Tiga

514 89 3
                                    

Entah sudah berapa kali Vi berdecak dengan kelakuan bayi besarnya itu. Sejak pulang sekolah tadi, Jisea terus menggelendotinya. Menempel terus padanya hingga Vi tidak bisa pergi dengan bebas karna harus menanggung beban tubuh gadisnya.

"Ji, lepas dulu. Gue mau ke kamar mandi."

Jisea masih memeluk tangan kirinya erat dengan kepala yang disandarkan di bahu Vi,"Yaudah Ji ikut."

"Gila lo?" delik Vi.

"Enggak. Ji masih waras, kalo Ji udah gila mungkin sekarang Ji udah lari larian keliling komplek sambil ketawa ketiwi terus disorakin sama bocil bocil lapangan 'orang gila orang gila!' gitu."

Vi mendecakkan lidahnya pelan,"Gue mau kencing Ji, masa lo ikut?"

"Gak papa. Ji mau liat cara Emphi kencing kayak gimana." balas Jisea dengan entengnya membuat Vi lagi lagi mendelik padanya.

"Lo kenapa jadi cabul gini si. Sono jauh jauh." Vi mencoba menyingkirkan kepala Jisea dari bahunya namun gadis manja itu kembali meletakkan kepalanya di bahu Vi membuat Vi pusing sendiri.

"Ewo udah pulang belom sih?" tanya Vi.

"Belum. Dia lagi main ke rumah Naruto katanya."

Vi menghembuskan napas pelan, kalau Jarewo tidak ada maka ia tidak bisa terlepas dari Jisea karna tidak ada bantuan.

"Ji, gue kebelet banget sumpah. Bentar doang, bener deh."

Jisea akhirnya mengangkat kepalanya dari bahu Vi namun tidak melepaskan pelukannya pada tangan kiri Vi,"Yaudah ayo Ji temenin."

"Ck, gak usah. Emangnya gue anak kecil?"

"Ih yaudah gak boleh ke kamar mandi." ucap Jisea seraya menyender kembali pada bahu Vi membuat Vi menggeram kecil.

"Yaudah yaudah. Tapi lo tunggu depan kamar mandi aja!" putus Vi akhirnya.

"Gak mau. Ji mau tunggu di dalem."

Vi melotot kecil,"Ji istigfar elah!"

"Astaghfirullah."

Vi berdecak lagi. Kemudian ia bangkit dan terpaksa ke kamar mandi dengan Jisea yang masih memeluk erat tangannya.

Di depan kamar mandi, Vi langsung melepaskan tangan Jisea dari tangannya namun pacar manjanya itu kembali mengambil tangannya sambil merengek,"Ji mau ikut ke dalem. Janji gak bakal intip."

"Gak Ji! Dosa!" larang Vi.

"Tapi kan Ji gak bakal ngintip jadi dosanya dikit."

"Ya Allah Ji, jangan gini napa! Gue cuma mau kencing, bukan mau mati!" Vi mulai frustasi menghadapi Jisea.

"Abisnya Ji trauma. Emphi selalu kabur kalo ijin mau pipis. Tau taunya lagi pukul pukulin orang."

"Yaudah lo tunggu sini ya? Gue gak bakal bisa kabur kan kalo lo tungguin disini. Oke?" bujuk Vi dengan lembut agar Jisea mau mengerti.

Benar saja, gadis yang di kuncir kuda itu manggut manggut dengan ekspresi tak relanya. Vi pun bernapas lega kemudian memasuki kamar mandi rumah Jisea yang ada di lantai satu setelah Jisea melepaskan tangannya.

***

"Astaghfirullah Ji, pelan pelan!" omel Vi saat Jisea tiba tiba saja melompat ke atas pangkuannya padahal Vi sedang asyik bermain pubg.

Jisea menyengir,"Maaf Pi hehe."

Drtt drttt

Vi langsung mengangkat panggilan dari Dean, teman segengnya.

"Boss gawat!! Bwaby ngeroyok markas! Cepetan kesini!!"

"Hah anjir kok bisa?! Gak ada kapoknya tu rakyat babi."

"Makanya buruan kesini anjir!"

"Otw!"

Jisea daritadi hanya menatap polos Vi yang sedang berteleponan. Ia bertanya ketika Vi sudah selesai bertelepon,"Kenapa Pi?"

"Gue mau keluar sebentar. Lo diem sini ya." izin Vi sembari mengangkat tubuh Jisea agar menyingkir dari pangkuannya.

Jisea menahan tangan Vi saat pacarnya itu hendak mengambil jaket Avathornya,"Ji mau ikut."

"Enggak, Ji. Lo diem sini. Nanti gue suruh Ewo pulang."

Ji menggeleng gelengkan kepalanya hingga rambut kuncir kudanya bergerak lucu,"Gak mau! Ji mau ikut!"

"Ck, jangan mulai deh Ji! Gue cuma keluar sebentar!" gertak Vi mulai menaikkan intonasinya hingga Jisea cemberut.

"Ji tau, pasti Emphi mau berantem lagi kan?! Ji gak ijinin!"

Vi membuang pandangan,"Gue bukan mau berantem Ji."

"Terus mau ngapain?"

"Mau dateng ke pengajian bareng Dean sama Samsul." alibi Vi. Biarlah bohong, yang penting Vi bisa segera datang ke markas Avathor.

"Serius??" wajah Jisea tampak berbinar seolah sangat senang karena pacar badungnya tobat. Sungguh hidayah dari Allah.

Vi tersenyum meyakinkan,"Iya."

"Yaudah sana. Semoga Emphi istiqomah ya ngajinya." doa Jisea dengan ekspresi senangnya yang kelewat polos.

"Aamiin. Yaudah gue pergi dulu."

"Ehh tunggu, kok Emphi gak kokohan sama sarungan? Pecinya juga gak Emphi pake!" tahan Jisea.

Vi menghela napas sabar,"Nanti gue ke rumah dulu buat ganti pakean."

"Oh gitu, yaudah. Dadah Emphi, assalamualaikum."

"Tebalik dodol. Waalaikumsalam."

***

a/n:

cape bgt sm kepolosan ji:(

lanjut gak ya...

V & JTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang