27

1.8K 150 11
                                    

Pagi yang cerah juga suasana hati yang tenang, Johnny terbangun dari tidurnya karena suara gemercik air yang berasal dari kamar mandi. Sambil menunggu Ten selesai mandi, Johnny memilih untuk memejamkan matanya sebentar lagi. 

Sekitar sepuluh menit, Ten menyelesaikan mandinya. 

"Jo, ayo bangun. Katanya mau berangkat pagi." Ten menggoyangkan pelan tubuh Johnny yang terbungkus selimut. 

"Hooaaamm, selamat pagi manis." Sapa Johnny, pemandangannya saat dia membuka mata adalah Ten yang sedang shirtless dengan handuk yang melingkari pinggang sampai lutut di depan kaca lemari besar kamar mereka. Melihat Ten seperti itu Johnny segera bangkit dari kasur dan memeluk Ten dari belakang. Mencium tengkuk Ten, menghirup aroma tubuh pria mungil yang baru selesai mandi itu.

"Pagi juga, Jo. Sana mandi, selesai pakai baju aku buatin sarapan." 

"Sekarang jam berapa, honey?" tanya Johnny yang semakin mengeratkan pelukannya dipinggang Ten. 

"Udah jam 8, Jo. Mau berangkat jam berapa, hm?" Ten sedikit kesulitan mengambil bajunya karena tangan besar Johnny masih setia memeluk tubuhnya.

"Hmm, aku masih mau peluk kamu." Ucap Johnny dengan nada manjanya. 

"Kalau gitu, ga jadi ke pantai dong?" Tanya Ten dengan nada sedikit kecewa. 

"Jadi kok, tapi sebentar lagi, ya? Aku masih mau manja-manja sama kamu."

"Aku kesusahan pake bajunya loh, Johnny." 

"Hehe, aku mandi, deh. Oh ya, aku mau sarapan sereal aja. Nanti kita makan yang banyak di sana." Ucap Johnny sebelum berlari ke kamar mandi setelah mencuri satu kecupan dibibir Ten.

Ten hanya menghela nafas melihat kelakuan Johnny, semakin hari semakin seperti bayi besar menurutnya. Sambil menunggu Johnny selesai mandi, Ten tidak lupa menyiapkan baju untuk Johnny. Setelah itu baru Ten menyiapkan sereal beserta susu. 

---------

Selesai sarapan, mereka bergegas untuk berangkat. Ten sempat ingin menyiapkan baju ganti kalau sewaktu-waktu ingin berenang. Tapi kata Johnny, nanti bisa beli di sana aja baju gantinya.

Ten tidak tahu mereka menuju ke pantai mana, yang pasti memakan waktu yang cukup lama untuk sampai tujuan. Selama perjalanan, musik yang diputar lewat radio mobil setia menemani. Ditambah beberapa percakapan random, Johnny benar-benar tidak membahas pekerjaan sama sekali. Sebelumnya sudah berkoordinasi juga dengan Jaehyun agar tidak menghubunginya selain alasan mendesak. 

Tidak terasa sudah 2 jam perjalanan, akhirnya mereka sampai di tujuan. Suasana pantai masih sepi, hanya ada beberapa petugas kebersihan pantai dan pengunjung yang juga mungkin baru datang seperti Johnny dan Ten. 

"Wahhh, sepi banget pantainya. Serasa milik pribadi, deh." Gumam Ten asal setelah mereka keluar dari mobil dan menuju area berpasir. 

"Kamu mau pulau pribadi?" Tanya Johnny iseng, tapi kalaupun Ten mau pasti Johnny belikan sekarang juga. 

"Buat apa, Jo? Buang-buang uang aja, kan ada pantai atau tempat wisata yang bisa dikunjungi." Jawab Ten setengah mengomel. Ia pun tau pertanyaan Johnny cuma iseng, tapi kalau Ten salah bicara bisa-bisa Johnny beneran beli pulau. 

"Hahaha, engga lah sayang. Aku takut kamu ngamuk tauuu. Ayo kita main air," ajak Johnny setelah mengacak-acak rambut Ten gemas. 

Yang diacak-acak rambutnya, yang berantakan hatinya. Ten sempat nge-freeze sebentar karena salah tingkah. Menahan senyumnya dengan menggigit bibir bawahnya, kalau bukan di tempat umum mungkin Ten sudah mencium bibir Johnny sekarang juga. Bukan kata-katanya saja yang manis, tapi bibirnya juga beneran manis. 

