4. Dunia Rhea

6 0 0
                                    

Bayu mengagumi perempuan yang duduk di bangku pojok terdepan yang selalu sibuk dengan buku setebal ganjalan pintu di tangannya. Perempuan itu seperti menjaga bukunya dengan penuh perasaan dan hati-hati seolah buku itu adalah nyawanya sendiri. Sudah beberapa hari ini Bayu mengamati gadis itu yang selalu ia temui dengan duduk sendiri sambil membuka lembar demi lembar bukunya dengan hati-hati juga penuh penjiwaan bagai melakoni pentas drama sastrawi. Bayu seperti menelusuri berbagai rasa dan ungkapan yang jarang gadis itu sematkan dibalik bibirnya yang diam dan tatapan seriusnya yang tak pernah berpaling dari bacaan.

Bayu begitu mengaguminya sampai sering mengikuti langkah kaki kemana perginya perempuan itu. Saking seringnya menjadi bayangan si perempuan, Bayu sampai hafal kebiasaannya. Perempuan itu kerap membawa tas besar yang berisi tumpukan buku novel beragam genre bacaan. Kemanapun ia pergi selalu ada buku di tangannya yang akan digenggamnya erat dengan jari-jari yang rapat. Bahkan ketika makan di kantin, sambil mengunyah makanannya sambil juga gadis itu membaca buku di tangannya. Seolah-olah dia tidak menghiraukan tatapan para penghuni kantin yang melihat sinis ke arahnya.

Perempuan itu juga selalu sendiri di bangkunya, tidak pernah mau ikut bergerombol atau membuat kelompok pertemanan seperti yang dilakukan oleh teman-temannya yang lain. Kadang dia juga tidak fokus dengan lingkungan di sekelilingnya setiap pelajaran di langsungkan, karena biasanya kepala gadis itu akan menunduk dalam-dalam ke kolong meja sambil diam-diam membaca bukunya. Bayu justru tersenyum melihatnya.

Ketika pulang sekolah, gadis itu akan pergi ke perpustakaan sambil menelusuri tumpukan buku yang sama setiap harinya sampai tidak bosan membolak-balikan buku yang sama berulang-ulang. Bayu selalu mengamatinya hanya duduk di perpustakaan sambil membaca buku yang sama, tanpa menghiraukan kehadirannya yang berada tepat di belakang gadis itu. Sepertinya bagi gadis itu, Bayu begitu tak kasat mata atau dia hanya sebuah roh yang bergentayangan di sana.

Saking begitu penasaran akan rasa kagumnya pada sang gadis, Bayu sampai mengikuti gadis itu ke rumahnya. Mereka menaiki angkot yang sama dan gadis itu mulai membaca lagi sambil mendengarkan musik sampai akhirnya mereka berhenti di sebuah rumah rindang dan gelap seperti tak berpenghuni. Bayu bahkan merasa rumah itu lebih horor dibandingkan adegan film hantu yang ia tonton. Parahnya, gadis itu masuk ke sana seolah tampa ketakutan sekalipun. Kakinya pun dengan lugas melangkah dan berderap sampai menciptakan suara sepatu yang mengetuk lantai dengan berirama.

Dari teman-temannya Bayu tau gadis itu, yang padahal adalah teman sekelasnya, bernama Rhea. Rhea begitu asing di kelas, bahkan sering dilupakan oleh teman-temannya karena mulut gadis itu selalu bungkam, matanya tak fokus dengan sekitar, malah Rhea duluan yang menganggap teman-temannya yang lain hanya sebuah bayangan imajiner yang dibuat isi kepalanya atau delusinya yang begitu tak kasat mata. Sampai akhirnya teman-temannya memperlakukan Rhea dengan cara yang sama.

Pada bulan ketiga sejak ia menjadi anak SMA sepenuhnya, Rhea sudah seminggu tak sekolah. Guru-guru biasanya akan merasa kehilangan satu muridnya yang duduk di pojok depan, namun ini tidak. Bahkan guru pun tidak mengetahui siswinya yang duduk di bangku depan yang kosong itu, atau secara terang-terangan tak peduli karena tau bahwa siswi itu tidak begitu aktif di kelasnya.

Tak ada yang panik atas hilangnya Rhea dari sekolah atau dari kursinya yang sepi. Buku-buku di perpustakaan pun mungkin tidak akan merasa kehilangan karena mereka adalah benda mati yang tidak berperasan. Namun Bayu kehilangan. Laki-laki itu selalu gelisah di tempat duduknya, matanya selalu memandang ke bangku depan dengan penuh kekaguman seakan bisa melihat bayang-bayang Rhea duduk di sana dengan kedua bibir terkatup rapat bagai di jahit dan hanya matanya yang bergerak-gerak membaca deretan kata di buku yang dipegangnya.

Rasanya sesekali seingat Bayu, Rhea pernah memandang ke arahnya. Bayu hanya mengerjapkan mata saat melihat pancaran kepedihan di mata gadis itu. Seperti melihat mata seseorang yang tidak pernah mencicipi kebahagiaan. Hanya dua menit Rhea membalas tatapannya, dan setelahnya gadis itu kembali fokus dengan buku yang dibacanya. Sampai suatu ketika Rhea tak kunjung masuk sekolah lagi di minggu yang kesekian, dan lagi-lagi tak ada dari teman sekolahnya yang memedulikannya, Bayu bertekad untuk menemui gadis itu di rumahnya. Namun karena Bayu adalah laki-laki penakut dan tidak memiliki keberanian seperti yang Dewa Bayu miliki, maka Bayu berusaha mengajak sahabatnya Indra untuk menemaninya ke rumah Rhea.

Tumbuh Duri Dalam Tubuh AnakmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang