Ali-Sabta, Sejoli yang Merindu Namun Tak Dapat Bertemu

7 1 0
                                    

Rintik gerimis membasahi bumi. Bunyi tetesan air hujan yang jatuh di atap rumah, membangunkan Sabta dari mimpi yang belum tuntas. Jarum jam menunjuk ke angka dua, masih pagi buta. Sabta kembali terjaga dan berusaha melanjutkan mimpinya. Namun tak berhasil.

"Lagian mana ada mimpi yang bisa dilanjutin? Ini kenyataan Sabta, bukan sinetron", gumam Sabta sambil menuju kamar mandi.

Hari itu Sabta mendapat jadwal kerja pagi. Dia masih memikirkan hal yang dimimpikannya semalam. Baginya, mimpi itu terasa begitu nyata. Berada di tempat impiannya, bersama orang yang dia sayang. Menikmati pagi hari yang indah, sambil melihat balon udara beterbangan. Sebab itulah Sabta ingin sekali melanjutkan mimpinya.

Sementara itu, di dinding kamar seorang laki-laki keturunan Turki yang tinggal di Indonesia, terpampang sebuah gambar dari berbagai negara. Ali, biasa orang memanggilnya, merupakan seorang pemuda yang gemar berkeliling dunia. Setiap kali kembali dari negara yang dikunjunginya, dia akan memberi tanda pads gambar yang ada di dindingnya.

Malam itu hujan turun cukup deras di tempat Ali tinggal. Ali terbangun dari tidurnya karena bermimpi sesuatu yang tak biasa menurutnya. Dia berjalan uke dapur untuk mengambil minum sambil memikirkan mimpinya.

"Bagaimana bisa aku bermimpi seperti itu? Menikah? Bulan madu? Memikirkannya saja aku tidak pernah", Ali bergeming akan mimpinya.

Cappadocia, layaknya Kinan dalam serial "Layangan Putus" yang tengah diperbincangkan, Sabta juga bermimpi untuk pergi ke sana. Naik balon udara dan menikmati pemandangan indah dari ketinggian beribu-ribu kaki bersama kekasihnya. Romantis sekali. Membayangkannya saja, Sabta sudah merasa bahagia.

Pun sama dengan Sabta, Ali juga sangat ingin mengunjungi Cappadocia. Bukan untuk beromantis-romantisan seperti Sabta, namun untuk memenuhi tanda di dinding kamarnya. Ali memang memberi target pada dirinya, bahwa sebelum menikah dia sudah harus menyelesaikan misinya berkeliling dunia. Mimpi dan target yang sangat mahal, tapi tetap Ali usahakan agar terwujud semuanya.

Sabta dan Ali kembali bermimpi hal yang sama. Bertemu di Cappadocia, mengenal satu sama lain, saling jatuh cinta, dan akhirnya menikah. Memang terdengar aneh. Namun itulah yang mereka impikan hampir setiap malam. Hingga mereka saling penasaran bagaimana mimpi itu bisa terus berulang.

"Hari ini aku mau tidur nyenyak, semoga mimpi aneh itu tidak datang lagi", harap Sabta menjelang waktu tidurnya.

"Sudah cukup mimpi yang nggak jelas itu, aku mau tidur tanpa harus memikirkan apa-apa lagi besok saat bangun", gumam Ali saat beranjak tidur.

Lagi-lagi Sabta dan Ali memimpikan hal serupa. Tapi kali ini sedikit berbeda, layaknya orang yang berhuhungan di dunia nyata, mereka berselisih paham akan sesuatu. Dalam mimpi itu mereka juga merasakan betapa beratnya ujian sebelum menikah. Saat salah satu mulai ragu dan juga adanya orang ketiga. Sungguh terasa sangat nyata mimpi yang mereka alami. Namun begitu, mereka tak bisa untuk saling bertemu. Sebab mereka tidak tahu siapa yang selalu hadir di mimpinya.

"Padahal aku sudah berdoa sebelum tidur, kenapa mimpimya datang terus sih? Lelah sekali aku, harus merasakan cemburu padahal tidak pernah bertemu," keluh Sabta setelah bangun dari tidurnya.

"Ini apalagi ya Tuhan? Bertengkar pekara lipstik yang tertinggal di mobil? Sudah seperti sinetron sekali hidupku ini", ucap Ali sembari meninggalkan kamar tidurnya.

