Di atas pic. Rivha Amolive.. ^^
.
Aku berdiri di balkon setelah membereskan seluruh peralatanku. Rasanya begitu hampa. Setelah Clay berpamitan untuk pergi, ia benar-benar tak datang, padahal aku sengaja tinggal satu hari lagi untuk menunggunya sambil berharap ia akan menemuiku sebelum...benar-benar pergi. Apa aku...terlalu berlebihan?
Senyumku tersungging getir ketika angin malam berembus. Belum apa-apa aku sudah rindu. Besok aku akan pulang dengan berat hati. Ah, seandainya saja kami bertemu sebelum aku kembali ke ibukota, mungkin hatiku akan sedikit merasa ringan.
Sebenarnya kemana dia pergi? Di mana ia sedang bertugas malam ini? Kuharap di tempat ia berjaga selalu aman. Aku tak bisa membayangkan jika Alpha gila atau apa pun itu menyerangnya saat ia berpatroli. Aku mungkin...bisa gila jika ia tewas saat bertugas.
"Clay," lirihku seraya memejamkan mata.
Aku mencoba mengingat kembali aromanya. "Feromon katanya." Aku tertawa lirih karena mengingatnya. "Dia memiliki selera humor yang unik."
Malam semakin larut dan aku mulai kedinginan. Kuputuskan untuk masuk lalu menutup pintu balkon dan mengunci jendela. Kumatikan semua lilin dan kamar menjadi temaram karena cahaya dari perapian yang hangat. Aku menaiki ranjang dan menarik selimut, bersiap untuk tidur.
Lagi, pikiranku melalang buana. Membayangkan kebersamaan dengan pria itu walau hanya dua hari. Rasanya ingin kuulangi masa-masa itu. "Terima kasih sudah menemani liburanku," gumamku sebelum terlelap. "Aku akan mengingat saat-saat bersamamu, Clay."
Entah berapa lama setelah kupejamkan mata. Aku merasa udara di kamarku berembus sejuk. Api perapian perlahan padam hingga kamarku menjadi temaram yang abu-abu. Mataku setengah terbuka, antara sadar dan tidak.
Hidungku mencium aroma Clay bersamaan sosok yang berdiri dalam bayangan malam. Baunya semakin menguat ketika mendekat, membuatku nyaman dan enggan bergerak. Perlahan mataku semakin terbuka. Benar saja, Clay ada di kamarku.
"Apa aku terbawa mimpi karena menantikannya?" pikirku.
Clay sudah pergi bertugas dua hari yang lalu. Jika dia ada di sini berarti...ini mimpi. Baiklah, akan kucoba untuk mengendalikan mimpiku sendiri.
"Clay?" panggilku sambil duduk.
Kini sosoknya sudah berdiri tepat di dekatku. Ia hanya diam dengan wajah muram."Aku senang kita bertemu lagi." Kugait tangannya dan ia tetap berdiri kaku.
"Clara," lirihnya.
Aku berniat untuk bangkit dari ranjangku agar bisa berdiri di sisinya, tapi tangannya sudah menahanku. Dengan napas memburu, ia mendorongku ke ranjang dan menciumku seperti orang sudah lama menahan diri. Tangannya menekan kepalaku agar pagutannya tak terlepas.
Syok, tentu saja. Walau aku bilang ingin mengendalikan mimpiku, tapi nyatanya ini diluar kendaliku. Sama sekali tak terbesit ia akan menciumku seperti ini.
Lagi, aroma tubuhnya menyeruak. Aku selalu tak berdaya jika sudah mencium baunya yang memikat. Kerinduan yang baru saja kurasakan kini tumpah ruah.
"Tidak apa-apa, ini hanya mimpi. Luapkan saja sepuasmu," bisik hatiku sebagai pembelaan.
Tanganku merengkuh lehernya dan membalas ciumannya yang panas. Ia semakin bernafsu, sama seperti mimpiku sebelumnya. Aroma tubuhnya memenuhi inderaku, membuatku semakin mabuk.
Tak ada kata yang terucap di antara kami, tapi aku tahu bahwa saat ini ia begitu menginginkanku dengan hasrat yang menggebu. Tangannya meremas rambutku dengan napas terengah. Wajahnya terlihat menderita dan juga...penuh gelora.
KAMU SEDANG MEMBACA
Silver
Manusia SerigalaBuku ke 2 dari Scarlet. Sangat disarankan untuk membaca buku pertamanya agar tidak bingung dan seru ^^ Teror melanda di sejumlah desa tepi hutan. Alpha, makhluk buas tertinggi yang seharusnya bersembunyi kini menampakkan dirinya untuk memangsa. Tak...