Empat

921 168 9
                                    

"Gimana tutor lo sama dia?" Lisa menggeser kursinya agar lebih dekat dengan Seulgi, mereka sekarang berada di Perpus. Menghabiskan jam istirahat sambil mengerjakan beberapa tugas yang deadline nya memang udah mepet.

"Enggak tau." Singkat Seulgi, tidak tertarik akan topik pembicaraan yang dia tau akan mengarah kemana.

Sebenarnya Seulgi masih enggak bisa nerima sikap Irene waktu malam itu, benar-benar membuat Seulgi merenung.

"Kok gak tau?" Lisa yang penasaran sedikit mendesak Seulgi untuk berbicara lebih detail mengenai maksudnya tersebut. "Jelasin dong?"

Seulgi yang enggan berbicara menganai hal tersebut, mau gak mau harus membuka topik.

"Harusnya sih hari ini ada tutor cuman ya lo tau sendiri lah." Seulgi mulai terbiasa dengan menyebut kata gue-lo terhadap temannya itu.

"Bolos lagi dia?"

Seulgi menaikan kedua bahunya "Mungkin."

"Chat gue gak dibales sama dia." Lanjutnya

"Tapi diread?" Tanya Lisa

"Iya, seperti biasa... chat gue cuman dibaca sama dia." Seulgi menundukan kepala nya ke atas buku yang ada di depannya "Gue gaenak sama Ayahnya. Beliau udah bener-bener kasih kepercayaan ke gue tapi anaknya..."

"Gak bisa dibiarin nih" Lisa langsung ber inisiatif mengambil benda segi empat dari dalam tas miliknya "Gue coba telfon dia ya."

"Eh gak usah..." Seulgi langsung menolak keras

"Bentar..." Potong Lisa dengan cepat

Beberapa detik kemudian Seulgi mendengar Lisa yang berbicara dengan nada yang terdengar agak lantang

"Ya lo kalo gak bisa bilang gak bisa jangan sampe chat orang juga lo anggurin kaya gitu."

Seulgi menepuk pelan bahu Lisa, mencoba untuk menenangkan teman barunya itu.

Lisa mengangguk, paham akan maksud Seulgi.

"Bokap lo udah kasih kepercayaan ke dia tapi anaknya malah lari dari tanggungjawab."

Klak!

Lisa menaruh handphone nya ke atas meja dengan sedikit kasar

"Dimatiin" Ucapnya sambil menatap Seulgi

Lagi-lagi harus ngalah, Batin Seulgi.

"Gak apa-apa udah, nanti tinggal gue kasih catetan materi ke dia."

Layar handphone Seulgi tiba-tiba nyala, beberapa notif masuk diiringi dengan nada panggilan dari seseorang.

Seulgi mengerutkan dahinya, bingung.

"Angkat, coba lo angkat telfon dia." Saran Lisa yang langsung dilakuin oleh Seulgi detik itu juga

"Halo" Sapa Seulgi

"Gue hari ini gak bisa tutor, jadi tolong ganti hari lain."

"Okay." Singkat Seulgi, dia gak mau ambil pusing.

"Wdym by oooooookay?"

"Ya gue ikutin apa kata lo."

"Ya emang lo gak mau kasih saran hari lain???"

"Ngikut. Kan lo yang selalu sibuk, jadi gue ngikutin lo aja."

"Hhhh udah lancar banget ya lo sekarang jadi warga ibu kota"

"Udah dulu ya, gue lagi di perpus."

"Gak nanya."

"Ok. Gue matiin telfonya ya?"

Tutor - SRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang