Calon Alpha's Mate

127 25 6
                                    

Aku duduk di sofa sudut kamar sementara Rivha duduk di ranjang. Langit malam ini begitu cerah dengan cahaya temaram melalui kaca-kaca jendela. Kami saling menatap serius. Rivha menuntut jawaban perihal Clay yang sebelumnya pernah kuceritakan.

"Jadi?" tanyanya singkat.

"Yah, jadi...ternyata ada kesalahpahaman antara aku dan Clay." Aku berpikir sejenak untuk sedikit memanipulasi cerita. Aku tak mungkin memberitahu soal pertemuanku dengan Mona sebagai Werewolf.

"Saat aku sedang bertugas di wilayah Utara, aku bertemu dengan wanita itu. Faktanya dia tidak hamil dan pengakuannya saat itu hanya karangan karena dia tahu aku memiliki hubungan dengan Clay. Ia sengaja membuatku patah hati atas keinginan seseorang yang...entah siapa. Mungkin penggemarnya Clay." Aku mengarang. Tidak mungkin juga aku menceritakan perihal Alan Mourish padanya.

"Apa kau percaya begitu saja pada pengakuannya?" tandas Rivha, masih tak percaya. "Bagaimana kalau wanita itu memang sengaja dibayar Clay untuk membuatmu luluh lagi?"

"Itu tidak mungkin, Rivha. Clay-"

"Kau ini benar-benar polos, ya. Dia tahu kau anak orang kaya. Aku khawatir jika dia hanya mengincar hartamu saja."

"Soal itu juga tidak mungkin. Clay jauh lebih kaya dariku," sahutku cepat.

Nyatanya memang benar, kan? Walau hanya rumah sewa, tapi seluruh perabotan miliknya tergolong mewah. Apalagi dia bisa menggandakan harta. Hanya perlu satu keping uang sebagai bibit dan menjadi kaya setelahnya tanpa harus bekerja.

"Aku pernah tinggal di rumahnya selama masa perawatan, dia benar-benar orang kaya."

Rivha ternganga dengan raut datar. Entah ia syok atau tengah mencoba mempercayainya. "Kau yakin itu rumahnya?"

"Astaga! Memangnya ada orang yang ingin menipu sampai harus menyewa rumah?" Aku mengunyah camilan sejenak.

Rivha melipat tangannya di dada. "Baiklah. Kali ini aku percaya. Tapi masalahnya, kau sudah terlanjur menyetujui perjodohanmu dengan Tuan Ilias. Kau tak bisa membatalkannya begitu saja hanya karena kesalahpahamanmu sudah selesai."

Aku menarik napas panjang. "Nah, itu dia. Aku tidak tahu harus bagaimana. Aku benar-benar menyukai Clay, tapi aku sudah terlanjur setuju dijodohkan." Aku menatapnya lebih lekat. "Menurutmu...aku harus bagaimana?"

Rivha termenung dengan ekspresi berpikir, kemudian memejamkan mata dan menarik napas. "Aku tidak tahu. Sepertinya kau harus membicarakan hal ini pada orang tuamu."

"Aku yakin mereka akan kecewa."

"Itu konsekuensi yang harus kau hadapi. Kau mau bertunangan dan menikah dengan orang yang tidak kau cintai demi keluarga? Atau berani menghadapi kekecewaan orang tuamu agar bisa bersama Clay tercintamu itu?"

Aku terdiam. Berkelut pada hati dan pikiranku yang kontra. Walau aku khawatir, tapi aku seharusnya...tidak boleh takut.

"Clara. Pernikahan itu bukan soal mudah. Kau akan hidup bersama dengan pasanganmu sampai akhur hidupmu. Jadi kuharap, kau bisa bersanding dengan pria yang kau yakini baik dan mencintaimu." Kalimat Rivha begitu bijak, entah belajar dari mana. Terkadang ia memang seperti kakakku.

"Aku tidak tahu bagaimana karakter Clay dan juga Ilias. Tapi pastinya, ada satu dari mereka yang pantas bersanding denganmu. Seperti yang kau tahu, Ilias itu populer karena putra Tuan Zacharie. Pastinya pesaingmu sangat banyak. Lalu, Clay. Walau katamu dia pria kaya yang baik, tapi sebaiknya kau juga mencari tahu soal dirinya lebih dalam. Pria kaya biasanya banyak tingkah dan banyak wanita simpanan. Saat kau bilang ada wanita yang mengaku istrinya, sebenarnya aku curiga. Tapi jika kau lebih percaya pada Clay, kau harus bisa mengenalnya lebih baik," lanjutnya panjang lebar.

SilverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang