Dia di masa lalu

106 8 0
                                    

Tik
Tik
Tik

Suara rintik hujan yang terdengar dari atap sebuah halte terdengar diselingi dengan percakapan dua orang yang asik berbincang di kursi halte tersebut.

"Kak, kenapa hujan turun? Padahal tadi pagi kan cerah," tanya gadis yang masih memakai seragam SMP nya.

Lelaki dihadapan gadis itu berfikir sejenak lalu menatap gadis itu. "Cuaca itu sama kayak hati. Paginya cerah, siangnya tumpah. Siklus manusia juga kayak gitu. Paginya ketawa puas sampai ngakak, malamnya nangis sampai mata bengkak. Makanya orang dulu bilang, hari ini jangan terlalu bahagia takutnya besok kamu menderita."

Gadis itu malah menatap bingung lelaki dihadapannya yang masih memakai seragam SMA nya. Padahal dia hanya bertanya tentang kenapa hujan turun, namun lelaki itu menafsirkannya terlalu dalam. Dasar anak senja.

"Yah intinya hujan turun karena sudah takdirnya Alena." ucap lelaki itu sambil mengarahkan tangannya untuk menyentuh air hujan yang turun.

Alena ikut menengadahkan tangannya dan menikmati air hujan yang mulai membasahi tangannya.

"Gimana kabar tante Wendy?" tanya lelaki itu tiba-tiba.

Alena menarik tangannya lalu menggelengkan kepalanya. "Mama butuh perawatan di rumah sakit tapi Mama gak mau dirawat, soalnya Mama gak mau nambah-nambah biaya rumah sakit. Gue harus cari uang banyak-banyak supaya Mama mau dirawat di rumah sakit."

Lelaki itu menatap Alena lalu memegang pundak gadis itu agar bisa berhadapan dengannya.

"Kenapa gak ngomong sama gue, gue bisa bantu lo. Lo per-"

Alena langsung memotong pembicaraan lelaki itu. "Nggak, kak Sangmin sudah banyak bantu gue. Gue gak mau ngerepotin banyak hal lagi."

Sangmin menepuk kepala Alena. "Asalkan lo bahagia, lo bisa ambil semua yang gue punya."

Alena menatap lelaki disampingnya, lalu tersenyum. "Gue juga kak, asalkan lo bahagia, gue bisa kasih apapun yang gue punya."

Sangmin tertawa lalu menatap Alena. "Apapun itu?"

Alena menganggukkan kepalanya.

Lelaki itu meletakkan tangannya di dagunya lalu mulai berfikir. "Minta apa ya? Kalau gue minta surga boleh?"

Gadis itu malah memukul lengan Sangmin, karena lelaki itu berbicara yang tidak masuk akal. Gimana caranya dia memberi surga kepada Sangmin?

"Kak, coba lo minta permen, gorengan, atau ciki-ciki. Gue masih bisa kasih itu ke lo, nah lo minta surga?"

Alena menatap Sangmin lalu menatap jalanan di hadapannya. "Sebenarnya bisa aja kalau kak Sangmin dapat surga,"

Sangmin menatap bingung Alena, emang bisa?

"Coba kak Sangmin berdiri di tengah jalan," ucap Alena.

"Terus?"

"Nanti kalau mobil lewat, kak Sangmin bisa dapat surga. Ya tapi tergantung amalan kak Sangmin sih," ucap Alena lalu tertawa kecil.

Sangmin langsung mengacak rambut Alena sampai berantakan. "Lo ya, mau gue mati gitu ya. Sini-sini gue berantakin rambut lo!"

Alena hanya tertawa melihat wajah Sangmin yang kesal.

***

Srett

Sangmin membuka kulkas yang berisi es krim lalu memberikan satu es krim kepada Alena.

"Emang gapapa kita makan es krim hujan-hujan begini?" tanya Alena yang ragu untuk menerima es krim yang diberikan Sangmin.

"Gapapa Ale, supaya kita tambah sakit." ucap Sangmin dengan santuynya.

Cahaya Dari SemestaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang