Di atas pic. Irina Winter.. ^^
.
Satu minggu berlalu sejak menjelajahi toko parfum. Energiku terkuras seperti gadis patah hati. Sangat aneh memang, tapi aku tak bisa membohongi perasaanku. Ada rasa sakit saat aku mengharapkan kedatangan orang itu.
Saat museum di buka kemarin pun, pria itu juga tidak datang. Prasangkaku selalu berkata mungkin dia sibuk, tapi rasa ini semakin memberontak. Sungguh, baru kali ini aku merindukan orang asing sepertinya.
"Sial, sepertinya aku memang tak boleh berharap banyak. Lagipula kami hanya bertemu sekali," gerutuku dalam hati.
Aku bersiap untuk memulai aktivitasku. Kulihat jadwal hari ini dan keningku mengerut seketika. Pajangan nomor 107? Itu kan...serigala betina yang berdiri di dekat aula. Aku membaca tata cara perawatannya. Rupanya hanya cukup menyemprot bulunya dengan cairan lalu menyisirnya dengan rapi.
"Hmm...cukup mudah," pikirku.
Aku mengikat rambut dan merapikan kemeja. Saat membuka pintu kamar, aku berpapasan dengan Rivha yang kebetulan juga keluar dari kamarnya.
"Wah, hari ini kau sangat rapi. Mau kemana?" tanyaku saat melihatnya sudah memakai pakaian lengkap dengan rompi dan mantel panjang.
"Hari ini jadwalku memetik Wolfsbane di wilyah utara bersama tuan Daniel."
Aku manggut-manggut seraya mengingat. Tuan Daniel adalah Hunter Senior dengan segudang prestasi. Kudengar, beliau lah yang berhasil menangkap dan membawa Irina Winter kemari di tengah amukan si Alpha. Kemampuannya memang patut dipuji.
"Kau sendiri?" tanyanya.
Kami menuruni tangga asrama bersama dengan langkah kaki bergema.
"Hari ini jadwalku melakukan perawatan pada beberapa barang museum sekaligus bersih-bersih."
"Oh, begitu. Ya sudah, aku pergi dulu." Rivha berjalan mendahuluiku dengan buru-buru, lalu langkahnya terhenti sejenak. "Oh iya. Aku menemukan restoran enak di kota Luwigard. Kau mau mencobanya?"
"Boleh," sahutku antusias. "Kapan-kapan kita makan di sana."
"Ok."
Rivha setengah berlari setelah sampai di bawah. Sebagai orang yang tepat waktu, ia memang sering begitu. Terkadang aku sampai khawatir kakinya terkilir atau terpeleset di tangga, untungnya tidak pernah.
Aku bergegas menuju ruang penyimpanan alat dan mengambil beberapa alat kebersihan yang bisa kugunakan. Tak lupa juga membawa sisir kayu yang akan kupakai untuk menyisir bulu-bulu yang tampak lembut seperti selimut itu.
Beberapa Hunter lain juga sudah mulai melakukan tugas mereka masing-masing. Aku memasuki museum dan di sana sudah ada Briana dan beberapa orang yang tak terlalu kukenal. Briana juga tampak memakai perlengkapan yang sama denganku.
"Kau sedang bertugas di sini juga?" tanyanya seraya mengelap sebuah taring di salah satu peti kaca.
"Ya. Kebetulan hari ini jadwalku menyisir rambut Serigala," jawabku seraya menunjuk sosok serigala besar di kejauhan.
"Oh, pasangan Alpha itu rupanya. Hati-hati saat menyisir bulunya, sepertinya mudah rontok."
"Aku sudah membaca panduannya. Semoga saja aku tidak melakukan kesalahan. Aku juga membawa cairan khusus agar bulunya tidak rusak."
"Aku yakin kau tak seceroboh itu. Kalau begitu, selamat bekerja."
Aku menanggapinya dengan anggukan. Kakiku melangkah menuju aula pameran yang biasanya ramai. Berhubung museum sedang tutup, suasana di aula begitu sunyi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Silver
WerewolfBuku ke 2 dari Scarlet. Sangat disarankan untuk membaca buku pertamanya agar tidak bingung dan seru ^^ Teror melanda di sejumlah desa tepi hutan. Alpha, makhluk buas tertinggi yang seharusnya bersembunyi kini menampakkan dirinya untuk memangsa. Tak...