Chapter 1

561 112 11
                                    

"Kalian sudah sah menjadi pasangan suami-istri. Yang Mulia, Anda bisa melihat wajah permaisuri sekarang."

Min Yoongi, Yang Mulia Putera Mahkota dari kerajaan Joseon saat ini mengangguk penuh hormat sebelum memutar tubuh kearah mempelai wanitanya. Ketika ia bergerak, auranya terpancar begitu hebat keseluruh penjuru ruangan. Sorot matanya dingin dan tak tersentuh sehingga jika tak ada untaian sutera yang berkibar dan penari latar sebagai penanda hari pernikahannya, ia tampak seperti sedang berada dalam pemakaman.

Penuh ketenangan Yoongi mengulurkan tangan untuk membuka selendang yang menutupi wajah istrinya. Disekeliling mereka, orang tua dan pengawal istana dari dua kerajaan mengamati dengan khidmat. Sementara Kim Namjoon sang panglima perang, mengambil posisi siaga ketika Putera Mahkota Min mulai menyelipkan jemarinya kedalam lengan jubah untuk meraih sesuatu.

Srett!

Darah seketika menguar dimana-mana. Putera Mahkota berhasil melukai leher mempelainya hingga ia jatuh terkapar. Permadani yang indah berubah menjadi lautan darah sebab para pengawal dari masing-masing kerajaan berusaha melindungi pemimpin mereka. Wang Yoo dan Ibu Suri sebagai Ibu dan Ayah Mertua sangat marah sebab putera mahkota yang baru saja menjadi menantunya telah berani melukai anak mereka didepan mata mereka sendiri.

Tak kalah terkejutnya Raja Taejong dan Ratu Wongyeong melihat anaknya menjadi brutal tanpa diduga-duga.

"Apa yang telah kau lakukan pada anakku!?" teriak Wang Yoo membahana. Namun Putera Mahkota Min tak bergeming. Pisau yang baru saja ia gunakan untuk melukai istrinya sendiri dibuangnya kelantai, lalu ia menangkap pedang yang dilempar oleh Panglima Kim dari arah pintu masuk gedung. Lalu dengan berani, Putera Mahkota berjalan kearah Wang Yoo dan mengarahkan pedang pada lehernya. Ibu Suri berteriak dari kejauhan tanpa bisa berbuat apa-apa karena kedua lengannya telah ditahan oleh para pengawal dari kerajaan besannya sendiri. Dari arah luar, para pengawal turun lebih banyak untuk melindungi raja mereka.

"Yang Mulia," kedua mata tajam Yoongi adalah hal lain yang pantas untuk ditakuti selain mata pedangnya yang satu senti lagi menyentuh leher Wang Yoo, ayah mertuanya sendiri, "perluasan wilayah selalu menjadi tujuan utama Kerajaan Joseon. Seharusnya Anda memahami prinsip itu sebelum menyerahkan anakmu padaku."

Bukan main Wang Yoo murka dibuatnya. Ia hampir saja maju dan mengambil resiko untuk menghajar Putera Mahkota tetapi teriakan lemah yang berasal dari tengah ruangan menahannya. Wang Yoo terkejut. Puteri semata-wayang yang tadi diduganya sudah tak bernyawa, kini susah-payah mengangkat tubuh dengan air mata yang telah merebak dikedua pipi. Mata almond yang cantik itu memandangi Ayahnya dengan tatapan nanar, lalu pandangannya bergeser kearah Putera Mahkota yang sudah bersiap membunuh ayahnya.

"Biarkan aku.. melihat Ayahku untuk yang terakhir kalinya."

Pandangan Yoongi menyipit ketika mata mereka bertemu satu sama lain.

"Anakku! Aku tidak akan membiarkanmu mati!" teriak Wang Yoo lagi menepis pedang yang sudah mengarah dilehernya sedari tadi. Namun Min Yoongi bergerak lebih cepat daripada angin. Mata pedangnya telah menebas kepala Wang Yoo dalam hitungan detik dan membuatnya terkapar sementara Ibu Suri mengeluarkan teriakan histeris dan beringsut maju untuk menangkap tubuh Wang Yoo.

Sayangnya, anak buah Panglima Kim melemparkan pisau yang menancap tepat di perutnya dari samping.


Kejadian itu sontak membuat pengawal Kerajaan Silla yang tertahan diluar bangunan segera memberontak untuk masuk kedalam. Tetapi, itulah jawaban dari pertanyaan Wang Yoo ketika Putera Mahkota Min meminta ijin untuk menempatkan sebagian besar orang-orangnya berada didalam gedung pernikahan. Yaitu untuk menahan anak buah kerajaan dari luar.

Dinasty Min | Min YoongiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang