03. Sedikit Saja | Kim Doyoung

27 7 2
                                    

"Laura, Liburannya diundur ya? Jadi minggu depan," ujar Gea dengan tiba-tiba.

"Loh? Rencana awal kan gak kayak gini." Aku protes karena tak terima Gea main merubah rencana yang mereka susun dengan rapi.

"Jangan seenaknya kayak gini dong. Kita udah kosongin waktu untuk minggu ini," sahut Valeta yang tidak setuju juga.

"Ya gapapa kali, Gea sibuk. Gue juga sibuk. Tolong pengertiannya ya," ucap Nita dengan cepat.

Mereka mengucapkan kata-kata seperti itu, seolah-olah aku tidak pernah pengertian dengan mereka.

Padahal aku selalu berusaha melakukan yang terbaik untuk teman-temanku. Disaat mereka dalam masa terpuruknya aku selalu ada di sana. Disaat mereka ingin melakukan sesuatu bersama-sama dan aku sedang sibuk aku bahkan tak pernah menolak mereka.

Jika mereka melupakan sesuatu yang harus dilakukan, aku juga yang mengingatkannya dengan baik-baik.

Ya, sejujurnya aku tersinggung dengan cara mereka berbicara dan dengan nada mereka berbicara saat ini.

Eugh ...

"Tanpa dimintapun, aku selalu pengertian dengan kalian? Kapan aku tidak pernah pengertian dengan kalian?!"

Mereka bertiga terdiam. Tidak ada satupun orang yang membuka suaranya.

"Kalau Aku yang sibuk, lalu kalian ingin melakukan sesuatu bersama aku berusaha semaksimal mungkin untuk membagi waktu ku. Lalu, lihat sekarang siapa yang selalu meminta dan tidak pernah menghiraukan perkataan ku? Kalian kan?"

"Egois!"

Aku sungguh tidak nyaman. Rasanya aku ingin memarahi mereka, jika saja ini bukan tempat umum, aku rasa aku sudah melontarkan sumpah serapah detik ini juga.

Tidak ada kata maaf yang terucap dari bibirnya, seolah-olah tidak pernah melakukan kesalahan.

Lalu, apakah aku hanya dicari jika mereka sedang kesusahan saja?

Di mana mereka saat aku yang sedang susah? Tak ada satupun yang menanyakan kabarku.

Aku pikir, aku hanya dianggap angin lalu di sini.

Bahkan perkataan yang aku lontarkan selalu tidak dianggap penting oleh mereka.

Karena rasa kesal dan emosi ku menjadi satu, aku memutuskan untuk pulang lebih dulu.

Tidak ada kata pamit, aku langsung pergi meninggalkan mereka. Mereka memanggil namaku namun tidak ku hiraukan.

Aku sudah sabar selama ini, namun aku bukan orang lain yang mempunyai hati luas dan mempunyai sabar yang seluas samudra.

Aku hanya manusia biasa yang bisa lelah lalu kecewa.

Tiba-tiba tanganku ditarik oleh seseorang.
"Kamu kenapa?"

Aku mengenali suara ini, ini suara Jefan.

Aku menggeleng.

"Ayo aku antar pulang."

••••••
©beviyla
101021

Doyoung as jefan

Doyoung as jefan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
ONESHOT NCTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang