Irresistible desire

152 16 1
                                    


Demi tidak ingat terakhir kali ia masuk ke ruangan Jimin. Tetapi, ia menyadari perbedaan mencolok dari dekorasi ruangan Jimin yang entah kapan telah di renovasi. Warna yang dulunya bernuansa terang kini berubah agak gelap tapi lebih terkesan mewah.

Ini bukan waktunya untuk mengamati perubahan ruangan Jimin, sebab situasi di antara dirinya dan pemilik ruangan sedang suram karena kejadian di kantin sebelumnya.

Demi yang tidak senang melihat Jimin makan siang bersama wanita lain meski itu Seulgi. Padahal dia tahu mereka hanya dekat dengan status atasan dan bawahan, namun semenjak Minjoo memberitahu agar dirinya lebih mengantisipasi kedekatan Jimin dan Seulgi yang memicu pikirannya ke arah negatif.

Jimin sudah tidak lagi sama dengan Jimin yang dulu, yang akan selalu memperhatikannya dan menunjukkan perasaannya secara terang-terangan. Karena itu, ada kemungkinan wanita lain akan dengan mudah mendekati Jimin dan membuat pria itu berpaling darinya, mengambil kesempatan dengan keadaan Jimin yang tidak mengingat masalalu mereka.

Memikirkannya membuat Demi tidak bisa mengabaikannya. Ia tidak akan membiarkan hal itu terjadi.

"Kenapa tiba-tiba datang ke kantor dan tidak mengabari lebih dulu?" kata Jimin setelah hening selama lima menit sejak mereka masuk ke dalam ruangan.

"Memangnya tidak boleh ya aku berkunjung ke kantormu?" sahut Demi sarkastis.

"Bukan begitu, tapi seharusnya kau mengabariku lebih dulu dengan begitu aku akan menunggumu." Jimin menyadari suasana hati Demi yang sepertinya sedang dalam mood buruk, terlihat jelas dari ekspresi wajahnya. "Dan tidak seharusnya kau menunjukkan kedekatanmu dengan Jungkook, mereka pasti akan berpikir kalian memiliki suatu hubungan, dan lagi... kau memberikannya bekal makan siang. Sebenarnya siapa suamimu---aku atau dia?" tampaknya Jimin tidak bisa menahan diri dengan melontarkan pertanyaan sarkas di akhir kalimatnya.

Demi mendengus sinis dan berkata. "Lalu bagaimana denganmu yang makan siang bersama Seulgi Eonnie, huh?" cercanya sembari menyilangkan kedua tangan dan menyadarkan punggung ke sofa.

"Kami hanya makan bersama sekalian mengobrol mengenai meeting jam dua nanti. Apa itu salah?" imbuhnya yang merasa itu hal yang tidak harus dipermasalahkan, toh lagi pula semua orang di kantor tahu Seulgi hanya sekretarisnya.

"Dari pandanganmu itu pasti hal biasa, tapi kau tidak tahu bagaimana pandangan orang lain terhadap kalian." tidak mau kalah ia memberitahu apa yang di dengarnya dari para karyawan yang bergosip saat di kantin tadi.

"Aku tidak tahu kenapa kau membesar-besarkan masalah ini.  Seulgi dan aku---kami hanya rekan kerja." Jimin tidak mengerti kenapa Demi terus membesarkan masalah dengan menyudutkannya. "Semua orang di kantor tahu itu." tambahnya.

Demi memutar bola mata dengan tersenyum jengah karena Jimin tidak juga peka terhadap dirinya yang tidak suka pria itu dekat dengan wanita lain dan menjadi bahan gosip orang-orang di kantor. "Teruslah berpikir positif seperti itu, aku hanya ingin menyampaikan apa yang sudah aku dengar. Tapi ya sudah kalau kau tidak percaya." akhirnya memilih menyerah, karena sedari dulu ia selalu kalah berdebat dengan Jimin.

Ia kemudian beranjak dari sofa dan menyambar paper bag di atas meja, ia hendak ingin pulang karena sudah tidak mau berurusan lebih lama dengan Jimin. Pria itu membuatnya kesal karena tidak mau mendengarkannya dan lebih memilih tetap berpikir positif mengenai hubungannya dengan Seulgi, dan itu semakin membuatnya kesal saja.

"Mau kemana?" Jimin menahan tangan Demi yang hendak melangkah meninggalkannya.

"Pulang." singkat tapi jelas.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 29, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SOLITUDE (Special E-book) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang