru bangun tidur. Tidur yang sangat panjang. Aku bahkan masih tidak mengerti mengapa mereka mengelilingiku sambil menangis tersedu-sedu. Apakah aku masih bermimpi? Tapi… kurasa ini lebih terlihat nyata dari mimpi yang aku lihat kemarin malam.
Sejak hari itu, aku bisa melihatnya. Melihat sesuatu yang tak seharusnya aku lihat. Dimana semua penyebab kehancuran hidupku, dimulai saat itu. Aku benci bagian ini. Sangat membencinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Time To live
Short StoryTiga... dua... satu... tubuh itu terpental beberapa meter karena tertabrak sebuah mobil yang sedang melaju kencang. Aku melihatnya tak bernafas saat angka di tangannya menunjukkan 00.00 pertanda waktu untuknya bisa bernafas telah habis. Iya, aku bis...