Mereka berjalan mendekati pinggir pantai dengan bergandengan tangan, Johnny mengajak Ten jalan mengelilingi sepanjang tepi pantai. Bertelanjang kaki, hempasan ombak kecil yang menerpa kaki mereka, angin sepoi-sepoi yang menyejukkan di tengah teriknya sinar matahari, dan tinggi-tinggi batang pohon kelapa yang berjejer di sekitar pantai menemani perjalanan mereka. 

Sepanjang jalan mereka membicarakan hal acak dan melupakan setumpuk dokumen yang sekarang sedang dipusingkan Jaehyun. Johnny membuka obrolan dengan menceritakan tentang masa kecilnya di Chicago, mulai dari teman sekolahnya, kenakalan masa kecilnya dan bagaimana Ia sekarang bisa sukses di Korea Selatan. 

Ten menanggapi semua cerita Johnny dengan antusias, karena Johnny membawakan ceritanya dengan diselingi candaan dan kalimat-kalimat yang berlebihan, Ten merasa bahwa dia jadi lebih dekat dengan Johnny. Sebenarnya Ten juga ingin menceritakan masa kecilnya, tapi mengingat pekerjaan ayahnya yang kelam, Ten mengurungkan niat. 

Seharusnya Ten tidak perlu merasa khawatir atau malu, karena Johnny mengetahui hal itu secara tidak langsung. Dan juga Ten mengetahui pekerjaan gelap Johnny, walaupun tidak terlalu banyak yang Ia tau. Hanya sekedar tau bahwa Johnny memang memiliki bisnis gelap, apa yang dilakukan Johnny dalam bisnis itu Ten tidak tau. Tapi yang pasti, Johnny pernah bilang bahwa Ia tidak melakukan bisnis jual-beli manusia atau organ tubuh manusia. 

"Bagaimana dengan masa kecil kamu di Thailand?" Tanya Johnny setelah hening beberapa saat, karena Johnny menyadi Ten bengong sedari tadi. 

"Ga jauh beda kok sama kamu, cuma aku ga nakal aja si dan ga terlalu pinter juga, hehe." Jawab Ten singkat. 

"Hmm, kamu pernah punya pacar?" Tanya Johnny lagi. Saat ini mereka sedang beristirahat di atas patahan daun kelapa yang patah, duduk di tepi pantai sambil melihat luasnya lautan terbentang di depan mata. 

"Ga pernah, aku ga pernah tertarik untuk pacaran. Tertarik sama perempuan aja engga," jawab Ten diakhiri dengan tawa diujungnya. 

"Ya, itu jelas. Kamu kan tertariknya sama aku," celetuk Johnny meledek Ten.

Dengan reflek Ten memeluk Johnny dari samping dan mengecup pipinya singkat, 

"Iya, aku emang cuma tertarik sama kamu, kok. Kalaupun ada yang lebih ganteng dan kaya dari kamu, aku cuma mau kamu aja." 

Johnny langsung tersenyum sumringah, membalas pelukan Ten lebih erat. Hatinya senang sekali, walaupun Johnny tidak tau ini sungguhan atau hanya gombalan. 

"Sayanggg, jangan gitu ah. Aku maluuu," Johnny semakin mengeratkan pelukan, menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Ten. 

Ten senang kalau menggoda Johnny, karena reaksi Johnny yang selalu berlebihan itu membuat Ten selalu tertawa dan membuat hatinya semakin jatuh cinta dengan Johnny. 

"Apasih, lebay deh kamu." Ketus Ten, tapi tindakannya berbanding terbalik. Karena Ten mencium gemas pucuk kepala Johnny yang masih menyembunyikan wajahnya. 

"Sayanggg, aku boleh buat kissmark ga di sini?" Tanya Johnny tiba-tiba, dia menunjuk leher Ten dengan hidungnya. Menghidup aroma alami tubuh Ten dan mulai mengecup leher Ten tipis-tipis. 

"Jooo, ini tempat umum." Ten menghentikan kegiatan mesum Johnny. Bukannya Ten tidak mau, tapi keadaan mereka masih di tepi pantai. 

"Hehehe, abisnya kamu wangi banget si." Ucap Johnny setelah menjauhkan kepalanya dari leher Ten. 

"Apa hubungannya aku wangi sama kissmark, John?" 

"Yaaa, aku cuma pengen semua orang tau you belongs to me," bela Johnny. 

"Tapi kalau caranya dengan kissmark, itu mah tandanya kamu mesum." Balas Ten dengan nada bercanda. 

"Terus pake cara apa dong? Supaya semua orang tau you are mine," tanya Johnny. 

"Simple, marry me." Jawab Ten singkat, padat dan jelas. 






Chicago - Bangkok {JohnTen}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang