Enam

3.8K 321 64
                                    

Tw // bl⭕️⭕️d, knife, sexual harassement, abuse
1.8 k words

Selamat membaca! <3

"Sshh—that's hurt." Ringis Asahi pelan ketika pria berambut pirang barusan menggenggam erat tangannya, genggaman yang sudah pasti akan meninggalkan bekas.

"Stop please... hiks..." Asahi sudah berusaha sekuat tenaga, berusaha melepaskan dirinya dari ketiga pria yang mengaku-ngaku sebagai teman suaminya.

Iya, benar. Hal itulah yang membuat Asahi sedih.

Ia tidak habis pikir, bagaimana mungkin seseorang yang berlabel "suami" melakukan hal semacam ini. Meninggalkan pasangannya pada tiga binatang buas seperti mereka, Asahi benar-benar sakit hati. Kalau ia memang tidak suka dengan presensi Asahi dalam hidupnya, apakah harus berbuat sejauh ini?

Apa salahnya pada Haruto?

***

Mashi mengendarai mobilnya dengan laju di atas rata-rata. Gawat, benar-benar gawat. Sudah berapa lama ia meninggalkan Asahi sendirian di cafe itu? Semoga dia tidak pergi ke mana-mana.

Ia memperhatikan jam tangannya yang menunjukkan waktu di mana matahari sebentar lagi akan tenggelam dengan indahnya, digantikan oleh bulan yang mengobati kelamnya malam.

Mashi terus-menerus memanggil nomor Asahi, namun tidak ada jawaban sama sekali. Mashi ingin mengabari Haruto, namun ia takut Haruto akan lepas kendali dan berakhir tidak bisa mengontrol emosinya. Sebab Mashi tahu seperti apa jadinya Haruto saat ia kehilangan kendali atas emosinya—ralat, atas dirinya sendiri.

Setelah memarkirkan mobilnya pada parkir yang telah disediakan, Mashi bergegas menuju cafe. Ia lemas bukan main, yang dikhawatirkannya terjadi—Asahi, anak itu tidak di sana.

Mashi kembali memanggil nomor Asahi, namun yang didengarnya adalah bahwa nomor itu sedang berada di luar jangkawan. Sehingga ia memutuskan untuk menelepon ke mansion langsung, ingin memastikan apakah Asahi sudah pulang lebih dulu.

"Halo, kediaman Watanabe di sini. Ada yang bisa saya bantu?"

"Halo, ini Mashi. Umm, apakah Asahi sudah pulang ke rumah?"

"Ah, nak Mashi... belum, sejak pergi denganmu tadi siang dia belum ada kembali. Apakah ada masalah? Apakah terjadi sesuatu pada kalian?"

"Tidak, semuanya baik. Terima kasih bibi Era." Tentu saja Mashi tahu ia sedang berbicara pada siapa meskipun orang itu tidak menyebutkan namanya. Dia adalah bibi Era, salah satu pekerja di rumah Haruto, satu-satunya orang yang memanggilnya "nak Mashi."

"Baiklah kalau begitu, segeralah pulang. Aku sedang bersiap untuk memasak makan malam."

"Baik, terima kasih."

Kali ini Mashi hanya mempunyai satu opsi, mengabari bosnya—Haruto, bahwa suami mungilnya itu menghilang.

Persetan dengan pemotongan gaji, atau bahkan pemecatan. Satu-satunya yang Mashi inginkan saat ini adalah keselamatan Asahi. Lantas ia bergegas menekan tombol hijau bertuliskan call.

"H-halo pak, mohon maaf. Saya benar-benar meminta maaf."

"Atas dasar apa?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 14, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Possessive | Harusahi / HasahiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang