"Cheaaa!! Ayang lo baku hantam lagi sama Rayen!!"
Jisea yang sedang memakan bekal dari Bundanya tersedak dan langsung meminum air putih di dalam botol gambar Pikachu kesayangannya.
"Dimana dimana?" tanya Jisea sambil bangkit dari duduknya dan menghampiri salah satu teman sekelasnya yang berdiri di ambang pintu kelas mereka dengan nafas belum teratur.
"Di belakang sekolah! Buruan samperin, cuma lo yang— Sialan. Gue belom kelar ngomong, Chea!!" kesal Vana saat dirinya sudah ditinggal pergi Jisea begitu saja padahal dirinya belum menyelesaikan kalimatnya.
Dengan secepat kilat, Jisea berlari menuju belakang sekolah. Benar saja, belakang sekolah sudah ramai bahkan sampai membentuk kerumunan membuat Jisea tidak dapat melihat pacarnya.
Gadis itu pun berusaha menerobos kerumuan meski beberapa orang tidak suka karena terganggu oleh dirinya yang asal menyempil saja.
Setelah berhasil menerobos, barulah Jisea dapat melihat Vi yang sedang menendangi perut Rayen menggunakan lututnya hingga orang orang yang menonton memekik keras.
"EMPHI STOP!!!" teriak Jisea dengan suaranya yang melengking membuat semuanya kini beralih memandanginya.
Sementara pergerakan tangan Vi yang hendak beralih menonjok wajah lawannya terhenti di udara ketika teriakan pacarnya masuk ke indra pendengarannya.
Tanpa memedulikan sekitarnya, Jisea mendekati Vi dan membalik tubuh kekasihnya itu agar berhadapan dengannya. Langsung saja Jisea disuguhkan oleh luka di sekitaran wajah Vi, ada luka goresan di atas alis dan ada darah di sudut bibir cowok itu.
"Tuh kan berdarah! Empi tonjok tonjokan mulu sih! Gak pernah dengerin Ji! Obatin sendiri lukanya, Ji bosen ngobatin luka Pi mulu!" marah Jisea lalu melengos pergi dari kerumunan tersebut membuat Vi menghela napas kasar.
Pemuda itu berbalik menatap Rayen yang sudah hampir pingsan di tanah dengan tatapan permusuhan,"Selamet lo kali ini."
Setelah itu Vi pergi dari sana membelah kerumunan yang juga mulai membubarkan diri karena pertunjukan adu jotos sudah berakhir.
Dengan berlari kecil, Vi mengejar langkah Jisea yang belum jauh darinya. Ia langsung menahan lengan gadis itu kala Jisea terus berjalan tanpa menghiraukan Vi yang terus memanggil namanya.
Jisea menatap sebal,"Apa?!"
Vi hanya diam menatapnya kemudian menarik tangan Jisea pergi membuat Jisea memandanginya heran sambil mengikuti langkah Vi yang entah mau membawanya kemana.
"Apasih Pi tarik tarik! Sana lanjutin tonjok tonjokannya." sindir Jisea yang malah membuat Vi berdecak gemas.
"Empi ih! Ji mau dibawa kemana sih?!" kesal Jisea karna Vi masih terus menariknya tanpa berucap sepatah katapun.
Ternyata Vi membawa Jisea ke rooftop sekolah. Lelaki itu baru melepaskan tangannya dari tangan Jisea kemudian menghadap pacarnya yang mengernyit heran.
"Lo marah?"
Jisea semakin heran,"Marah kenapa?"
"Jadi gak marah?" tanya Vi memastikan.
Jisea menggaruk kepalanya yang tidak gatal,"Marah kenapa dulu????"
"Yang tadi, Ji." sabar Vi.
"Ohhh... YA MARAH LAH! PAKE NANYA!" seru Jisea dengan sewotnya.
"Maaf." ucap Vi pelan.
"Pi mah bilang maaf maaf tapi diulangin lagi. Ji males jadinya Pi." ambek Jisea sambil melipat kedua tangan di depan dada.
"Iya maap."
Jisea menghela napas,"Yaudah Ji maafin. Ji balik ke kelas ya."
"Jangan. Obatin luka gue dulu ya?" pinta Vi menatap harap Jisea membuat gadis itu sudah pasti merasa tidak tega membiarkan Vi mengobati lukanya sendiri.
"Iya. Ji ambil obat—"
"Gak usah. Disini ada kok." sergah Vi kemudian berlari kecil menuju pojok rooftop lalu mengambil kotak P3K dalam lemari kayu yang berada di pojok sana.
"Kok bisa ada kotak P3K disini, Pi?"
"Iya, gue sama anak Avathor yang sengaja naro disini. Biar gak perlu capek capek turun ke UKS yang ada di lantai satu kalo luka luka." jelas Vi.
Jisea manggut manggut seraya mengambil alih kotak P3K tersebut dari tangan Vi kemudian menarik tangan Vi untuk duduk di salah satu kursi panjang.
Vi terus memandangi gerak gerik Jisea, mulai Jisea menyiapkan alat alat untuk mengobati luka Vi hingga Jisea mulai mengobati lukanya.
Dengan penuh kehati hatian, Jisea mengobati luka luka di wajah pacarnya. Namun karna ia merasa terus ditatap oleh Vi membuatnya menjadi salah tingkah sendiri.
"Jangan liatin Ji terus Pi!!" sebal Jisea membuat Vi tersenyum tipis.
"Kenapa? Gerogi ya diliatin orang ganteng?" godanya.
"Iya!"
Vi tertawa kecil kemudian diam membiarkan Jisea menyelesaikan kegiatannya terlebih dahulu.
"Selesai!" seru Jisea seraya merapikan alat alat yang ia gunakan untuk mengobati luka sang pacar. Namun Vi mengambil alih kotak P3K tersebut lalu merapikannya sendiri.
Jisea hanya diam saat Vi mengambil alih kotak P3K itu,"Pi, jangan kayak tadi lagi ya? Ji takut Pi kenapa napa tau. Pi tega banget bikin Ji khawatir terus!"
"Iya, maap." balas Vi seadanya kemudian mengembalikan kotak P3K ke dalam lemari kayu.
"Pi, pulang sekolah beliin es krim ya? Kan lukanya udah Ji obatin tadi. Hehehe." pinta Jisea dengan cengiran lebarnya membuat Vi menatapnya tajam.
"Gak."
"Emphi mah gak tau terimakasih! Pokoknya Ji tetep mau es krim!"
"Gak boleh, Ji."
"Terserah Ji, Ji tetep mau beli es krim! Terserah Pi mau anterin Ji apa engga! Ji bisa minta anterin sama Geo!"
Vi menghela napas kasar,"Lo kenapa si gak mau nurut sama gue? Lo mau gue bentak bentak dulu biar ngerti?"
"Tapi kan Ji cuma minta es krim..." lirih Jisea sambil menundukkan kepalanya takut menatap Vi yang kelihatan sedang sedikit terpancing emosi.
"Lo boleh minta apapun ke gue, tapi gak boleh es krim."
"Tapi—"
"Gak es krim hari ini atau gak es krim selamanya?" ancam Vi menatap galak pacar manjanya itu membuat Jisea memajukan bibirnya lima senti.
"Yaudah gak es krim hari ini." lesu Jisea dengan bahu merosot lemas.
Vi tersenyum gemas dan membawa tangannya untuk mengacak acak rambut hitam terurai Jisea,"Gitu dong."
"Ji ke kelas kalo gitu." pamit Jisea hendak bangkit namun ditahan sama Vi.
"Cium dulu dong." pinta Vi menepuk nepuk pipi kanannya menggunakan jari telunjuk.
Jisea masih merengut namun tetap menurut untuk memberikan kecupan manis di pipi Vi. Vi menyengir lebar setelah mendapat satu kecupan dari Jisea, ia pun meminta sekali lagi.
"Satu lagi, Ji." Vi ketagihan.
Untungnya Jisea mau mau saja, soalnya Jisea juga senang hehehe. Setelah selesai mencium kedua pipi Vi, barulah Jisea diberikan izin balik ke kelas oleh Vi.
"Semangat belajarnya sayang."
"Semangat juga berantemnya sayang!"
***
a/n:
astaghfirullah masi sekola dah cium2 pipi aja lu bedua. pasti ajarannya vi ini mah hmmm...
jangan lupa vote komen ya gais! see you!
KAMU SEDANG MEMBACA
V & J
FanfictionVi Alaska, badboynya SMA Pancasila, galak, tukang ngamuk, beringas, sadis. Pacaran dengan, Jisea Agatha, cewek manja yang suka merengek meminta es krim dan coklat, mana sok polos lagi. Kok bisa sih mereka sampai pacaran begitu? Start: 06/03/2022