Sepanjang hari keduanya terus memikirkan mimpi yang mereka alami semalam. Tidak seperti biasanya, mereka merasa kali ini benar-benar berbeda. Ada rasa yang perlahan mulai bersemi dalam hati mereka. Terlalu sering bertemu dalam mimpi benar-benar membuat mereka jatuh cinta. Meski pada kenyataannya sangat tidak mungkin untuk bersatu, Ali dan Sabta kini berdoa agar mereka dipertemukan di dunia nyata.

Saat mereka tidak saling bermimpi, ada rasa rindu di hati keduanya. Ada harap yang selalu mereka pinta setiap kali mau tidur.

"Ya Tuhan, tolong, pertemukanlah kami malam ini. Aku benar-benar rindu dan ingin sekali bertemu. Kabulkanlah doaku ini", doa Ali dan Sabta setiap menjelang tidur.

Mereka berdoa untuk saling bertemu. Mereka juga terlihat begitu bahagia meski semua hanya terjadi dalam mimpi dan mustahil untuk menjadi kenyataan.

Tuhan memang baik sekali pada mereka. Dia mengabulkan doa Ali dan Sabta. Bertemu lagi di Cappadocia setelah seminggu tidak mendengar kabar masing-masing. Benar saja, dalam mimpinya, mereka saling memberi pelukan hangat untuk melepas rindunya. Menikmati indahnya senja yang dihiasi ratusan balon udara di langit. Sembari minum teh hangat, mereka saling bercerita bagaimana kesehariannya. Juga saling memberi alasan kenapa seminggu ini tidak bisa berkunjung.

"Sudah pagi ya? Padahal aku masih ingin berbincang dan menceritakan kegiatanku di tempat kerja. Sudahlah Sabta, jangan mengeluh terus. Tadi kan sudah disemangati Ali", Sabta tersenyum teringat pertemuannya dengan Ali.

Bunyi alarm juga membangunkan Ali dari mimpi romantisnya.

"Padahal aku belum selesai bercerita, sudah bangun saja. Ah, nggak taulah, pokok nanti malam harus bertemu lagi", keluh dan harap Ali.

Mencintai memang tidak salah. Tapi mencintai orang yang hanya bertemu dalam mimpi rasanya aneh. Pun Ali dengan Sabta, saat terbangun dari tidurnya, mereka merasakan hal itu sungguh tidak masuk akal. Bagaimana bisa mereka jatuh cinta padahal tidak pernah bertemu secara nyata? Setelah dipikirkan, Tuhan memang luar biasa dalam menunjukkan kebesarannya. Seseorang dibuat jatuh cinta semudah itu dan dibuat menyadari akan satu hal. Bahwa tidak semua cinta bisa bersatu dalam kehidupan.

Hal itulah yang sedang dialami Ali dan Sabta saat ini. Dalam mimpi, mereka adalah sepasang kekasih yang sangat bahagia. Pasangan yang juga tengah mempersiapkan hari bahagianya. Tinggal di negara yang mereka impikan. Hidup bahagia dengan penuh cinta kasih dari masing-masing keluarga. Namun, saat terbangun, mereka harus kembali pada kenyataan bahwa semua hanya mimpi. Kehidupan sebenarnya yang mereka jalani adalah kehidupan setelah mereka terbangun dari tidur.

"Ya Tuhan, jika memang benar Sabta jodohku, tulang rusukku yang selama ini hilang. Aku mohon, satukanlah kami di dunia nyata. Jika bukan, tolong tunjukkanlah kebesaranmu dengan tidak mempertemukan kami lagi dalam mimpi. Aku tidak ingin berharap terlalu tinggi, Ya Tuhan", doa Ali setelah sadar bahwa mimpi ini mulai tidak baik untuknya.

"Tuhan, aku hanya hambamu yang ingin bahagia. Hidup bersama laki-laki yang kau pilih untuk menjadi imamku sampai akhir hayatku. Jika bukan Ali yang menjadi jodohku, tolong jangan izinkan kami bertemu lagi, meski iti hanya dalam mimpi", doa Sabta yang juga mulai sadar jika mimpinya selama ini bukanlah hal yang baik untuk kehidupannya.

Tuhan mengabulkan doa Ali dan Sabta. Mereka tidak lagi bertemu dalam mimpi. Mereka masih saling merindu dan berharap. Namun mereka menggantungkan harapan itu pada Tuhan. Mereka yakin, jika benar jodoh, pasti suatu saat pasti akan bertemu di kehidupan nyata.

Rindu Tak BerujungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang