A Beautiful Morning

125 15 5
                                    


Demi pikir dirinya sama gilanya dengan Minjoo karena mengikuti ide gila temannya itu untuk menarik perhatian Jimin dengan cara menggoda suaminya itu. Pada awalnya ia berpikir ide Minjoo sangat lah gila dan tidak akan melakukannya karena itu bukan dirinya sekali.

Bagaimana bisa ia mengenakan pakaian terbuka hanya untuk menggoda seorang pria, walaupun Jimin suaminya tapi tetap saja ia tidak pernah menggoda Jimin dengan berpakaian seksi.

Tapi setelah di pikir-pikir, mungkin hanya dengan cara seperti itu ia bisa membuat hubungannya dengan Jimin lebih dekat, tidak ada salahnya mencoba.

Maka di sinilah sekarang, di depan cermin memandang dirinya dalam balutan pakaian yang sebenarnya tidak ingin ia kenakan. Selembar pakaian tipis yang sangat terbuka, sebuah lingerie berwarna putih tulang.

Demi memperparah ide gilanya Minjoo dengan tidak memakai bra, entah apa yang dipikirkannya, Demi sekarang merasa dirinya sudah terlihat sama seperti seorang kupu-kupu malam.

Mereka baru saja selesai makan malam dan Jimin sedang ada di ruang kerjanya, katanya ada beberapa dokumen yang ingin di periksa. Sedangkan Jiwoon sudah tidur di ranjang bayi yang terletak tidak jauh dari ranjangnya. Sebelum pindah, Ny. Park sudah menyiapkan segala keperluan dirinya dan Jiwoon yang paling utama.

Cklek

Mendengar derit pintu yang terbuka, cepat-cepat Demi meloncat ke atas tempat tidur dan menutupi diri dengan selimut sampai sebatas leher.

Melihat Jimin masuk ke dalam kamar dan sempat beradu pandang, saling melempar senyum sebelum Jimin berjalan mendekati Jiwoon untuk memberi kecupan di kening, kebiasaan Jimin saat Jiwoon sedang tidur.

Tidak butuh waktu lama bagi Jimin mengakrabkan diri dengan Jiwoon, keduanya seperti memiliki ikatan yang kuat sehingga mudah sekali dekat. Lebih tepatnya Jiwoon yang selalu ingin dekat dengan Jimin.

Setelah itu Jimin masuk ke dalam kamar mandi dan selang sepuluh menit kemudian keluar dari sana. Demi masih belum memiliki keberanian untuk menunjukkan dirinya yang tenggelam di balik selimut.

"Kau kedinginan? Mau kuhidupkan penghangatnya?" Jimin melihat Demi yang menyelimuti penuh tubuhnya, berpikir wanita itu tengah kedinginan.

"Tidak perlu, matikan saja lampunya." sahut Demi yang memilih menyerah sebelum mencobanya, ia tidak bisa memperlihatkan dirinya yang sekarang pada Jimin.

"Baiklah."

Setelah mematikan lampu Jimin mulai memposisikan diri berbaring di samping Demi, ada jarak di antara mereka sama seperti malam-malam sebelumnya.

"Tadi bertemu dengan Jungkook?" Jimin tiba-tiba bertanya setelah hening selama lima menit.

"Hm." jawab Demi.

"Kalian berteman dekat, ya?" tanyanya lagi.

"Mungkin bisa dibilang begitu,"

"Kenapa dia tidak pernah berkunjung kemari?"

"Katanya dia akan datang akhir pekan nanti."

"Benarkah, apa dia ingin menemuimu?" Lagi-lagi Jimin bertanya.

Malam ini Demi merasa Jimin terlalu banyak bertanya, seolah ingin membangun percakapan yang lebih dekat dengannya atau ia saja yang terlalu percaya diri.

"Sepertinya?" Demi melirik Jimin sekilas ingin melihat bagaimana reaksi Jimin. Setahunya Jimin itu pencemburu, jadi ia ingin melihat reaksi Jimin, apakah pria itu cemburu atau tidak.

Namun yang ia dapatkan hanya penyesalan. Dalam cahaya lampu tidur yang remang, ia tidak mendapati ekspresi wajah Jimin yang menunjukkan kecemburuan seperti dulu.

SOLITUDE (Special E-book) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang