Empat

3.3K 325 69
                                    

⚠️ Tw / Hidden camera, obsession⚠️

Selamat Membaca <3


"Mama?"
"Hiks ... Asahi anakku—"
"Mama kenapa? Asa di sini, ma."
"Asa—"

"Hahh, hah, hah..."

Asahi terbangun dari tidurnya dihiasi dengan peluh sebesar biji jagung pada bagian pelipis. Kini dia sudah dalam posisi duduk sambil memegangi dada dan mengusap wajahnya gusar, dapat merasakan air mata mengalir dari kedua matanya. Lagi-lagi mimpi itu kembali menghampiri.

Apa yang sebenarnya terjadi?

Dalam mimpi aneh yang dua minggu terakhir kerap mendatanginya, Asahi dapat melihat sang ibu yang menangis entah karena apa. Ia juga tidak tahu di mana dan alasan kenapa ia mendapat mimpi itu, yang Asahi tahu hanyalah kenyataan bahwa mimpi itu menghampirinya untuk suatu hal, mungkin.

Lamunan Asahi sukses dibuyarkan oleh suara ketukan yang terdengar secara tiba-tiba pada pintu kamarnya.

Tok tok tok

Ketukan pintu? Batin Asahi.

Asahi melirik ke arah jam di dinding untuk memastikan pukul berapa tepatnya saat ini, dan betapa terkejutnya dia ketika melihat jam masih menunjukkan pukul 04.28.

"Siapa?" tanya Asahi tegas, namun masih memancarkan rasa takutnya.

"Saya."

Tentu saja tanpa harus menyebutkan nama pun Asahi sudah mengetahui siapa orang itu. Mendengar jawaban di seberang pintu, tanpa ragu Asahi bergegas membukakan pintu untuk pria yang kini berada di hadapannya.

Haruto, pria itu mengenakan jubah tidur berwarna hitam, menyilangkan kedua lengan di dada, dan menatap datar Asahi seakan yang dilakukannya adalah hal yang wajar.

Yah, mungkin untuk sepasang kekasih ini terlihat wajar. Tetapi tidak untuk kedua pasangan ini, baik Haruto maupun Asahi, mereka berdua seakan menaruh batas yang tidak boleh dilalui oleh satu sama lain.

Saat ini, Asahi sangat ingin sekali bertanya apa tujuan seorang Haruto yang dihormati mengunjungi kamarnya pada pukul empat dini hari.

"Anu, ada yang bisa dibantu ... pak?"

Haruto refleks melirik dengan sedikit rasa tidak suka ke arah Asahi saat ia mendengar panggilan tersebut.

"Tidak." Jawab Haruto singkat, padat, namun sayangnya tidak begitu jelas.

"Saya hanya mau memastikan kamu dan badan ringkihmu itu tidak melakukan hal-hal aneh dan merepotkan yang merusak nama saya lagi." Sambungnya.

Lagi?

"Maaf tapi—"

"Kalau mengerti, tolong bersikap dengan baik dan berusahalah untuk tidak mencoreng nama baik siapapun, terutama saya."

"B-baik." Ucap Asahi tidak percaya apa yang baru saja didengarnya.

Nama baik? Bersikap? Oh yang benar saja. Sejak kapan seorang Asahi pernah merusak nama baik seorang Haruto? Sejak Asahi tinggal pindah ke tempat terkutuk ini dia tidak pernah barang sekalipun menginjakkan kakinya keluar atas perintah Haruto.

Mendengar jawaban dari yang lebih muda, tanpa basa-basi Haruto melangkahkan kakinya keluar, meninggalkan Asahi yang masih terdiam di kamarnya.

Apa tadi itu?

Namun, memilih untuk tidak mengambil pusing atas perlakuan—atau mungkin lebih cocok disebut peringatan—oleh suaminya tadi, Asahi bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan wajahnya dari peluh dan air mata.

Possessive | Harusahi / HasahiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang