Chapter 1

51 27 3
                                    

Happy Reading~



Flashback on

"Bunda nanti kalo Ziva udah besar pengen jadi dokter." Seru anak kecil yang berusia enam tahun.

Wanita paruh baya itu tersenyum hangat mendengar penuturan anaknya. "Kalo gitu Ziva harus rajin belajar biar bisa jadi dokter."

"Apapun cita-cita anak Ayah, bakal Ayah dukung." Sahut pria paruh baya yang tiba-tiba datang sambil membawa es krim.

Abraham memberikan es krim itu kepada Naziva dengan senang hati Naziva pun menerimanya.

"Makasih Ayah!"

"Sama-sama putri kecil Ayah."

Irana tersenyum melihat keluarga kecilnya. Ia sungguh sangat bahagia memiliki suami seperti Abraham. Tak lupa juga dengan kehadiran putri kecil mereka sebagai pelengkap kebahagiaan.

"Bunda mau eskrim nda?" tanya Naziva.

Irana menggeleng. "Abisin aja sama Ziva."

"Sayang kapan kita mau pulang?" tanya Abraham kepada istrinya.

"Sebentar lagi mas."

Abraham mengelus perut Irana yang terlihat membuncit. "Jangan terlalu sore ya kamu gaboleh kecapean, aku gamau bayi kita kenapa-napa"

Irana memegang lengan Abraham untuk memberi ketenangan. "Aku ngga apa-apa mas."

Naziva menatap ke sekeliling taman yang begitu ramai. Matanya tak sengaja melirik tukang balon yang ada disebrang sana.

"Ayah Bunda aku mau balon itu." Tunjuknya pada seorang tukang balon.

Irana berdiri dari duduknya. "Bunda beliin ya nak tunggu disini."

"Kamu duduk aja sayang, biar aku yang beliin." Cegah Abraham ikut berdiri.

"Mas duduk aja, aku aja yang kesana."

Abraham menggeleng tegas. "Kamu duduk Irana kamu ngga boleh kecapean."

"Mas dari tadi aku diem aja lho, aku juga pengen jalan-jalan."

Abraham mengusap wajahnya frustasi. "Masalahnya ini taman sangat ramai Irana."

"Ayah Bunda ih cepetan Ziva pengen balon yang gambar unicorn." Rengek Ziva.

"Udah mas diem aja disini jagain Ziva biar aku yang kesana!" final Irana.

Abraham pun mengalah lalu duduk kembali. "Yasudah hati-hati."

Irana mengelus rambut Naziva dengan lembut, Naziva mendongak melihat bundanya. "Kenapa bunda?"

"Tunggu disini ya sama ayah! Ziva Bunda yakin suatu saat nanti kamu bakal jadi anak yang sukses, Bunda dukung kamu buat jadi dokter." Ucap Irana lalu dia menatap Abraham. "Mas jagain Ziva ya disini, jangan khawatir aku bakal baik-baik aja."

Hati Abraham rasanya sangat tidak tenang setelah Irana mengucapkan itu. Ia menggelengkan kepalanya mencoba menepis pikiran negatif.

"Iya sayang hati-hati." Ujar Abraham ragu-ragu.

"Bunda pergi dulu ya, jaga diri kalian baik-baik."

"Hati-hati bunda." Ucap Naziva, Irana hanya membalas dengan anggukan lalu melangkah pergi dari hadapan mereka.

"Kenapa perasaan saya tidak enak?" batin Abraham.

***

"Pak saya mau balonnya satu yang unicorn ya." Ucap Irana.

NAZIVA [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang