Prolog

270 47 13
                                    

Di atas pic. Alan Mourish.. ^^

.

"Tuan, saya membawa manusia untuk makan malam anda."

Seorang gadis manusia yang berlumuran darah kini meringkuk ketakutan. Ia tak menyangka keputusannya untuk keluar rumah setelah matahari terbenam justru membuatnya menemui ajal. Tubuhnya diseret sepanjang jalan oleh Mona tanpa ada yang menggubris teriakannya.

Di hadapannya telah berdiri sosok serigala besar dengan tatapan bengis ke arahnya.
Sosok itu mendekati tubuh gadis yang gemetar ketakutan. Dengan nada dingin ia berkata, "Di mana istriku?"

Mona yang menonton hanya termenung mendengar pertanyaan tuannya. Hatinya begitu sakit saat serigala jantan itu masih bertanya mengenai istrinya yang sudah lama mati. Padahal sudah dua puluh tahun yang lalu sejak peristiwa itu, tapi tuannya seperti terjebak oleh waktu.

"Sa-saya tidak tahu," jawabnya parau. Tubuhnya semakin gemetar saat serigala di depannya menggeram.

"Dasar tidak berguna!" Suara Alan menggelegar di telinganya.

Hanya dalam satu gigitan yang ditarik kuat, leher gadis itu terputus. Darah menetes di sela taringnya dengan raut murka dan sedih. Ia menjadi gila sejak mendengar lolongan terakhir istrinya yang terputus begitu saja, seolah kematian telah menghampirinya sebelum lolongannya selesai.

Alan menggeram, menyantap hidangannya dengan hampa. Hatinya begitu kosong. Bayangan Irina masih menari di pelupuk matanya. Ingin sekali ia menitikkan air mata, sayangnya mata itu sudah seperti sumur kering yang tak bisa lagi menangis.

Cakarnya mencengkeram serbuk dingin di bebatuan. Ingin meraung pada semesta dan berharap istri tercintanya kembali. Rindu dan sesal memenuhi benaknya, membuatnya makan dengan rakus. Entah sudah berapa kali hati yang berkarat itu memanggil satu nama dari sosok yang tak pernah lagi ada.

Alan menjilati taringnya setelah hidangannya habis kurang dari satu jam. Hanya belulang yang tersisa dari tubuh si mangsa. Ia melangkah menjauh dan berdiri di bibir tebing, menatap purnama sempurna dengan sendu.

"Irina-ku." Masih terselip sisa darah segar di bibirnya saat Alan bergumam lirih.

Mona mendekati Alan, berharap bisa mengisi kekosongan yang dialami tuannya. Ia tahu bahwa serigala jantan di hadapannya berada di lembah kehancuran. Tuannya telah kehilangan banyak hal, dimulai dari pack dan sebagian besar anggotanya, istri dan anaknya serta bawahan setianya.

Namun, Mona tahu saat itu bahwa si Gamma telah mati. Ia serigala yang mati pertama karena melindungi tuannya. Alan meminta Clay untuk mencari Irina, tapi hingga saat ini si Beta tidak pernah kembali. Hatinya begitu terluka melihat tuannya terpukul.

"Tuan-"

"Aku akan pergi ke Lunar pack. Mungkin saja Irina ada di sana."

"Tuan, anda sudah ratusan kali ke sana selama dua puluh tahun ini. Apa lagi yang anda harapkan? Irina tidak ada di sana!"

"Alpha Lunar pack pasti menyembunyikannya di suatu tempat!" bantahnya, betapa hati dan pikirannya menolak kenyataan bahwa istrinya telah tiada. "Serigala sialan itu pasti masih menyimpan rasa pada istriku."

"Anda sudah sering berkelahi karena hal itu, anda tidak ingat?" Mona mulai frustrasi dan juga sedih. "Mau sampai kapan anda seperti ini?"

Alan terdiam. Pikirannya sangat kacau. Dia tahu istrinya telah mati, tapi rasa kehilangan yang sangat mendalam membuatnya menolak fakta itu. Kegilaan mulai menguasainya sejak saat itu. Berkali-kali ia membuat keributan terutama pada Lunar pack, tempat masa lalu Irina berada. Berharap ia menemukan ketenangan dari kenangan istrinya seolah ia masih ada di sana.

SilverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang