Empat

510 67 6
                                    

Hari ini adalah hari Jum'at. Dimana setiap hari Jum'at SMA akan mengadakan gotong royong terlebih dahulu sebelum memulai pelajaran.

Vi dengan kesesatannya membawa Jisea untuk melewati kegiatan tersebut. Pemuda dengan jaket Avathornya menggas motor dengan Jisea mengoceh di belakang karna Vi malah melewati sekolah.

"Emphi, kita mau kemana sih?! Kok Pi malah bablas?" tanya Jisea dengan sedikit berteriak.

Vi menyahut,"Males gotong royong gue."

"Ih tapi kan gotong royong tuh bagus tau, Pi!"

"Lo mau ikut gue atau gue turunin sini?"

Jisea mengerucutkan bibirnya,"Iya iya ikut Pi."

Setelah kurang lebih dua puluh menit perjalanan, akhirnya Vi memarkirkan motornya di sebuah taman yang luas. Bisa dipakai untuk bermain anak anak juga karna terdapat ayunan dan perosotan.

Jisea turun dari motor sambil memandangi taman itu,"Kenapa kesini, Pi?"

Vi menyahut sembari melepaskan helm yang ada di kepala Jisea,"Mau makan. Katanya lo bawain gue bekel?"

"Oh iya. Yaudah yuk! Seru deh kayaknya, kita jadi piknik piknikan gitu." girang Jisea menjadi tersenyum lebar kemudian berlari kecil memasuki taman meninggalkan Vi yang hanya tersenyum tipis melihat kelakuannya.

Jisea berbalik menatap Vi,"Emphi gak bawa tiker atau karpet gitu? Biar kayak piknik beneran."

"Lo liat sendiri gue cuma bawa tas sekolah."

"Iya juga. Yaudah kita lesehan aja di rumput rumput ini." Jisea baru saja hendak duduk namun ditahan sama Vi.

"Jangan. Nanti kotor. Di ayunan aja." cegah Vi.

Jisea mengangguk menurut, ia pun mendaratkan pantatnya di satu ayunan sementara Vi di ayunan sebelahnya.

Gadis dengan rambut dijepit jepitan bergambar cherry itu pun membuka tas sekolahnya kemudian mengambil dua kotak tempat makan yang ia bawa.

Jisea menyerahkan salah satunya kepada si pacar,"Ini buat Emphi."

"Dan ini buat Ji." lanjutnya menunjukkan satu bekalnya lagi pada Vi dengan senyum lebar.

Vi yang gemas mencubit sebelah pipi Jisea,"Iya."

Mereka pun menikmati makanan masing masing sebelum suara Jisea memecahkan keheningan di antara keduanya.

"Emphi, kemaren Pi bohong ya?" tanya Jisea pelan.

Vi menoleh ke samping dengan mulut sibuk mengunyah kemudian menjawab setelah berhasil menelan makanannya,"Yang mana?"

"Yang mau ke pengajian bareng Dean sama Samsul itu."

Vi yang hendak mendaratkan sesendok nasi gorengnya kembali menjadi urung hingga sesendok nasi itu berhenti tepat di depan mulutnya.

Jisea menatap Vi, menanti jawaban pemuda itu.

Vi pun meletakkan kembali sesendok nasi gorengnya dan kini balas menatap pacar polosnya,"Kata siapa?"

"Deket bibir Emphi ada luka. Abis berantem kan?" Tatapan Jisea mengarah pada sudut bibir pemuda itu yang terlihat memerah dan sedikit bengkak.

Secara spontan Vi memegang sudut bibirnya kemudian menatap Jisea kembali,"Iya." jawabnya jujur.

"Tuh kan! Ih Emphi jahat! Bohongin Ji terus!" ambek Jisea memukul mukul badan Vi.

Vi menghindar dengan menggeser ke kanan dengan ayunannya,"Aduh Ji kok dipukulin sih. Harusnya diobatin dong, ayangnya terluka begini malah makin dilukain."

"Oh iya, maaf Emphi abis Ji kesel." manyunnya.

Vi menatapnya sok sok-an mengambek,"Dimaafin kalo lo obatin lukanya."

"Emangnya gak diobatin dari kemaren?"

"Udah. Tapi kan butuh dari lo juga."

Jisea mengangguk polos,"Yaudah. Tapi kan Ji gak ada kotak P3Knya. Gimana mau obatin Emphi?"

"Gak usah pake itu."

"Terus pake apa?" tanya Jisea dengan wajah polosnya.

"Pake bibir lo." jawab Vi sambil tatapannya mengarah pada bibir bentuk love Jisea.

Jisea mengerutkan kening,"Emang bisa? Kayak gimana?"

"Cium aja bagian lukanya."

Benar benar bocah sesat. Ye yey kita dah sesat.

Jisea mengangguk patuh dengan bodohnya. Polos dan bego emang agak sama.

Vi hanya tersenyum kemudian melengos ke samping sehingga bibir Jisea menjadi menabrak pipinya.

Jisea membuka matanya setelah mengecup pelan pipi Vi,"Kok—"

"Pipi dulu. Yang lain nanti aja kalo udah nikah ya sayang." sela Vi dengan senyuman gemasnya pada sang pacar. Pemuda itu mengacak acak surai pacarnya terlebih dahulu sebelum kembali fokus pada aktivitas makannya yang tertunda tadi.

"Lanjutin makannya, abis itu kita ke sekolah." suruh Vi yang dituruti Jisea.

"Tapi Pi, Ji takut dihukum kalo ketauan gak ikut gotong royong." keluh Jisea.

"Gak usah takut. Dihukumnya kan sama gue."

***

Dengan langkah mengendap endap, Vi memimpin di depan Jisea untuk masuk ke dalam sekolah tanpa ketahuan guru piket.

"Emphi, takut." rengek Jisea dengan suara berbisiknya.

Vi tersenyum tipis melihat wajah melas Jisea,"Tenang, Ji."

"Udah aman belom sih, Pi?"

Vi melihat ke balik tembok lagi kemudian memberi jempol pada Jisea,"Aman. Sekarang lo naek tangga buruan."

"Ih tapi takut. Nanti kalo tiba tiba ada guru yang liat gimana?"

"Gak ada, Ji. Gue liatin buruan."

Vi mendorong pelan tubuh Jisea agar segera menaiki tangga menuju kelas gadis itu sebelum guru piket atau mungkin guru BK yang sering berkeliling muncul.

Dengan berlari kecil tanpa suara, Jisea berlari menaiki tangga. Jisea menoleh sebentar pada Vi.

"Ji duluan ya. Dadah." pamitnya tanpa suara sambil melambaikan tangannya yang hanya dibalas anggukan dari Vi.

Ketika Jisea sudah lenyap dari pandangannya, Vi malah senyum senyum sendiri.

"Gemes banget si ayang gue. Arghh kesel pengen gigit Jisea!" Vi mengacak acak rambutnya untuk melampiaskan rasa gemasnya pada gadis kesayangannya.

"Heh ngapain kamu?"

Vi langsung mematung.

"Bagus ya baru dateng." sindir orang itu dengan kumis tebalnya yang naik turun.

Vi menoleh ke orang tersebut memasang wajah stay calm,"Bukan baru dateng sih. Baru keliatan aja."

"Berisik! Ayo ikut saya!"

Yap. Itu guru piket yang sedang berkeliling dan sekarang menangkap basah Vi hingga akhirnya Vi berakhir disuruh membersihkan toilet laki laki yang berada di lantai satu.

***

a/n:

yah ketauan deh...

lanjut gak?

jangan lupa vote komen say.

see u.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 02, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

V & JTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang