Bertemu

118 29 8
                                    

Di atas pic. Clay Eastern ^^

.

___Artiarch Barat, Kota Luwigard___

Aku melamun untuk ke sekian kalinya ketika sunyi, padahal aku sedang liburan. Seperti yang dikatakan Rivha, dokter bilang aku sedikit stres dan ayah meminta pihak Asosiasi untuk meliburkanku selama satu pekan. Untungnya pihak Asisosiasi memberiku ijin. Rivha juga diijinkan libur untuk menemaniku walau hanya dua hari.

Kuteguk minumanku sejenak sambil menikmati pemandangan dari balkon. Malam membuat seluruh kota bersinar warna-warni. Teh Mawar yang kuminum juga cukup menyegarkan. Aromanya begitu harum dan menenangkan.

Lagi, aku melamun. Kali ini adegan panas bersama tuan Clay berkelebat, membuatku merona. Itu cuma mimpi, tapi sudah membuat kewarasanku hilang. Mataku terpejam, mengingat kembali aroma tubuhnya. Aku jadi berharap kemesraan itu menjadi nyata suatu saat nanti.

Segera kugelengkan kepala untuk mengusir pikiran kotorku. Tanganku menyilang, mendekap tubuhku sendiri saat udara dingin berembus. Sialnya, tangan kekarnya yang merengkuhku di dalam mimpi terasa begitu nyata.

Aku meremas poni seraya mendengus kesal. Berkali-kali aku menampar-nampar pipiku agar tak terbuai oleh semua itu. Namun muncul sedikit pembelaan dalam diriku yang mengatakan, "Wajar jika aku seperti ini. Ini kan pertama kalinya aku jatuh cinta."

"Kau sedang memikirkan apa?" Lagi-lagi Rivha sudah berada di dekatku tanpa kusadari. "Apa...jangan-jangan kau stres karena memikirkan pria itu?"

Yap, tepat sasaran. Kecepatan logikanya memang di atas rata-rata. "Menurutmu?"

Rivha mendekati balkon dan berdiri di sampingku. "Kau tak pernah seperti ini sebelumnya. Kau terlihat depresi berat setelah kau tertarik pada pria dengan parfum misteriusnya." Ia menarik napas sejenak. "Ya, kita memang ada di masa pubertas. Tapi melihatmu yang seperti ini...rasanya lebih baik kau tetap menjadi anak-anak yang hanya memikirkan main dan makan."

Aku terkekeh. "Kau sendiri bagaimana? Apa ada pria yang membuatmu tertarik?"

Ia terdiam, lalu menatapku. "Tentu saja ada."

Mataku menbulat sempurna. "Siapa?"

Rivha tersenyum malu di wajah dinginnya. "Seseorang yang sepertinya...sulit kugapai."

Aku mendengus. Alih-alih menjawab, ia malah memberiku teka-teki. Aku jadi penasaran, siapa pria yang membuat gadis berhati dingin itu tertarik?

"Ah, lupakan." Ia mengganti topik. "Bagaimana keadaanmu sekarang? Apa lebih baik?"

Kutarik napas panjang. Padahal aku sangat penasaran dengan kehidupan asmaranya, tapi ia enggan terbuka. Mungkin...memang dia belum siap untuk bercerita. Rivha memang selalu seperti itu.

"Entahlah. Kurasa bepergian seperti ini tak terlalu berpengaruh selain hanya untuk bersenang-senang semata. Lebih baik aku berlatih menembak atau bekerja seperti biasanya untuk mengalihkan pikiranku."

"Lalu...apa besok kau akan ikut pulang bersamaku?"

Aku terdiam sejenak. "Hmm...lihat saja nanti bagaimana keadaannya."

"Baiklah, beritahu aku kalau besok akan pulang. Kau tahu kan aku tak bisa menemani liburanmu sepenuhnya?"

Aku mengangguk. "Ya, terima kasih sudah menemani liburanku walau hanya dua hari. Tempat makan yang kau katakan waktu itu ternyata menunya sangat enak."

"Ya." Rivha mengangguk. "Kau istirahatlah. Jaga kesehatanmu."

"Terima kasih. Kau juga."

Gadis itu meninggalkanku sendirian dan aku kembali melamun. Mungkin...sebaiknya aku ikut pulang besok, tapi sebelum itu ku ingin jalan-jalan sebentar.

SilverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang